Mohon tunggu...
Viola Eva Reditiya
Viola Eva Reditiya Mohon Tunggu... Mahasiswi Magister

Banyak orang gagal dalam hidup karena tidak menyadari seberapa dekat mereka dengan kesuksesan ketika mereka menyerah (Thomas Edison).

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ramadan, Bolehkah Kita Bertemu Lebih Lama Tahun Depan?

31 Maret 2025   01:00 Diperbarui: 30 Maret 2025   23:17 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramadhan di Kota Makkah, soon insyaallah

Ramadan selalu datang dengan kehangatan yang khas, membawa keberkahan bagi setiap hati yang merindukan kedamaian. Saat ia hadir, waktu seakan melambat, memberikan ruang bagi jiwa untuk lebih mendekat kepada-Nya. Tapi seperti tamu yang hanya singgah sejenak, Ramadan pun harus berpamitan, meninggalkan kita dalam harapan dan doa agar tahun depan bisa bertemu lagi. Namun, pernahkah kita berharap agar Ramadan tinggal lebih lama? Agar ia bisa menemani hari-hari kita lebih dari sekadar sebulan?

Sejak awal kedatangannya, Ramadan sudah mengajarkan kita banyak hal. Ia hadir sebagai pengingat bahwa dalam kehidupan yang sibuk dan penuh hiruk-pikuk, ada waktu untuk merefleksikan diri, memperbaiki hati, dan memperkuat hubungan dengan Tuhan serta sesama. Hari-hari dalam Ramadan terasa berbeda---lebih tenang, lebih bermakna, dan lebih penuh dengan keikhlasan. Di bulan ini, kita lebih banyak menahan diri, lebih sering memberi, dan lebih ikhlas menerima. Semua kebaikan itu seakan mudah dilakukan ketika Ramadan hadir. Lantas, mengapa kita tidak mencoba untuk memperpanjang keberadaannya dalam kehidupan kita sepanjang tahun?

Ramadan bukan sekadar soal berpuasa menahan lapar dan haus. Ia adalah latihan spiritual yang mengajarkan kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Kita lebih sabar dalam menghadapi cobaan, lebih bersyukur atas hal-hal kecil, dan lebih peka terhadap kebutuhan orang lain. Jika semua nilai ini bisa kita bawa ke bulan-bulan setelah Ramadan, bukankah itu berarti Ramadan bisa tetap hidup dalam diri kita?

Bayangkan jika semangat berbagi yang membuncah saat Ramadan bisa terus ada di luar bulan suci ini. Bayangkan jika kebiasaan bangun lebih awal untuk sahur bisa menjadi kebiasaan rutin yang menumbuhkan disiplin dan keberkahan. Bayangkan jika shalat malam yang terasa ringan di Ramadan tetap kita jalankan di bulan-bulan berikutnya. Bukankah ini berarti kita sedang memperpanjang kehadiran Ramadan dalam kehidupan kita?

Namun, sering kali setelah Ramadan berlalu, kita kembali kepada rutinitas lama. Masjid yang semula ramai menjadi lebih sepi, tangan yang tadinya ringan memberi mulai kembali menggenggam erat, dan kebiasaan beribadah yang semula rajin perlahan-lahan mengendur. Mengapa harus begitu? Mengapa kebaikan yang sudah kita latih selama sebulan harus berhenti hanya karena kalender menunjukkan Syawal?

Ramadan mengajarkan bahwa perubahan itu mungkin. Ia membuktikan bahwa kita mampu untuk lebih sabar, lebih dermawan, lebih dekat kepada Allah. Maka, jika kita mampu selama sebulan, mengapa tidak lebih lama? Mungkin kita tidak bisa berpuasa setiap hari, tapi kita bisa tetap menjaga lisan, menahan amarah, dan menumbuhkan rasa empati. Mungkin kita tidak selalu bisa berbagi dalam jumlah besar, tapi kita tetap bisa menyisihkan sedikit untuk mereka yang membutuhkan. Mungkin kita tidak bisa menjaga ritme ibadah yang sama seperti di Ramadan, tapi kita bisa tetap berusaha untuk istiqamah, meskipun dengan langkah kecil.

Mari kita buat Ramadan lebih dari sekadar tamu tahunan. Mari kita biarkan ia menjadi bagian dari diri kita, menjadi cara kita menjalani hidup setiap hari. Jika Ramadan adalah bulan di mana kita menjadi versi terbaik dari diri kita, mengapa kita harus menunggu sebelas bulan lagi untuk menjadi lebih baik? Ramadan boleh pergi dari kalender, tapi semangatnya tak harus pergi dari hati kita.

Jadi, Ramadan, bolehkah kita bertemu lebih lama tahun depan? Atau lebih baik lagi, bolehkah kau tetap tinggal di dalam hati dan perilaku kami sepanjang tahun?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun