Jempol buat Mahasiswa Indonesia yang berada di Rusia, khususnya buat Mahasiswa dari Kalimantan Timur, Kaltim. Lebih khusus lagi buat Gubernur Kaltim. Wah… ada apa nih kok tiba-tiba muji para mahasiswa dan Gubernur Kaltim? Mungkin pembaca bertanya-tanya. Tulisan kok diawali dengan kata jempol atau belum apa-apa sudah memuji dulu, apanya sih yang menarik? Ini dirahasianya. Mungkin bagi orang panggung ini suatu hal yang biasa, menari dan menyanyi, tapi anda akan setuju dengan saya bila melihat proses apa yang terjadi di balik tampilan mahasiswa-mahasiswa kita kali ini.
Mari kita mulai, mereka kebanyakan yang tampil pada pentas di Kampus kebanggaan masyarakat Rusia, disebut juga kampus PBB, RUDN, pada tanggal Sabtu, 21 Mei 2016, tepat dengan tanggal mundurnya Suharto sebagai Presiden RI ke 2, tepatnya tanggal 21 Mei 1998. Loh apa hubungannya? Bagini, jika saja Suharto tidak mundur dari jabatannya sebagai Presiden RI, maka acara seperti ini di Rusia tidak akan pernah ada, mengapa?
Karena di era reformasi inilah hak-hak otonomi daerah dihargai, jangan lupa di masa Orba, orde baru, bagi yang ke Rusia akan diawasi oleh pihak keamanan, dan tidak mudah, apa lagi untuk kuliah. Nah beda di jaman reformasi, hubungan baik Rusia Indonesia terjalin erat, jangan lupa juga, hanya beda sehari, Jokowi baru saja bertemu denga Putin di Soci, pertemuan tingkat tinggi ASEAN, 18-10 Mei 2016. Jadi di era reformasi inilah tak tanggung-tanggung pemerintah, dalam hal ini Gubernur Kaltim, memberikan beasiswa bagi masiswa-mahasiswa yang potensial untuk belajar di Rusia.
Kembali ke sepak terjang mahasiswa Indonesia Rusia, yang di awal tulisan saya sebut dengan jempol, mengapa? Karena baru kali ini, dalam skala besar, mahasiwa Indonesia di Rusia yang menggebrak Rusia dengan kraesi yang tak tanggung-tanggung, seharian, dari pagi sampai malam, dan di tengah hujan deras yang mengguyur Moskow, untungnya penyelanggaraan di daam gedung RUDN, yang kapasitasnya seperti konser umumnya, di atas 500 orang, padahal ini kampus, bukan gedung konser umum yang nontonnya pakai tiket. Ini luar biasa, lagi-lagi untuk kegiatan mahasiwa, jangan lupa ini di negara orang, yang tentu saja perlu kerja keras untuk mewujudkan terealisasinya acara yang bertajuk “ Pelita Cinta Nusantara” dari Kaltim menuju dunia.
Sebenarnya bukan hanya mahasiwa dari Kaltim saja, tapi sebagian besar yang bergerak dari mahasiswa Kaltim tersebut. Maka kerja luar biasa ini, khususnya untuk pertunjukan, lagi-lagi perlu diacungkan jempol, karena dari pukul 17.00 WM ( 21.00 WIB) sampai dengan 21.00 WM( 01.00 WIB) nonstop tari dan nyanyi bergerak di atas panggung, dengan sebuah gaya yang dibuat semacam narasi dengan tokoh sentral anak muda Rusia yang berkeliling ke Indonesia. Dari ujung Barat pulau Sumatera sampai ke ujung Timur Papua.
Maka dimunculah beraneka tari dan nyanyi yang melawakili pulau besar di Indonesia atau Nuasantara, dan penontonpun berdecak kagum dan tak berangkat dari kursinya selama kuarang lebih 2 jam. Luar biasa, dari mahasiswa Indonesia di Rusia untuk nusantara dan dunia. Mengapa? Karena yang nontonpun dari penjuru dunia yaitu mahasiwa-mahasiwa yang kuliah di RUDN, dengan demikian mahasiswa Indonesia secara tak langsung dengan membawa misi budaya Nusantara untuk dunia!
Bahkan mahasiswa negara lain ikut menyumbangkan budayanya pada acara tersebut, munculah tarian kipas Korean Selatan, tari Sufi dari Turky, musik gendang rege dari Afrika, tari gaya India dibawakan mahasiswa dari Srilanka, Band anak muda Rusia, tarian dari Armenia, dan goyang tradisionil dari Peru dan lain sebagainya, berkolaborasi dengan mahasiswa kita dengan tarian Mareka-reka dari Maluku, Reog Ponorogo, tari Badinding dari Sumatera Barat, tarian panah dan sumpit dari Kaltim, tarian dari Papua, lagu “lenggang-lenggok Jakartanya” Crisye pun tampil, dan tak ketinggalan muncul wayang kulit oleh Prof. Andrik Purwasito dari ISI Jogyakarta, serta tarian Jaipong oleh gadis Rusia, keren habis!
Wah benar-benar hebat mahasiswa kita kali ini, kalau dihitung biaya, entah berapa besarnya saya tak tahu, karena untuk menyewa gedung saja, bukan perkara kecil, biaya sewa di Rusia “gila-gilaan”, sehingga kadang-kadang, untuk yang bersipat resmi saja, yang kantor resmi saja, saya tak mau menyebut lembaganya, nanti rame, harus mencari gedung yang bisa gratis atau bahkan tampil di lapangan, seadanya atau bahkan tampil ikut “nyelip” atau “diselipkan” di acara milik pemerintah Moskow, Rusia.