Hidup manusia tidak pernah lepas dari proses yang dinamakan berpikir. Setiap hari, sadar atau tidak, kita terbiasa merenung tentang diri sendiri, tentang orang lain, dan tentang dunia yang sedang dijalani. Dari kebiasaan sederhana itulah filsafat lahir dan berkembang. Itu bukan sesuatu yang asing, tapi sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Dalam buku Filsafat Umum, penjelasan mengenai filsafat disampaikan dengan bahasa yang mudah dicerna. Di awal bukunya, penulis menyebutkan bahwa filsafat bukan hanya sekadar teori, tapi juga kegiatan berpikir kritis dan mendalam. Kalau ilmu biasanya fokus ke satu bidang tertentu, filsafat justru mencari dasar dari segala sesuatu. Dari situlah kita bisa belajar bahwa filsafat bukan cuma soal teori, tapi juga latihan untuk berpikir lebih luas, lebih mendalam, dan memiliki fungsi nyata dalam kehidupan.
Konsep filsafat juga dijelaskan dari berbagai pandangan tokoh. Misalnya, Plato mengungkapkan bahwa filsafat adalah upaya memberikan kritik terhadap berbagai pendapat yang berlaku. Cicero mengartikan filsafat sebagai seni kehidupan. Dari berbagai definisi ini, terlihat bahwa filsafat memiliki banyak sisi. Filsafat sudah sejak lama menjadi sarana manusia untuk memahami realitas, mencari kebenaran, dan membangun pandangan hidup.
Objek filsafat sendiri terbagi menjadi dua: objek materi dan objek forma. Objek materi filsafat adalah segala sesuatu yang ada dan mungkin ada, sedangkan objek forma adalah sudut pandang mendalam yang digunakan untuk memahami sesuatu. Dengan begitu, filsafat tidak berhenti pada "apa yang ada", tetapi juga menanyakan "mengapa" dan "bagaimana" sesuatu itu bisa ada.
Ciri pemikiran filsafat pun khas, yaitu menyeluruh (universal), spekulatif (tidak faktual), berkaitan dengan nilai, mendasar (berhubungan dengan arti), dan sistematis.
Kalau dilihat dari cabang-cabangnya, filsafat punya banyak sekali bidang, seperti metafisika, epistemologi, etika, estetika, hingga sejarah filsafat. Dari cabang-cabang itu lahirlah ilmu pengetahuan yang kita kenal sekarang. Jadi wajar kalau filsafat sering disebut sebagai "induk ilmu".
Jujur aja, waktu pertama kali membaca, saya sempat bingung karena kelihatannya sulit dipahami. Tapi setelah dibaca berulang-ulang, saya mulai paham kalau sebenarnya cabang-cabang itu nyambung dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya etika, itu berhubungan langsung dengan sikap kita terhadap orang lain. Dari situ saya sadar kalau filsafat bukan cuma sekadar kumpulan pemikiran para ahli, tapi juga ikut membentuk peradaban manusia.
Kalau dilihat dari manfaatnya, belajar filsafat ini banyak banget manfaatnya. Pertama, kita jadi terbiasa berpikir kritis dan tidak mudah menerima informasi begitu saja. Kedua, filsafat membuat kita lebih sadar arah hidup dan nilai-nilai yang penting. Untuk mahasiswa seperti saya, filsafat bisa jadi bekal supaya tidak hanya menghafal teori, tapi juga berani mempertanyakan dan mengembangkan teori itu. Intinya, filsafat ngajarin kita supaya nggak asal terima sesuatu tanpa mikir panjang.
Saya jadi inget waktu ada kabar simpang siur di grup WhatsApp keluarga. Banyak yang langsung percaya lalu menyebarkan, padahal belum tentu benar. Dari situ saya ngerasa, kebiasaan mikir kritis yang dipelajari dari filsafat itu bener-bener kepakai, soalnya bikin kita hati-hati sebelum ikut nyebarin info.
Kalau saya pribadi, belajar filsafat bikin sadar kalau rasa ingin tahu itu penting. Bertanya sesuatu itu bukan berarti kita bodoh atau lemah, tapi justru tanda bahwa kita peduli dan ingin mengerti lebih dalam. Misalnya, pas aku mikir, "buat apa sih capek-capek kuliah?", ternyata itu juga bentuk pertanyaan filosofis. Dari sini saya merasa filsafat itu sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Di zaman sekarang, manfaat filsafat itu semakin terasa. Informasi datang dari mana saja dan sering bercampur antara fakta dan opini. Banyak orang mudah sekali termakan berita hoaks atau ikut-ikutan tanpa berpikir terlebih dahulu. Dengan cara berpikir filosofis, kita dilatih untuk hati-hati, mempertanyakan kebenaran, dan akhirnya bisa lebih bijak dalam bersikap.