Mohon tunggu...
Vincent Setiawan
Vincent Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Teknik Elektro President University

Mahasiswa Teknik Elektro President University

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Sekuat-kuat USA dengan Sekutunya, Ujung-ujungnya Cari Aman Juga

26 Februari 2022   01:31 Diperbarui: 26 Februari 2022   02:23 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Source : redd.it) 

Berkoar-koar akan melindungi Ukraina, dan menjaga demokrasi serta perdamaian tetap tegak di seluruh dunia. Eh.... ujung-ujungnya cari aman juga. Ya, sekiranya itulah gambaran dari posisi negara adidaya yang bernama Amerika Serikat. 

Jikalau sebelumnya negeri Paman Sam ini begitu garang, dan berjanji akan melakukan yang terbaik untuk mencegah arogansi Rusia. Pada tanggal 25 Februari kemarin, Biden malah dengan terang-terangan mengatakan bahwa ia tidak akan ikut campur dalam konflik Rusia-Ukraina. Biden hanya berjanji bahwa Ia dan sekutu-sekutunya akan memberikan sanksi kepada Rusia secara ekonomi.

Memang sih, beberapa sanksi sudah dijatuhkan. Tetapi, sepertinya Rusia malah jadi jauh lebih garang daripada sebelumnya. Pada tanggal 25 kemarin saja, reaktor nuklir Chernobyl di Pripyat sudah jatuh ke tangan Rusia. Diprediksi dalam 3 hari, Kiev akan jatuh ke tangan Rusia dan Ukraina akan jatuh sejatuh-jatuhnya, bahkan mungkin benar-benar sepenuhnya dicaplok oleh Rusia.

Tapi, kenapa ya kok Amerika malah bermain aman ketika perang sudah meletus?

Jawaban yang paling rasional adalah karena Amerika berusaha untuk menghindari perang dunia ke-3 meletus. Dan hal ini memang berada di tangan Amerika sebagai negara adidaya.

Di sisi lain, Amerika menghindari untuk melakukan kontak senjata dengan China. Meskipun China secara terang-terangan tidak ikut campur, Amerika tetap khawatir kalau keikutsertaan mereka dapat memantik invasi China ke Taiwan. Invasi China ke Taiwan artinya membuka jalan bagi China untuk menguasai Laut China Selatan. 

Kalau sudah begini, Amerika bisa-bisa terpaksa berperang di 2 front lagi. Di Asia Timur untuk menghalau China, dan di Eropa Timur untuk menghalau Rusia. 

Di sisi lain, masuknya Amerika ke dalam konflik ini juga dapat memicu negara-negara anggota NATO sebagai sekutunya untuk ikut bergerak. Jikalau sudah terdesak begini, mungkin saja Rusia mengeluarkan senjata pamungkasnya, yaitu Nuklir. Perlu diketahui bersama, bahwa Rusia adalah negara dengan kepemilikan hulu ledak nuklir terbanyak di dunia. 

Amerika terang hendak menghindari penggunaan nuklir dalam hal apapun. Kehancuran yang dapat disebabkan oleh nuklir mungkin saja bersifat irreversibel. Hal ini tentunya akan merugikan Amerika secara permanen jikalau hal tersebut benar dilakukan. 

Amerika Berlaku Hipokrit

Di sisi lain, Amerika Serikat juga sedang menjaga imagenya sebagai "polisi dunia". Meskipun dalam kenyataanya, Amerika memerangi lebih banyak negara dibanding Rusia. Intervensi Amerika terhadap keadaan politik Timur Tengah sebenarnya diketahui oleh seluruh negara.

Dan intervensi Amerika kepada konflik Rusia-Ukraina ini bisa-bisa malah menunjukkan secara gamblang tentang betapa berbahayanya intervensi Amerika. Kalau sudah begini, bisa-bisa negara saingan Amerika seperti Iran bisa menggunakan narasi-narasi yang menggelorakan perlawanan terhadap Amerika di Timur Tengah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun