Halo Kompasianer! Perkenalkan, saya Vivi, seorang mahasiswi yang sedang mencoba peruntungan—dan mengasah keterampilan—di platform keren ini. Jujur, ini adalah langkah yang cukup besar, keluar dari zona nyaman menulis untuk diri sendiri, dan menyajikan ide di hadapan publik yang kritis dan beragam seperti Kompasiana.
Sesuai pepatah lama, "tak kenal maka tak sayang," maka dari itu, sebelum saya nyemplung lebih dalam dengan konten-konten yang lebih serius, saya akan memperkenalkan diri dengan pendekatan yang familier bagi kita yang berkutat di dunia komunikasi yaitu, formula jurnalistik 5W+1H. Tujuannya agar perkenalan ini terstruktur, jelas, tapi tetap mengalir dengan santai. Yuk kita kenalan!
1. WHO - Siapa Saya?
Nama lengkap saya adalah Vivi Vetrianti Mahmud, namun teman-teman—atau Kompasianer sekalian—boleh memanggil saya Vivi atau Pipi. Saya adalah mahasiswi aktif semester 5 di program studi Ilmu Komunikasi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM).
Saya lahir dan besar di Bandung, kota yang selalu kaya akan ide, kreativitas, dan tentu saja, kuliner yang gak ada habisnya. Menjadi bagian dari civitas akademika Ilmu Komunikasi membuat saya sadar bahwa komunikasi itu jauh lebih kompleks dari sekadar berbicara. Ada teori, strategi, etika, dan analisis mendalam di baliknya. Intinya, saya adalah seorang calon S.I.Kom (Sarjana Ilmu Komunikasi) yang kini sedang serius belajar untuk bertransformasi dari sekadar pembaca dan pengamat menjadi seorang penulis yang efektif dan kreatif di ruang publik.
2. WHAT - Apa yang Akan Saya Tulis?
Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tugas salah satu mata kuliah, saya akan fokus pada dua area utama yang menarik bagi saya.
Pertama, saya tertarik membahas fenomena media sosial. Sebagai anak Komunikasi, saya melihat media sosial bukan sekadar tempat stalking crush atau update status, melainkan sebagai arena pertarungan framing, identitas, dan public opinion. Saya ingin membedah mengapa sebuah konten bisa viral, bagaimana influencer membangun personal branding, atau dampak digital pada komunikasi interpersonal.
Kedua, saya akan menyajikan opini tentang isu-isu populer terkini. Isu politik, gaya hidup Gen Z, atau bahkan tren pop culture akan coba saya kupas dari sudut pandang Komunikasi. Tentu saja, konten yang saya sajikan akan didominasi oleh sudut pandang Komunikasi dan akan sedikit "teoritis"—namun saya akan menyajikannya dengan bahasa yang santai dan mudah dicerna. Tujuannya bukan menggurui, melainkan berbagi perspektif baru.
3. WHERE - Di Mana Saya Menulis?
Platform yang saya pilih adalah blog pribadi di Kompasiana ini. Mengapa Kompasiana? Alasannya jelas. Kompasiana adalah media warga yang ideal untuk menguji ide di tengah audiens yang beragam dan terbiasa dengan diskusi yang berbobot. Ini adalah tempat yang memungkinkan saya untuk mencoba teknik penulisan, menguji angle berita yang berbeda, dan mendapatkan umpan balik langsung dari berbagai kalangan—mulai dari sesama mahasiswa, profesional, hingga Kompasianer senior.
Inspirasi menulis memang bisa datang dari mana saja: saat nongkrong di betuah, mendengarkan dosen, atau bahkan saat scroll TikTok. Tapi, eksekusinya, penuangan ide-ide mentah tersebut menjadi tulisan yang utuh dan layak baca, akan ada di basecamp digital saya ini.
4. WHEN - Kapan Saya Mulai Menulis?
Kalau ditanya kapan saya mulai menulis, jawabannya sudah cukup lama, sebuah proses yang berawal dari sebuah kebutuhan personal. Dimulai dari membuat diary (buku harian) sejak sekolah dasar, yang fungsinya lebih kepada mencatat emosi dan kegiatan harian. Seiring waktu, diary itu berevolusi menjadi jurnal pribadi yang berisi refleksi, kritik diri, dan opini-opini mentah tentang apa yang saya lihat. Inilah masa-masa 'latihan' saya yang hanya diketahui kertas dan pulpen.
Namun, fase penulisan pribadi itu kini resmi berlanjut ke Kompasiana sejak Oktober 2025, seiring dimulainya mata kuliah Penulisan Kreatif. Kompasiana adalah langkah berani saya untuk membawa tulisan pribadi ke ranah publik. Ini adalah tonggak penting, menandai transisi dari penulis rahasia menjadi penulis yang siap dikoreksi.
5. WHY - Mengapa Saya Menulis di Kompasiana?
Alasan utamanya adalah untuk mengaplikasikan berbagai teori jurnalistik serta penulisan di ruang publik yang nyata. Di kelas, kami belajar tentang struktur, lead, dan etika penulisan, tapi tanpa praktik nyata, semua itu hanya akan menjadi hafalan.
Saya ingin melatih diri untuk membuat tulisan yang tidak hanya informatif tapi juga menarik, sesuai dengan semangat Komunikasi yang efektif.
Selain itu, ini adalah kesempatan emas untuk mengumpulkan portofolio tulisan yang kredibel. Sebagai calon Sarjana Ilmu Komunikasi, memiliki rekam jejak tulisan di platform sebesar Kompasiana tentu akan menjadi nilai tambah yang signifikan.
6. HOW - Bagaimana Cara Berinteraksi dengan Saya?
Sebagai anak Ilmu Komunikasi, saya percaya pada komunikasi dua arah. Saya sangat terbuka untuk berdiskusi! Teman-teman Kompasianer dapat berinteraksi melalui kolom komentar di bawah setiap tulisan.
Saya sangat menghargai kritik konstruktif—terutama tentang teknik penulisan, kerangka berpikir, dan pemakaian teori—dan masukan dari Kompasianer senior yang sudah lebih dahulu malang melintang. Jangan ragu untuk berbagi pandangan teman-teman. Anggap saja ini adalah forum diskusi online kelas kita. Mari kita jadikan Kompasiana sebagai ruang belajar yang menyenangkan dan produktif!
Semoga perkenalan yang sedikit panjang ini bisa menjadi opening yang baik. Dengan segala kerendahan hati, saya memohon dukungan dan bimbingan Kompasianer sekalian.
Selamat membaca, dan saya tunggu feedback serta diskusi dari Kompasianer! Sehat-sehat terus!
Salam hangat,
Vivi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI