Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bedakah Kartu Kuning buat Presiden dari BEM dan Amien Rais?

10 Februari 2018   08:02 Diperbarui: 10 Februari 2018   08:25 1127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: kompas.com

Masih tentang kartu kuning yang diberikan pada Jokowi oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia ( BEM UI) yang membuat lagi-lagi jagat perpolitikan Indonesia kembali dibuat gaduh, sebenarnya tidak aneh, karena ini adalah tahun politik, tahun dimana proses pilkada sedang berlangsung, yang kata orang merupakan pemanasan untuk pilpres 2019 mendatang. Kartu kuning yang biasa digunakan oleh wasit peda pertandingan sepak bola, kali ini digunakan oleh mahasiswa untuk mengkritik pemerintah, khususnya mengkrtik presiden Jokowi.

Mengapa menjadi gaduh? Padahal kartu kuning hal biasa saja, bahkan Jokowi menanggapinya dengan santai, " hal itu biasa bagi mahasiswa" lalu mengapa yang lainnya ribut-ribut? Mengapa yang lainnya seperti kebakaran jenggot? Mengapa yang lainnya malah seperti tidak terima? Aneh bukan? Yang dikritik menanggapi dengan santai, namun di sekeliling Jokowi yang marah? Bahkan banyak orang di sekeliling Jokowi bilang" mahasiswa harus belajar lagi, belajar ekonomi macro lebih dahulu sebelum mengkritik Jokowi " Namun hal itu sudah dibantah dengan tokoh lainnya, rame jadinya. Ya maklum aja, sebuah kartu kuning diberikan disaat kunjungan Jokowi ke UI.

Kalau Amin Rais yang memberikan kartu kuning atau bahkan kartu merah sekalipun,   perpolitikan Indonesia mungkin akan menanggapi biasa saja alias tidak kontroversi, karena posisi Amin Rais jelas, akan mengkritik habis pemerintahan siapapun presidennya. Bapak Reformasi ini bahkan tak takut mengkritik pemerintahan  presiden kedua, Suharto, yang saat itu jaman Orde Baru ( Orba) sedang kuat-kuatnya, tapi Amin Rais tidak takut, padahal nyawanya bisa hilang! Singkat kata Orba akhirnya tumbang, pas sehari setelah hari Kebangkitan Nasional. Suharto tumbang pada tanggal 21 Mei 1998, dua dekade lalu. Lahirlah Orde Reformasi ( Oref) sampai sekarang.

Amin Rais, bapak reformasi, yang tetap berjuang di usia senjanya. Sumber: tribunnews. Com
Amin Rais, bapak reformasi, yang tetap berjuang di usia senjanya. Sumber: tribunnews. Com
Kembali ke kartu kuning buat Jokowi. Apa yang salah? Bukankah pemerintah boleh dikritik oleh siapapun? Bukankah negara kita negara demokrasi, yang menghargai perbedaan pendapat dan menghargai kritikan? Lalu mengapa jadi ribut begini? Bukankah hal itu biasa saja, bukankah mahasiswa memang harus kritis terhadap pemerintah. Mahasiswa sebagai agen perubahan bagi pembangunan bangsa, memang tak boleh berdiam diri. Sebagai pemuda, mahasiswa memang harus bersuara terhadap ketidakadilan, ketimpangan ekonomi, kesenjangan sosial yang tinggi dan lain sebagainya.

Jadi apa yang salah kalau kartu kuning itu diberikan mahasiswa kepada Jokowi? Ada yang beranggapan kartu kuning salah tempat, karena Jokowi ketika diberikan kartu kuning oleh mahasiswa saat Jokowi memang diundang oleh UI, jadi Jokowi saat itu adalah tamu yang diundang oleh pihak UI sendiri. Nah mengapa tamu yang diudang dipermalukan oleh yang mengundang, sehingga pihak rektorat perlu minta maaf atas apa yang dilakukan mahasiswanya. Ini alasan yang kontra terhadap kartu kuning yng diberikan pada Jokowi, kasarnya kartu kuning yang diberikan salah tempat dan salah momennya, itu bagi yang kontra.

Bagi yang pro pemberian kartu kuning, tak masalah kartu kuning itu diberikan saat Jokowi diundang, karena kedudukan Jokowi saat itu tetap seorang presiden, bukan sebagai individu yang tidak memagang jabatan presiden, jadi tak ada masalah Jokowi diberikan kartu kuning. Bagi yang pro terhadap pemberian kartu kuning pada Jokowi, itu bagus. Bahkan mungkin pihak yang selama ini kontra dengan segala kebijakan Jokowi, akan tepuk tangan. 

Dan mendukug sekuat-kuatnya, agar yang memberikan kartu kuning sebanyak-banyaknya, bukan hanya oleh mahasiswa, tapi oleh pihak lainnya. Wah mantap nih, pemanasan menjelang pilpres 2019 sudah terasa gaungnnya.

Namun sayangnya, para presiden BEM yang tampil di acara Mata Najwa 7 Februari 2018 yang lalu kehilangan gregetnya, mereka mati langkah dengan pertanyaan-pertanyan yang cerdas dari Najwa Shihab, sehingga terlihat sekali para persiden BEM dari UI, ITB, IPB, UGM seperti mati kutu, mereka terdiam beberapa saat sebelum menjawab pertanyaan Najwa Shihab, beda sekali dengan penampilan pertama mereka saat berorasi di acara Mata Najwa, menggebu-gebu, namun saat kepojok dengan pertanyaan Najwa Shihab mereka mati kutu, bahkan ada yang gagap menjawab pertanyaan Najwa Shibah.

Najwa Shihab sang tuang rumah Mata Najwa. Sumber: winnetnews.com
Najwa Shihab sang tuang rumah Mata Najwa. Sumber: winnetnews.com
Ya maklum, bukankah mahasiswa memang sedang belajar, belajar dalam segala hal, termasuk belajar berdialog di hadapan presenter cerdas, sekelas Najwa Shihab, bukankah Najwa Shihab juga mahasiswa dan alumni UI yang ketika mahasiswa juga tidak kedengaran suaranya? Bukankah sebelum membawa acara Mata Najwa, Najwa Shibah bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa? Jadi wajar jika saat ini para presiden BEM dari perguruan tinggi pavorit tersebut KO dibuatnya, karena Najwa Shihab sudah berpengalaman panjang membawa acara Mata Najwa, sedangkan mereka masih kuliah, masih belajar, bahkan masih pusing untuk menyelesaikan skripsi mereka.

Kembali kepada kartu kuning buat Jokowi, apa yang salah? Ya tak ada yang salah, masa presiden dikritik marah? Kalau yang mengkritik sekelas Amin Rais, baru Jokowi harus waspada, karena kritikan Bapak Reformasi penuh dengan data, bukan kata orang, bukan kata media dan sebagainya. Jika Amin Rais yang diajak dialog pada acara Mata Najwa oleh Njawa Shibah, bisa terjadi sebaliknya, jangan-jangan Najwa Shihab yang akan dikuliahi oleh Amin Rais, karena Amin Rais memang pakarnya.

Beda kelas, tapi tak apa-apa, mahasiswa yang berdialog dengan Najwa Shihab adalah calon-calon pemimpin di masa depan, jangan-jangan salah satu dari mereka adalah menteri di masa depan atau pejabat tinggi negara kita, semoga. Iya ya, kapan nih Najwa Shihab mewawancari Amin Rais secara khusus, seorang diri, seperti dilakukan pada Habibie? Ayo dong Amin Rais dijadikan nara sumber dalam cara Mata Najwa, bukankah Amin Rais sudah memberikan kartu merah, bukan lagi kartu kuning buat Jokowi? Ayo Mata Najwa wawancara dengan Bapak Reformasi, Amin Rais, kalau mungkin dipertemukan dengan Jokowi disatu tempat, ditunggu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun