BAB 1
PENDAHULUAN
Â
Latar Belakang
Indonesia saat ini di hadapi dengan tantangan besar yakni masalah kesehatan triple burden, karena masih adanya penyakit infeksi, meningkatnya penyakit tidak menular (PTM) dan penyakit-penyakit yang seharusnya sudah teratasi muncul kembali. perubahan gaya hidup masyarakat menjadi salah satu penyebab terjadinya pergeseran pola penyakit (transisi epidemiologi). Tahun 2015, penayakit tidak menular (PTM) seperti stroke, penyakit jantung koroner (PJK), kanker dan diabetes justru menduduki peringkat tertinggi. Hal ini terjadi akibat perubahan pola hidup masyarakat, pola hidup yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik dan kebiasaan makan yang tidak baik merupakan penyebab penyakit tidak menular semakin meningkat (Yarmaliza, 2020).
Berdasarkan data (WHO, 2021), Penyakit Tidak Menular (PTM) menyebabkan 71% kematian atau sekitar 41 juta orang tiap tahunnya. Selain itu, 77% dari semua kematian PTM terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah, seperti Indonesia. Penyakit Tidak Menular (PTM) di  Indonesia diprediksi akan  mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2030. Sifatnya yang kronis dan menyerang usia produktif, menyebabkan permasalahan PTM ini bukan hanya masalah kesehatan saja, akan tetapi  mempengaruhi  ketahanan  ekonomi  nasional  jika  tidak  dikendalikan  secara  tepat, benar, dan berkelanjutan (Keren Stelin Maliangkay et al., 2023).
Salah satu jenis PTM yang menyebabkan kematian tertinggi adalah penyakit jantung atau oenyakit kardiovaskular. Penyakit Kardiovaskular merupakan penyakit penyebab kematian dan kecacatan  di negara maju maupun berkembang. Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit dengan  kelainan yang terjadi pada jantung dan pembuluh darah. Salah satu jenis dari penyakit kardiovaskular adalah penyakit jantung koroner, atau yang biasa dikenal dengan PJK (Tampubolon et al., 2023). Penyakit Jantung di Indonesia mencapai 1,5% pada penduduk semua umur. hal tersebut berarti bahwa diantara 100 orang penduduk semua umur 1,5%nya menderita penyakit  jantung. Sebanyak 15 provinsi juga memiliki prevalensi diatas rata-rata prevalensi nasional. Usia 65-74 tahun merupakan kelompok usia dengan angka kematian tertinggi akibat PJK, namun ada juga PJK pada usia muda yakni15-24 tahun. Penyakit jantung koroner (PJK)merupakan penyakit gangguan jantung dan pembuluh darah, dimana terjadi penebalan pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan tersumbatnya dan menyempitnya pembuluh darah koroner yang mengakibatkan terganggunya aliran darah ke otot jantung, sehingga kurangnya aliran darah ke jantung yang mengakibatkaan terganggunya fungsi jantung (Tampubolon et al., 2023).
Wujud pencegahan dan penanggulangan terjadinya penyakit tidak menular pada masyarakat dengan gencar melakukan promosi kesehatan, penyuluhan, atau pemberian edukasi  kesehatan kepada masyarakat. Promosi kesehatan merupakan kegiatan yang mampu  mempengaruhi masyarakat  untuk  mengubah  perilaku  kesehatannya  serta  mampu  membantu  masyarakat meningkatkan derajat  kesehatannya oleh sebab  itu, diperlukan adanya pemberian promosi kesehatan kepada masyarakat. Saat ini promosi kesehatan masuk kedalam program kerja pemerintah dibawah koordinasi Kementerian Kesehatan (Dyah, 2022).
Salah satu promosi kesehatan dalam menurunkan angka penyakit menular maupun tidak menular adalah melalui intruksi presiden no.01 tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS), yang merupakan suatu tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Pelaksanaan GERMAS harus dimulai dari keluarga, karena keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat yang membentuk kepribadian. GERMAS mengajak masyarakat untuk membudayakan hidup sehat, agar mampu mengubah kebiasaan-kebiasaan atau perilaku tidak sehat (Siswati et al., 2021).
Germas  dapat  dijadikan  salah  satu solusi dalam mencegah dan menanggulangi PTM serta  meningkatkan gaya hidup sehat masyarakat. Germas dapat berdaya guna dan berhasil guna   melalui pemberdayaan dan kemitraan bersama antara masyarakat dengan pihak kesehatan  (Puskesmas).  Optimalisasi peranan  masyarakat  dalam  bidang  kesehatan melalui  fasilitasi  kader  kesehatan di  Posbindu PTM menjadi solusi program promosi kesehatan yang efektif di masyarakat (Kotabumi et al., 2022).
Upaya pencegahan penyakit jantung oleh pemerintah dilakukan salah satunya dengan pembentukan posbindu  penyakit  tidak  menular (PTM).  Posbindu merupakan wujud peran  serta masyarakat  dalam  melakukan  kegiatan  deteksi  dini  dan  pemantauan  faktor  risiko  PTM  seperti  penyakit jantung yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik serta mandiri dan berkesinambungan (Saraswati, 2024). Untuk mengendalikan PJK, deteksi dini faktor risikonya harus dimaksimalkan. Salah satu program pencegahan yang aktif dilakukan saat ini adalah Pos Pembinaan Terpadu PTM (Posbindu PTM). Posbindu PTM adalah kegiatan monitoring dan deteksi dini faktor risiko PTM terintegrasi yang dikelola oleh masyarakat melalui pembinaan terpadu dengan sasaran masyarakat berusia 15 tahun ke atas di wilayah Posbindu (Astriati & Adimutja, 2022). Untuk melihat peran perawat komunitas pada pelaksanaan program GERMAS dalam pengendalian Penyakit Jantung Koroner (PJK) ini dituangkan dalam bentuk esai ilmiah dengan judul Optimalisasi Peran Perawat Komunitas dalam Meningkatkan Perilaku Hidup Sehat Melalui GERMAS untuk Deteksi Dini dan Edukasi Penyakit Jantung Koroner.
BAB II
PEMBAHASAN
Â
Studi Lapangan dalam Penguatan Peran Kader di POSBINDU PTM
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (DP2PTM) Kementerian Kesehatan memiliki rencana strategis untuk mencegah dan mengendalikan faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM). Salah satu rencana yang dilaksanakan adalah Pos Pembinaan Terpadu PTM (POSBINDU). Fokus pencegahan dan pengendalian PTM adalah untuk menjaga kesehatan masyarakat dan mencegah faktor perilaku berisiko. Perilaku berisiko ini diidentifikasi dan diubah untuk mencegah penyakit menular. Sasaran posbindu adalah setiap warga negara berusia lima  belas  tahun  ke  atas  yang  tinggal  di  daerah,  kelurahan,  atau  institusi  tersebut (Widodo et al., 2025).
Dalam pelaksanaan Posbindu masih ada ketergantungan pada salah satu kader yang senior sebagai penggerak pelaksanaanya, karena tidak semua kader memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup dalam pelaksanaan Posbindu. Keberhasilan promosi kesehatan di masyarakat sangat dipengaruhi oleh tokoh masyarakat dan kader kesehatan sebagai pengerak Masyarakat. Keberadaan Posbindu perlu didukung dengan adanya kader yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang baik (Astuti et al., 2020). Kader dalam Posbindu memiliki peran yang sangat penting diantaranya sebagai pengerak, pemantau faktor risiko, konselor pada penyakit tidak menular. Dengan peranya tersebut kader harus memiliki kemampuan yang baik dalam melakukan pemeriksaan maupun dalam memberikan promosi kesehatan kepada Masyarakat. Keberadaan kader dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mencegah penyakit tidak menular, selain itu kader dapat menjadi jembatan komunikasi antara masyarakat dan tenaga kesehatan. Posbindu merupakan kegiatan yang dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat untuk melakukan deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular (Astuti et al., 2020).
Para kader Posbindu dapat menjadi agent perubahan bagi masyarakat sekitarnya Kader Posbindu adalah tenaga masyarakat yang telah dilatih, dan dibentuk dalam suatu forum komunikasi alih tehnologi dan pelayanan bimbingan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. Bahkan, tidak hanya memiliki pengetahuan tentang PTM, hendaknya kader Posbindu juga menerapkan gava hidup sehat sebagai perilaku sehari-hari. Kader yang mampu melakukan deteksi PTM akan menurunkan risiko komplikasi. Penvelenggaraan Posbindu PTM terbukti meningatkan pengetahuan dan ketrampilan kader, dan terdapat pengaruh peningkatan kemampuan kader dalam mengelola Posbindu (Apryani et al., 2024).
Pelaksanaan Posbindu dilakukan yang terdiri dari lima tahapan, tahap pertama adalah pengisian data peserta dan NIK. Tahap kedua yaitu wawancara faktor risiko penyakit tidak menular. Tahap 3 pengukuran tingg badan, berat badan dan menghitung index masa tubuh. Tahap keempat adalah pengukuran tekanan darah dan pengukuran gula darah. Tahap lima adalah identifikasi faktor risiko penyakit tidak menular, edukasi faktor risiko tindak lanjut dini dan pengisian hasil layanan. Dengan serangkaian kegiatan tersebut kader Posbindu harus mempunyai kemampuan yang baik untuk melakukan penilaian faktor risiko maupun kemanpuan dalam melakukan pemeriksaan (Astuti et al., 2020).
Peran Perawat dalam Pelaksanaan program GERMAS di POSBINDU PTM
Program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan Gerakan pembagunan dan perbaikan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. GERMAS merupakan gerakan nasional yang mengedepankan upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif-rehabilitatif dimana seluruh masyarakat dilibatkan dalam paradigma sehat. Kebiasaan-kebiasaan  atau  perilaku  tidak  sehat  dalam masyarakat dapat diubah dengan cara membudayakan GERMAS.  Secara  khusus  GERMAS  diharapkan  dapat meningkatkan produktifitas masyarakat, meningkatkan partisipasi,  mengurangi  beban  biaya  kesehatan  dan meningkatkan  peran  serta  masyarakat  untuk  hidup sehat (Nuraisyah et al., 2021).
Program GERMAS ini terdiri dari enam kegiatan utama yaitu peningkatan aktivitas fisik, peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi, peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit, peningkatan kualitas lingkungan dan peningkatan edukasi hidup sehat (Harahap & Eliska, 2023). GERMAS dapat dilakukan dengan cara: Melakukan aktifitas fisik, Mengonsumsi sayur dan buah, Tidak merokok, Tidak mengonsumsi alkohol, Memeriksa kesehatan secara rutin, Membersihkan lingkungan, dan Menggunakan jamban. Pada tahap awal, GERMAS secara nasional dimulai dengan berfokus pada tiga kegiatan, yaitu: 1) Melakukan aktivitas fisik 30 menit per hari, 2) Mengonsumsi buah dan sayur; dan 3) Memeriksakan kesehatan secara rutin (Ptm et al., 2023).
Salah satu bentuk nyata pelaksanaan upaya promotif dan preventif ini adalah melalui Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) yang menjadi wadah implementasi program GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat). Di sinilah peran perawat komunitas menjadi sangat penting. Sebagai tenaga kesehatan yang berinteraksi langsung dengan masyarakat di tingkat akar rumput, perawat komunitas bertindak sebagai pendamping, fasilitator, edukator, serta penghubung antara layanan kesehatan dan masyarakat dalam pelaksanaan Posbindu PTM guna mendukung GERMAS dan mencegah PJK. Adapun implementasi peran perawat tersebut adalah sebagai berikut:
- Deteksi Dini Faktor Risiko PJK melalui Pemeriksaan di Posbindu
Melalui deteksi dini, komplikasi penyakit dapat dicegah. Sehingga upaya preventif dan promotif adalah hal penting dalam pengendalian PTM.. Melalui Posbindu, perawat komunitas secara aktif melakukan kegiatan skrining terhadap faktor risiko utama PJK, dengan tujuan mengidentifikasi individu yang memiliki potensi tinggi terkena penyakit ini, meskipun belum menunjukkan gejala klinis (Apryani et al., 2024). Perawat komunitas bersama kader melakukan kegiatan skrining seperti:
Pengukuran tekanan darah untuk mendeteksi hipertensi sebagai faktor risiko utama PJK. Hipertensi mempercepat kerusakan arteri koroner dan meningkatkan beban kerja jantung.
Pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT), Indeks massa tubuh (IMT) merupakan rasio dari BB (kg) dengan TB (m2). Peningkatan IMT atau tingginya angka IMT berkorelasi dengan kejadian Penyakit jantung Koroner. Berat badan dalam kategori normal maupun berat badan yang bertambah setelah usia 18 tahun berisiko meningkatkan PJK pada Wanita.
Pengukuran lingkar perut, pengukuran yang dilakukan di sekitar perut setinggi pusar. Ukuran normal lingkar perut pada laki-laki adalah 90 cm dan 80 cm pada perempuan.
Pemeriksaan kadar kolesterol dan gula darah sewaktu (GDS), yang sangat penting untuk mendeteksi gangguan metabolik yang mempercepat aterosklerosis.
Wawancara perilaku berisiko, seperti kebiasaan merokok, aktivitas fisik harian, pola makan, serta riwayat keluarga dengan penyakit jantung (Apryani et al., 2024).
Deteksi dini ini sangat penting untuk mengidentifikasi individu dengan risiko tinggi PJK. Perawat bekerja sama dengan kader kesehatan untuk melakukan semua pemeriksaan ini secara berkala dan sistematis. Data hasil skrining dicatat untuk pemantauan, evaluasi risiko, dan intervensi selanjutnya..
- Edukasi Perilaku Hidup Sehat Sesuai Prinsip GERMAS
Perawat komunitas juga memainkan peran sebagai pendidik kesehatan yang bertugas mengubah perilaku masyarakat ke arah yang lebih sehat. Edukasi ini dilaksanakan berdasarkan pilar-pilar GERMAS yang mencakup:
Aktivitas  fisik  selama    30  menit/  hari  sebanyak  3-5  hari  per minggu  untuk menjaga kebugaran jantung dan pembuluh darah. Perawat menjelaskan pentingnya aktivitas sederhana seperti jalan kaki, bersepeda, atau senam ringan (Rahmadita et al., 2023).
Mengkonsumsi sayur dan buah 2-3 porsi setiap  hari  terutama  sayur  dan  buah  lokal  konsumsi  sayuran  dan  buah-buahan  yang  cukup. Konsumsi sayur dan buah cukup berperan dalam menjaga kenormalan tekanan darah, kadar gula dan  kolesterol  darah. Konsumsi  sayuran  dan  buah-buahan  yang cukup  turut  berperan  dalam  pencegahan  penyakit  tidak  menular  kronik.
Cek kesehatan secara berkala, yang menjadi dasar pengendalian risiko PJK. Pemeriksaan tekanan darah, gula darah, dan kolesterol tidak boleh hanya dilakukan saat sakit.
Menghindari rokok dan alkohol, serta mengelola stres melalui relaksasi, olahraga, dan komunikasi sosial yang sehat. Kebiasaan  merokok  merupakan  salah  satu  faktor  yang  dapat  memicu terjadinya  kejadian hipertensi.  Nikotin yang  terdapat  dalam  rokok  sangat  membahayakan  kesehatan  selain  dapat meningkatkan penggumpalan  darah  dalam  pembuluh  darah,  nikotin  dapat  menyebabkan pengapuran  pada  dinding  pembuluh  darah.  Konsumsi  alkohol  juga  dapat  membahayakan kesehatan   karena   dapat   meningkatkan   sistem   katekholamin,   karena   dengan   adanya katekholamin dapat memicu naiknya tekanan darah (Rahmadita et al., 2023).
Edukasi diberikan dalam bentuk diskusi kelompok di Posbindu, penyuluhan lisan, serta media visual seperti leaflet dan poster. Edukasi tidak hanya bersifat informatif, tetapi juga motivatif dan transformatif, mendorong masyarakat untuk mengambil tindakan nyata menjaga kesehatan jantungnya.
- Pembinaan dan Pemberdayaan Kader dalam Pencegahan PJK
Kader kesehatan adalah mitra penting dalam pelaksanaan Posbindu. Perawat komunitas berperan dalam melatih, membina, dan memotivasi kader agar mampu menjalankan fungsi promotif dan preventif di masyarakat. Tugas perawat dalam pembinaan kader:
Memberikan pelatihan berkala tentang keterampilan dalam melakukan pengukuran  tekanan darah  maupun  pemeriksaan  glukosa,  asam  urat  dan  cholesterol  dalam  darah  menggunakan alat  dan  metode  yang  sederhana  seperti  POCT  sehingga  dapat  membantu  warga  yang membutuhkan  pemeriksaan tersebut  baik  dalam  kegiatan  pencegahan (check  up) maupun pemantauan  pengobatan  warga  yang  sakit (Inderiati, Dewi, et al. 2021)
Membantu kader memahami cara menyampaikan informasi kesehatan yang sederhana dan efektif.
Mengajarkan kader menjadi penggerak warga, kader posbindu yang sudah dilatih diharapkan menjadi penggerak masyarakat yang efektif dalam meningkatkan kesehatan  masyarakat luas dengan mengajak mereka mengikuti Posbindu, senam, atau kegiatan GERMAS lainnya (Amar Sani, 2022).
Dengan pembinaan yang intensif, kader menjadi perpanjangan tangan perawat yang menjangkau masyarakat hingga tingkat rumah tangga. Ini sangat penting dalam menciptakan gerakan masyarakat hidup sehat yang benar-benar berasal dari masyarakat sendiri.
- Fasilitasi Kegiatan Fisik Kolektif seperti Senam Jantung Sehat
Sebagai bentuk implementasi GERMAS, perawat memfasilitasi senam sehat atau senam jantung bersama di lingkungan Posbindu. Kegiatan ini mendukung peningkatan aktivitas fisik sebagai salah satu pilar penting dalam pencegahan PJK. Senam jantung sehat adalah senam yang dapat membuat detak jantung lebih cepat dan tubuh lebih berkeringat. Peran utama senam jantung sehat adalah memperkuat otot jantung, meningkatkan fungsi jantung, dan meningkatkan aliran oksigen ke seluruh tubuh. Kegiatan senam jantung sehat ini selain memotivasi para masyarakat untuk giat berolahraga juga menjalin silaturahmi dan mempererat kerjasama. Senam jantung sehat ini menjadikan masyarakat lebih semangat dalam berolahraga sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit jantung sejak dini (Puspitasari et al., 2023).
- Rujukan dan Pemantauan Warga Risiko Tinggi
Perawat bertindak sebagai penghubung antara pelayanan skrining dan layanan medis lanjutan. Warga yang ditemukan memiliki hasil skrining tidak normal akan:
Langkah-langkah yang dilakukan:
Setelah ditemukan  hasilnya  melakukan  rujukan  pada  warga  yang berisiko tersebut untuk  dirujuk  periksa  lanjutan di  Puskesmas (Rambeanak, 2021).
Diberikan konseling personal tentang pentingnya kontrol kesehatan dan perubahan gaya hidup.
Dipantau secara berkala, baik melalui Posbindu, kunjungan rumah, atau pemantauan kader.
Pendekatan ini bersifat holistik dan berkelanjutan, tidak berhenti pada skrining saja. Pemantauan memungkinkan perawat mengevaluasi efektivitas intervensi dan memberikan dukungan berkelanjutan.
- Pendampingan Keluarga dengan Penyakit Tidak Menular (PTM)Â
Perawat  berperan  dalam  memberikan  pendidikan  kesehatan,  pengelolaan  terapi dan pencegahan komplikasi yang dapat timbul akibat penyakit tersebut. Pendampingan keluarga oleh perawat  dalam  menangani  penyakit  tidak  menular  (PTM)  di  komunitas  telah  menjadi  fokus berbagai  program  pengabdian  kepada  masyarakat  (PkM).  Pendekatan  ini  efektif  dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga dalam merawat anggota yang menderita PTM. Edukasi  dengan  pendekatan  keperawatan  keluarga  dapat meningkatkan  kemandirian  kesehatan  keluarga,  khususnya  dalam  menangani  penyakit  seperti penyakit jantung koroner.  Perawat  berperan  penting  dalam  memberikan penyuluhan  yang  efektif  untuk  meningkatkan  pemahaman  keluarga  tentang  manajemen  PTM (Tira et al., 2025).
Â
KESIMPULAN
Penyakit Tidak Menular (PTM), khususnya Penyakit Jantung Koroner (PJK), merupakan salah satu penyebab utama kematian di Indonesia dan terus meningkat seiring perubahan gaya hidup masyarakat yang kurang sehat. Kondisi ini menuntut pendekatan pencegahan yang efektif, menyeluruh, dan berkelanjutan. Salah satu solusi yang telah dicanangkan pemerintah adalah melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS), yang menekankan perubahan perilaku hidup sehat berbasis komunitas. Perawat komunitas memiliki peran sentral dalam mengimplementasikan GERMAS di masyarakat, khususnya melalui wadah Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM). Sebagai tenaga kesehatan yang berada di garis depan pelayanan masyarakat, perawat komunitas tidak hanya bertugas memberikan edukasi, tetapi juga melaksanakan deteksi dini faktor risiko PJK, melakukan pemantauan kesehatan, membina kader, dan mendampingi keluarga yang memiliki anggota dengan PTM.
Melalui edukasi tentang pola makan sehat, aktivitas fisik, penghindaran rokok dan alkohol, serta pemeriksaan kesehatan rutin, perawat komunitas membantu membentuk kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk mengelola kesehatannya secara mandiri. Kolaborasi dengan kader Posbindu juga memperkuat efektivitas intervensi, karena kader mampu menjadi perpanjangan tangan perawat yang menjangkau langsung rumah tangga masyarakat. Dengan demikian, optimalisasi peran perawat komunitas dalam pelaksanaan GERMAS terbukti sangat penting dalam menurunkan risiko PTM, khususnya PJK. Langkah ini tidak hanya berdampak pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat, tetapi juga mendukung keberlangsungan pembangunan sosial dan ekonomi bangsa melalui terciptanya sumber daya manusia yang sehat dan produktif.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI