Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Beda Pilihan Pada Pilpres Bukan Aib

7 Februari 2019   19:56 Diperbarui: 7 Februari 2019   20:30 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua pasangan capres ini sama-sama anak bangsa, bukan musuh. Sumber: journalbuzz.com

Bangsa kita dikenal sebagai bangsa yang murah senyum, namun ironisnya pada dekade terakhir ini setelah kerusuhan besar-besaran Mei 1998, bangsa dikenal dengan beringas, anarkis, merusak. Sampai ada sasterawan terkenal Indonesia menulis puisinya dengan judul : "Aku Malu menjadi Orang Indonesia ". Sedih baca dan mendengar puisi tersebut. Bangsa yang begini besar sampai membuat malu anak bangsa sendiri.

Aneh memang, bangsa yang dikenal dengan senyumannya kini hampir setiap hari kita menemukan dan melihat serta membaca berita tentang ujaran kebencian, hoaks dan anehnya ujaran kebencian tersebut bukan keluar dari mulut orang biasa, tapi keluar dari mulut tokoh-tokoh nasional, yang saling berujar di media social, begitu juga banyaknya demo yang penuh anarkis, sumpah serapah dan cacimaki pada orang yang didemo, jauh dari kesopanan dan kesantunan.

Loh kemana senyum Anda? Kemana empati Anda? Bangsa yang besar ini, telah dibuat sedemikian rupa menjadi bangsa yang kerdil, bangsa yang tak menghargai sesamanya, hanya karena paham, partai, organisasi atau aliran yang berbeda, sangat disayangkan dan memprihatikan. Apa lagi saat kampanye Pilpres sekarang, siapa yang tak sealiran, yang tak  sepaham, bukan temannya, dianggap musuhnya, bahaya bukan?   

Atau memang ada sekenario raksasa dari luar yang tak ingin, bangsa kita menjadi bangsa yang besar? Sehingga bangsa dan negara kita dibuat kacau balau begini? Kita tak mengharapkan menjadi Irak, Afganistan atau Palestina yang terus menerus dilanda peperangan saudara, hanya karena ada pihak luar yang ikut bermain di dalamnya. Kita berlindung kepada Allah dari keadaan yang demikian.

Mari kita semua menjaga diri kita masing-masing, agar tidak mudah terprovokasi oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab, yang hanya ingin melihat kita berseteru sama lain, yang ingin kita terus menerus ribut dengan sesamanya elemen bangsa sendiri, yang ingin terus melihat bangsa dalam keadaan riuh redah dengan segala macam demo yang tak berkesudahan. Tak gampang merubah keadaan yang selama 32 tahun negara kita dalam keadaan tekanan dari pemerintah, yang membungkam semua pihak yang bersebrangan dengan pemerintah saat itu.

Tapi sudahlah, itu masa lalu, masa Orde Baru, yang jelas tak semuanya buruk, tapi ada juga sisi baiknya. Jaman itu teresa lebih aman, jarang tawuran, tak ada demo yang anarkis dan lain sebagainya. Mari sekarang kita berorientasi ke depan, kita tatap masa depan kita, mau dikemanakan bangsa kita? Ya tergantung pada kita semua, sebagai elemen bangsa, baik buruknya bangsa kita ke depan, tergantung pada kita semua, bukan hanya tanggungjawab pada pemerintah yang sekarang, tapi kita semua rakyat indonesia.

Pilpres 2019 yang akan berlangsung 17 April 2019 nanti, jangan dijadikan pemecah belah bangsa, dua kubu yang sedang mencari kemenangan oke-oke saja. Namun jangan dijadikan arena untuk menghantam kubu yang bersebelahan atau yang berlawanan, karena kubu lawan juga anak bangsa Indonesia, yang sama-sama berniat agar Indonesia menjadi lebih baik. Dua kubu pasangan Pilpres ini pun sama-sama anak bangsa yang punya kualitas masing-masing, bukan orang yang "ujug-ujug" muncul, kalau kata orang Betawi. Mereka juga hasil proses puluhan tahun dan juga bukan " anak kemarin sore" yang tiba-tiba muncul menjadi pasangan capres dan wacapres.

Mari kita kembalikan jati diri bangsa kita, yang mudah bersahabat dan mudah memaafkan orang lain. Jangan sampai aparat negara kita yang di atas sana hanya sibuk menenangkan rakyat, sibuk mengklarifikasi, sibuk membantah rumor, hoaks dan sebagainya, sehingga tak sempat lagi mengerjakan apa yang menjadi tanggung jawabnya sebagai pejabat atau aparatur negara. Sayangkan, kita sudah cape-cape memilih mereka, eh mereka tak sempat berbuat apa-apa untuk kita, rakyat Indonesia. Ayo gunkan energi positif bangsa kita untuk membangun bangsa ini ke depan, bukan saling hujat, saling nyinyir, saling ejek, saling fitnah dan lain sebagainya. Pilpres itu ajang untuk adu program, bukan adu bogem.

Mari semua anak bangsa, berbagi kebahagiaan dan persahabatan. Kalau mau demo, ya demo yang baik-baik aja, bukan yang anarkis, merusak atau brutal, jangan sampai berita di TV,  internet. WA, FB, Instagram dan lain sebaginya yang kita baca, isinya hanya, kerusuhan, kerusuhan dan kerurusahan. Nanti pihak yang mau invenstasi ke negara kita menjadi takut, takut modal yang di simpannya tak kembali, itu artinya lapangan pekerjaan jadi semakin sempit, dengan demikian pengangguran semakin bertambah, bisa merugikan kita semuanya.

Bangsa yang besar adalah yang ramah pada bangsa yang lain, bangsa yang menghargai bangsa lainnya, bangsa yang tak mengekspansi negara lain, bangsa yang menjunjung tinggi kehormatan bangsa lain, bangsa yang tak menjajah bangsa lain, bangsa yang tak menyerang bangsa lain, bangsa yang cinta damai yang bukan hanya diretorika, tapi nyata dalam hidup. Bangsa yang seperti itu akan murah senyum dalam arti yang sebenarnya, bangsa yang seperti itu tidak paranoid dengan bangsa lain, bangsa yang tak mudah mencap bangsa lain dengan teroris dan seterusnya.

Lalu bagaimana dengan bangsa kita? Terlepas, bagaimana kerjanya pemerintah mengatasi berbagai persoalan bangsa kita, mari kita semuanya mengerem diri dari apapun yang sipatnya anarkis, mencaci maki, memfitnah, hoaks dan lain sebagainya. Mari kita hadapi hidup ini dengan bekerja keras untuk kehidupan bangsa kita. Semoga ridho Allah selalu bersama kita. Amin. Semoga dengan bangsa kita yang damai, aman, tentram, tidak ada kerusuhan, investasi akan segera masuk sebanyak-banyaknya, pariwisata akan semakin maju, melebihi apa yang sudah ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun