Mohon tunggu...
Viola Gaisani
Viola Gaisani Mohon Tunggu... 24107030003

je pense, donc je suis. haii, panggil aku violaa. biasanya nulis artikel berkaitan dengan travel, jogja, dan beberapa yang relate sama kehidupan. enjoy!

Selanjutnya

Tutup

Home

Di Antara Suara Takbir dan Lelah Perjalanan, Saya Pulang

5 Juni 2025   20:30 Diperbarui: 5 Juni 2025   20:30 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Padatnya Perjalanan Malam Ini, Jalan Jogja Menuju Klaten (DocPri) 

Malam ini jalanan Jogja terasa berbeda. Ramai, padat, dan penuh suara takbir yang terdengar dari berbagai penjuru. Saya masih memakai jaket dan helm, tangan sedikit pegal setelah memegang setang motor cukup lama. Sore tadi saya baru menyelesaikan UAS terakhir. Hampir sepanjang hari saya habiskan di kelas, berpindah dari satu ruang ke ruang lain, mengerjakan soal, dan mendengarkan instruksi dosen. Baru setelah semua selesai, saya bergegas pulang ke Klaten.

Hari ini tanggal 5 Juni 2025. Besok pagi sudah Idul Adha, dan saya baru sempat pulang sekarang. Bukan karena tidak ingin lebih awal, tapi jadwal kuliah benar-benar tidak memberi ruang untuk itu. Namun saya merasa beruntung, masih ada waktu untuk kembali, meski hanya semalam sebelum hari raya.

Di sepanjang jalan dari Jogja ke Klaten, saya melihat banyak pengendara membawa barang dalam jumlah besar. Ada yang berboncengan dengan kardus besar, ada pula yang menyimpan ransel dan kantong kresek di sisi motor. Tapi saya yakin, selain bawaan fisik, masing-masing dari kami juga membawa harapan. Harapan agar bisa sampai rumah dengan selamat. Harapan agar kehadiran kami bisa membantu orang rumah mempersiapkan hari besar ini. Harapan kecil yang lahir dari kesibukan hari-hari terakhir menjelang libur pendek.

Saya sendiri membawa banyak harapan. Saya ingin melihat ibu tersenyum karena saya datang tepat waktu. Saya ingin membantu ayah menata perlengkapan untuk salat besok pagi. Saya ingin duduk bersama adik-adik di ruang tengah, menikmati malam yang hanya bisa dirasakan saat pulang. Tidak ada yang lebih saya syukuri malam ini selain kesempatan untuk pulang, meski hanya sebentar.

Menjelang masuk wilayah Karangnongko, suasana kampung sudah mulai terasa. Di sisi jalan saya melihat anak-anak dan warga berjalan beriringan. Mereka membawa obor bambu yang menyala, sambil bertakbir bersama-sama. Suara mereka berpadu dengan gema dari masjid sekitar. Saya memperlambat laju motor dan sempat berhenti sejenak, sekadar menikmati suasana yang sudah lama tidak saya temui secara langsung.

Momen takbiran keliling itu terasa hangat. Tidak hanya karena nyala api dari obor, tapi karena suasana yang tumbuh di antara para warga. Semangat mereka menyambut hari raya begitu terasa, bahkan bagi orang seperti saya yang hanya melintas dan tidak ikut dalam barisan. Ada rasa damai yang sulit dijelaskan, tetapi nyata.

Di salah satu tikungan, saya memutuskan untuk berhenti sebentar. Duduk di tepi jalan sambil membuka ponsel. Saya menulis ini saat istirahat, bukan saat mengendarai motor. Badan saya memang butuh jeda, tapi hati saya terasa cukup kuat untuk bercerita.

Saya tahu, tidak semua orang bisa pulang malam ini. Ada yang tinggal terlalu jauh, ada pula yang sedang dalam kondisi tidak memungkinkan. Untuk kalian yang sedang di perantauan, saya ingin bilang bahwa kalian tidak sendirian. Suara takbir malam ini mungkin tidak terdengar sampai ke tempat kalian, tapi doa dari orang-orang tercinta pasti tetap mengalir.

DocPri
DocPri
Perjalanan seperti ini bukan hanya soal berpindah dari satu kota ke kota lain. Ada makna yang lebih dalam. Dulu, waktu saya kecil, pulang hanya berarti makan enak dan tidur lebih nyenyak. Tapi sekarang, pulang adalah bentuk kehadiran yang tidak bisa digantikan. Pulang berarti datang dan membantu, meski hanya sebentar.

Perjalanan malam ini melelahkan, tapi penuh arti. Di antara kendaraan yang berlalu-lalang, saya melihat banyak orang yang punya tujuan serupa. Mereka ingin sampai. Mereka ingin ikut mempersiapkan. Mereka ingin pulang dan menjadi bagian dari kebersamaan yang hanya terjadi setahun sekali.

Sekarang saya hampir sampai di rumah. Jalan mulai lengang, hanya suara takbir yang masih terdengar dari kejauhan, menyusup di antara dinginnya angin malam. Tapi di dalam dada, justru terasa hangat. Perjalanan ini melelahkan, iya, tapi ada rasa syukur yang tak bisa saya abaikan. Saya pulang bukan hanya membawa barang, tapi membawa rasa rindu yang akhirnya menemukan tempat pulangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun