Saya bertemu dengan Mbak Siti Muzayanah (36) secara tidak sengaja. Waktu saya sedang berada di kota Batu, Jawa Timur, untuk menulis artikel tentang anggota credit union di kota Batu, yang berkaitan dengan tulisan saya tentang seluk beluk membeli rumah. Waktu itu saya melihatnya sedang duduk menunggu antrian untuk dilayani, dan saya mengajaknya ngobrol. Dari situlah dimulai sebuah cerita tentang ketegaran seorang perempuan yang berbisnis properti, diawali dengan niat sederhana : membantu orang lain Mbak Siti memang memulai usaha propertinya secara tidak sengaja. Bermula dari kegiatannya sehari-hari sebagai petani di Banyuwangi, ia secara rutin mengirimkan sayur-mayur ke Surabaya. Tidak berhenti sampai disitu, ia pun belajar di Akper Surabaya sampai lulus, kemudian bekerja di Rumah Sakit Islam Surabaya selama 10 tahun. Bekerja sebagai tenaga kesehatan, ternyata tidak mengurung jiwa kewirausahaannya. Berawal dari saudaranya yang meminta ditemani untuk mencari rumah, Mbak Siti melihat sebuah potensi yang luar biasa dibaliknya. Hal itu berlanjut ketika beberapa teman juga memintanya menemani mencari rumah bagi mereka. Maka ketika ada seseorang yang menawarkan sebuah rumah padanya, ia mulai berpikir untuk berbisnis properti. Dengan modal 70 juta rupiah saja, ia pun memulai perputaran hari-harinya dengan mencari properti yang sesuai, merenovasinya, kemudian menjualnya kembali. Semangatnya semakin bertambah dengan semakin banyaknya kenalan yang membutuhkan rumah kemudian memintanya membantu mencarikan yang cocok. Namun Tuhan menentukan lain, lima tahun usaha propertinya yang terus berkembang, menjadi terhenti karena dirinya divonis terkena penyakit jantung. Pengobatan yang dijalaninya di Surabaya ternyata tidak membuahkan hasil, satu persatu hasil usaha propertinya pun mulai terkuras untuk membayar biaya pengobatan. Semakin parah sakit yang dideritanya pun membuatnya terbang ke Singapura untuk berobat. Modal bisnis properti yang selama ini dikumpulkannya ludes sudah Harapan yang besar untuk segera sembuh ternyata tidak juga terwujud, tiga minggu dalam pengobatan tanpa harapan menjadi sembuh, ia pun menyerah, dan memutuskan pulang ke kampung halamannya, Banyuwangi. Pengobatan alternatif pun mulai dilakoninya, sehingga waktu-waktu berlalu dengan harapan kesembuhan. Rencana Tuhan memang tidak bisa diduga, pengobatan panjang yang ditempuhnya di Surabaya, Singapura, dan Banyuwangi kemudian berakhir di Kota Batu. Dengan tekad yang tinggi, usaha yang terus menerus, dan doa yang dipanjatkannya setiap malam, kesembuhan itu diraihnya juga. Kesembuhan yang diperolehnya 4 tahun lalu itulah yang membuatnya menetapkan hati untuk tinggal di kota Batu. Apalagi jodoh yang ditentukan yang Maha Kuasa kemudian ditemuinya juga disana Maka, usaha properti yang sempat ditinggalkannya karena sakit, saat ini mulai digelutinya kembali. Ketika saya menemuinya, ia tidak segan berbagi cerita, serta tips berbisnis properti. “Meskipun bermula dari sesuatu yang sederhana dan iseng-iseng, ketika kita melakukannya dengan serius dan sungguh-sungguh, akan berkembang menjadi sesuatu yang besar”,katanya "Apalagi didasari ketulusan membantu orang lain, rejeki kita akan mengalir... Wah.. saya jadi kepingin juga berbisnis properti... :) Salam,
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI