Mohon tunggu...
Vita Harjanti
Vita Harjanti Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jangan Pilih Calon Walikota Narapidana?

16 September 2016   17:56 Diperbarui: 17 September 2016   07:47 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saatnya rakyat cerdas memilih... Jangan pilih mantan narapidana..., tulisan Bocah Tua Nakal di kompasiana ini bisa jadi mewakili kebanyakan masyarakat Salatiga. Saking gregetan mengusulkan Mas Bambang Setyawan untuk maju menjadi calon Walikota Salatiga. 

Ya, sepertinya memang begitu, banyak orang sempat membahas masalah pencalonan mantan Walikota Semarang pada pilkada di Salatiga. Pernyataan senada sering terdengar, “memangnya di Salatiga ini tidak ada orang yang bersih, jujur, punya integritas ?”.

Masyarakat Salatiga tentu banyak yang tidak mengetahui jalan fikiran DPC PDI Perjuangan Salatiga, menawarkan kepada masyarakat Soemarmo mantan narapida untuk calon pemimpin Kota Salatiga. Demikian pula pada waktu memutuskan memasangkan Handry Wicaksono yang dinilai kebanyakan orang akan menurunkan nilai jualan PDI Perjuangan Salatiga pada pilkada 2017 mendatang, walaupun Hendry putra politikus dan adik politikus, kalau dibandingkan dengan kader Dance, Suniprat ataupun Supriyono, jelas jauh wawasan birokrasi dan politiknya, karena Hendry memang tidak berkecimpung di dunia itu.

Untuk menciptakan magnit supaya orang memilih calonnya, tentu saja perlu pintar-pintar memasarkannya. Kalau ingin hasil jualannya mempunyai keuntungan jangka panjang, penjualnya harus menawarkan barang yang istimewa, supaya pelanggan selalu puas, seandainya nampak sedikit kurang bagus, kemasannya dibikin lux, supaya penampilannya menjadi bagus. Namun kalau barang itu cacat, atau bahkan membusuk, sebagai penjual yang menjaga kualitas tentu tidak akan menawarkan kepada pelanggannya. Berbeda kalau hanya ingin mencari untung sesaat, untung jangka pendek, yang penting dapat uang, tidak menang pilkada pun tidak masalah, barang yang mulai membusuk pun dapat diawetkan sementara dangan bahan kimia, akan bertahan untuk beberapa hari. Namun akibat jangka panjang yang akan dituai, pelanggannya akan lari meninggalkannya.

Sebagai partai besar yang beberapa kali tidak menang dalam pilkada di Salatiga seharusnya mempunyai rasa malu, harus mau berfikir melihat pengalaman masa lalu, pada waktu kalah berlaga dengan PIS partai kecil yang berhasil mengusung pasangan Yaris menjadi kepala daerah di Salatiga. Kemenangan dalam pilkada merupakan bentuk dari prestasinya.

Menjual calon perlu mempertimbangkan posisioning, segmentasi, diferensiasi dan sales,semuanya memegang peranan penting, terkait dengan apa citra yang hendak dijual, kepada siapa akan dipasarkan, apa wujudnya, apa kelebihannya dari pesaingnya, dan bagaimana cara menjualnya.

Yang tidak kalah penting, yang akan ditawarkan ke masyarakat perlu melalui riset. Kalau tidak diriset bisa dengan mendengar pendapat dari mayarakat disekitarnya. Pemetaan potensi, membaca peta persaingan dengan kondisi lawan petahana yang sekarang, perlu dilakukan, untuk menandingi perlu mencari calon yang prima lebih bersih, jujur, berintegritas, punya etos kerja tinggi. Surabaya punya Tri Rismaharini, saatnya Salatiga bisa mencari yang berintegritas sekelasnya. Salatiga pasti punya !.

Kalau PDI Perjuangan Salatiga ingin menyambung jalur merah dari Semarang ke eks Karesidenan Surakarta, saat ini adalah kesempatannya. Banyak masyarakat yang berintegritas di Salatiga yang dapat dipilih untuk memperbaiki citranya. Ya, citra, sekali lagi citra. Citra perlu di jaga supaya suaranya tidak semakin sumbang di masyarakat dan Citra itu tidak disahut orang.

Yang menjadi pertanyaan sekarang, apakah kondisi yang terjadi di tubuh PDI Perjuangan Salatiga ini merupakan bagian dari strategis bisnis ?. Apabila Soemarmo tidak disetujui oleh DPP PDI, DPC angkat tangan dan mengatakan “kami tidak mempunyai kewenangan, semua ketetapan dari DPP”.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun