Sejak 2022, Kabupaten Banyuwangi memulai langkah sunyi namun pasti dalam membangun ketangguhan menghadapi bencana. Lewat sebuah program edukasi kebencanaan bernama SiBona (Si Bocah Tangguh Bencana), ratusan sekolah dilibatkan, ribuan siswa dilatih, dan puluhan ribu masyarakat pendidikan disentuh.
Sebagai warga yang tinggal di daerah dengan risiko gempa, banjir, hingga letusan gunung api, saya melihat program ini sebagai salah satu bentuk kepedulian paling konkret yang bisa dilakukan pemerintah. Bukan hanya saat bencana datang, tetapi jauh sebelum itu.
Dimulai dari 2022: Membangun dari Akar
Program SiBona digagas oleh BPBD Kabupaten Banyuwangi sebagai respon atas kurangnya kesiapsiagaan masyarakat---terutama anak-anak sekolah---dalam menghadapi bencana. Bukan tanpa alasan. Banyak wilayah di Banyuwangi terletak di kawasan rawan: lereng gunung, bantaran sungai, hingga pesisir selatan yang berhadapan langsung dengan potensi tsunami.
Sejak awal peluncurannya, SiBona langsung menyasar sekolah-sekolah di pelosok yang selama ini sulit dijangkau oleh edukasi formal soal kebencanaan. Edukasi disampaikan dalam bentuk simulasi evakuasi, penyuluhan langsung, dan yang paling menarik: modul pembelajaran yang bisa diajarkan rutin di kelas.
15.000 Lebih Penerima Manfaat
Data terakhir menunjukkan bahwa hingga pertengahan 2025, Program SiBona telah menjangkau lebih dari 15.800 penerima manfaat. Mereka terdiri dari siswa-siswi TK, SD, SMP, SMA, madrasah, santri pesantren, guru, dan komunitas pramuka. Program ini juga menyentuh lebih dari 125 institusi pendidikan di seluruh penjuru Banyuwangi.
Melihat angka itu, saya membayangkan bagaimana satu pelajar yang terlatih bisa menyebarkan pemahaman ke rumahnya, ke saudaranya, bahkan ke kampungnya. Efeknya meluas---bukan hanya di sekolah, tapi juga di komunitas sekitar.
Nilai Kebaruan: Modul Siap Pakai untuk Guru
Yang membuat SiBona benar-benar berbeda dari pendekatan sebelumnya adalah pemberian bahan ajar mitigasi bencana kepada guru. Materi ini tidak hanya diberikan sebagai referensi, tetapi disusun agar bisa langsung digunakan dalam proses belajar-mengajar.
Para guru juga mendapatkan pelatihan yang terintegrasi dalam program BUNGA DESA (Bupati Ngantor di Desa). Dengan begitu, tidak ada lagi alasan bahwa edukasi bencana hanya tugas BPBD atau hanya saat ada proyek tertentu. Kini, guru-guru di Banyuwangi bisa mengajarkan kesiapsiagaan seperti mereka mengajarkan matematika atau bahasa Indonesia.