Revolution Industri atau Industry 4.0 telah menghadirkan perubahan besar dalam banyak aspek kehidupan manusia, termasuk dalam bidang pemasaran. Dalam era digital saat ini, pemasaran tidak lagi hanya bergantung pada iklan televisi, radio atau koran. Melainkan, pemasaran telah berevolusi menjadi bentuk yang lebih personal dan interaktif. Salah satu contohnya adalah munculnya Virtual Influencer.
Virtual Influencer adalah karakter digital yang dibuat dengan teknologi CGI (Computer Generated Imagery) atau animasi 3D yang mempunyai kemampuan untuk berinteraksi dengan pengguna dan memberikan pengaruh pada mereka. Virtual Influencer diciptakan dengan tujuan untuk mempromosikan merek atau produk tertentu melalui media sosial seperti Instagram, Twitter, dan YouTube.
Munculnya Virtual Influencer sejalan dengan perkembangan teknologi di era digital yang semakin canggih. Virtual Influencer memungkinkan perusahaan untuk membuat konten pemasaran yang unik dan menarik perhatian pengguna media sosial. Selain itu, Virtual Influencer juga dapat diatur sesuai kebutuhan perusahaan dan lebih efisien daripada Influencer manusia yang membutuhkan waktu dan biaya lebih besar.
Virtual Influencer juga memberikan keuntungan dalam hal tidak adanya batasan waktu dan ruang. Virtual Influencer dapat dipromosikan di seluruh dunia tanpa terbatas oleh faktor geografis. Selain itu, Virtual Influencer juga dapat terus berinteraksi dengan pengguna bahkan saat pemiliknya tidak aktif. Hal ini berbeda dengan Influencer manusia yang membutuhkan waktu dan energi untuk selalu terhubung dengan pengikutnya.
Meskipun demikian, Virtual Influencer juga memiliki kekurangan dalam hal kredibilitas. Pengguna media sosial cenderung lebih percaya pada Influencer manusia daripada Virtual Influencer. Selain itu, Virtual Influencer juga terkadang dianggap kurang "authentic" atau kurang asli daripada Influencer manusia yang dapat menunjukkan keterlibatan mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, pengembangan personalitas yang kuat dan unik untuk Virtual Influencer sangat penting. Hal ini akan membantu Virtual Influencer memperoleh kesetiaan pengguna dan meningkatkan kredibilitasnya sebagai Influencer digital.
Secara keseluruhan, Virtual Influencer adalah bentuk kemajuan dalam revolusi industri saat ini. Virtual Influencer memberikan banyak keuntungan dalam hal efisiensi, efektivitas, dan fleksibilitas, sehingga mampu membantu perusahaan dalam mempromosikan produk atau merek mereka secara lebih efektif.
Selain itu, Virtual Influencer juga dapat menghadirkan kemungkinan baru dalam hal kreativitas dan eksperimen. Karena Virtual Influencer dibuat dengan teknologi animasi, mereka dapat mengambil berbagai bentuk dan karakteristik, memungkinkan perusahaan untuk menciptakan konten yang lebih inovatif dan unik. Selain itu, Virtual Influencer juga dapat menghadirkan kesempatan untuk menciptakan narasi yang lebih rumit dan mendalam melalui penggunaan teknologi AI (Artificial Intelligence) dan chatbot, sehingga dapat meningkatkan interaksi dengan pengguna dan menghasilkan pengalaman yang lebih personal.
Namun, kehadiran Virtual Influencer juga menimbulkan pertanyaan tentang dampak sosial dan etika dari kemajuan teknologi ini. Beberapa orang berpendapat bahwa Virtual Influencer dapat memperburuk masalah ketidaksetaraan gender, ras, dan tubuh, karena Virtual Influencer seringkali memperlihatkan citra tubuh yang ideal dan tidak realistis. Selain itu, Virtual Influencer juga dapat memunculkan masalah hukum dalam hal kepemilikan dan hak cipta karakter digital.
Evolusi industri telah memberikan dampak besar pada perkembangan teknologi dan perubahan dalam cara kita berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain. Salah satu bentuk kemajuan revolusi industri yang sedang marak adalah virtual influencer. Virtual influencer merupakan karakter digital yang dibuat menggunakan teknologi CGI (Computer Generated Imagery) yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi opini dan perilaku pengikutnya di media sosial.
Tren virtual influencer ini semakin berkembang karena mampu menyediakan solusi bagi merek dan perusahaan untuk memasarkan produk mereka dengan cara yang lebih menarik dan berbeda. Dengan kehadiran virtual influencer, merek dapat membuat kampanye pemasaran yang lebih kreatif dan inovatif. Merek seperti Gucci, Louis Vuitton, dan Calvin Klein bahkan sudah mulai menggunakan virtual influencer sebagai bagian dari kampanye pemasaran mereka.