Mohon tunggu...
Vincent Setiawan
Vincent Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - A person who loves to write and inspire others

I love to live a life that full with logic. I love to write for inspiring you and helps you escape this mystical night ride

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Inti dari Memahami Sesuatu

6 Februari 2021   10:38 Diperbarui: 6 Februari 2021   10:46 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Seberapa banyak dari kita yang sangat susah mencerna soal elektro-magnetisisme dalam pelajaran fisika saat di SMA ataupun Kuliah ? 

Seberapa banyak orang yang mungkin tidak paham akan apa itu konsep "usaha" dalam pelajaran fisika di SMA ? 

Atau mungkin seberapa banyak yang tidak paham akan apa itu atom ? Mengapa atom yang merupakan partikel terkecil masih bisa di bagi-bagi lagi menjadi beberapa bagian seperti elektron, proton, dan neuron ?

Ataupun seberapa banyak dari kita yang sudah mencoba untuk membaca kitab suci ataupun buku-buku filsafat namun tak pernah sedikitpun memahami apa yang disampaikan oleh buku tersebut ?

Mungkin kita adalah bagian dari orang-orang yang tidak paham akan hal-hal tersebut. Kita secara sadar, tidak memahami apa inti dari konsep-konsep tersebut. Bahkan, setelah bertahun-tahun pun kita masih menjadi seseorang yang tidak memahami apa sebenarnya inti dari hal tersebut. 

Lantas apa yang menjadi masalah sampai kita tidak bisa memahami hal tersebut bahkan sampai bertahun-tahun lamanya? 

  • Kita tidak dekat dengan hal tersebut

Tak kenal maka tak sayang. Pepatah yang mungkin terngiang-ngiang di kepala kita itu mungkin ada benarnya. Alasan mengapa kita tidak bisa memahami apa yang kita pelajari sampai bertahun-tahun lamanya mungkin adalah karena kita tidak dekat dengan hal yang kita pelajari. 

Sebagai contoh, di SMA mungkin kita belajar soal elektromagnet, usaha, mekanika kuantum, dsb., tetapi ketika kita memasuki dunia pekerjaan ataupun perkuliahan, hal tersebut tidaklah berguna sama sekali dan kita tidak anggap penting. 

Sehingga, seiring dengan berjalannya waktu, motivasi untuk mempelajari hal tersebut akan berkurang dan menghilang begitu saja. Hal ini memang bukan masalah jikalau memang bukan hal yang fundamental bagi kita, tetapi jikalau hal ini dibawa ke arah yang lebih fundamental dan mendasar seperti pertanyaan "Mengapa hal ini berjalan seperti ini?" Mungkin hal tersebut akan menjadi suatu permasalahan. 

  • Sejak dari awal kita tidak mau bertanya apa yang menjadi inti dari hal tersebut

Berhubungan dengan apa yang ada di atas, kita seringkali lupa untuk mempertanyakan apa yang sebenarnya menjadi inti dari hal yang kita lakukan. Sehingga, ketika kita mempelajari hal tersebut, kita hanya akan mengetahui bagaimana hal tersebut dihitung, dijalankan, ataupun dituliskan, tanpa sedikitpun tahu tentang apa yang sebenarnya menjadi hal fundamental dari permasalahan tersebut. Hal ini biasa terjadi di ranah keagamaan, seperti pertanyaan, "Apakah Tuhan itu ada ?" 

Pertanyaan ini sebenarnya sangat fundamental dan sangat harus diberi pemahaman sehingga kita bisa menjalankan keagamaan kita dengan pemahaman yang betul. 

Akan tetapi, dengan adanya doktrin yang mungkin sudah terpatri dari kecil bahwa kita tidak boleh mempertanyakan hal-hal yang sudah "jelas" di dalam agama dan kehidupan kita, kita pun menjadi enggan untuk bertanya.

Padahal inti dari semua fondasi sains dan filsafat modern adalah dari bertanya dan mengamati. Menjalankan, menghitung, dan menuliskannya hanyalah salah satu turunan dari kedua proses tersebut. 

Kita tidak mungkin bisa menjalankan, menghitung, menuliskan, melakukan eksperimen, dan lainnya tanpa kita mengamati dan mempertanyakan terlebih dahulu apa yang sedang kita pelajari. Dengan kata lain, kita tidak akan bisa memahami bahkan mendekati hal tersebut jikalau kita tidak bertanya dan mempertanyakan hal tersebut terlebih dahulu. 

  • Sistem pendidikan kita yang hanya mengajarkan hapalan bukan pemahaman

Ini sangat spesifik terjadi di Indonesia. Sistem pendidikan kita seringkali, dan mungkin setiap saat hanya berfokus pada hafalan dan hafalan. Kita tidak pernah diberitahu alasan mendasar atau mungkin analogi mengenai suatu permasalahan yang kita hadapi. Sebagai contoh, mungkin di SMA kita tidak pernah mendengar alasan mengapa hukum newton 2 berjalan seperti itu. 

Kita hanya diberitahu jikalau F = m.a akan menjadi hukum newton 2. Atau mungkin kita tidak pernah diberitahu mengapa sejarah seringkali berulang. Hal-hal ini sebenarnya harus diajarkan, sehingga kita tidak dapat dengan mudah melupakan sesuatu yang telah kita pelajari sebelumnya. 

Akan tetapi, seperti yang kita tahu, pendidikan Indonesia hanya berfokus untuk memberikan hafalan dan bukan pemahaman. Hafalan bisa dilupakan dan hilang seiring waktu, tetapi pemahaman akan tetap tertanam di pikiran seseorang

Pada akhirnya, kita bisa melihat bahwa sebenarnya alasan kenapa kita tidak bisa memahami sesuatu hal dalam hidup ini adalah sesuatu yang cukup kompleks. Banyak faktor dari eksternal dan dari internal yang mungkin masih lebih banyak lagi yang juga memengaruhi pemahaman kita segala sesuatu. 

Oleh sebab itu, sekarang kita sudah tahu apa saja yang bisa menjadi jawaban dari akar permasalahan ini. Jawaban itu adalah bertanya. Dengan kita mulai bertanya, kita akan membuka pintu-pintu lain yang tidak kita ketahui yang mungkin saja akan membantu pemahaman kita terhadap sesuatu. Maka, jika kamu ingin tahu, mulailah bertanya. Bertanya adalah inti dari memahami segala sesuatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun