Mohon tunggu...
Vincensius Manalu
Vincensius Manalu Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, FISIP UNDIP

Tertarik pada bidang paduan suara, musik dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mahasiswa KKN Undip Manfaatkan Kunyit sebagai Indikator dalam Diagnosa Makanan

11 Februari 2020   21:56 Diperbarui: 11 Februari 2020   22:12 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wates  (21/1), Formaldehyde atau formalin dikenal sebagai senyawa yang dilarang untuk dipakai sebagai pengawet makanan. Formalin dapat menyebabkan pusing, batuk, iritasi kulit, risiko kanker, dan yang lebih parah lagi, kematian.  Boraks merupakan campuran garam mineral konsentrasi tinggi, berbentuk kristal lunak yang mengandung unsur boron berwarna dan mudah larut dalam air. Boraks tidak aman untuk dikonsumsi sebagai makanan dalam dosis berlebihan, tetapi  penggunaan boraks dalam dosis berlebih akan menyebabkan gangguan otak, hati, dan ginjal. 

Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan, hingga kematian. TIM I KKN Universitas Diponegoro  dengan hal ini mengadakan sosialisasi program yang berjudul "Pelatihan Masyarakat Tentang Uji Formalin pada Ikan Konsumsi Sebagai Antisipasi Konsumsi Bahan Pangan Berbahaya" dan "Pelatihan analisis sederhana kandungan boraks pada makanan dengan indikator kunyit". 

Program ini dipaparkan oleh Istiqomah Dyah Ayu Gayatri Pangastuti mahasiswi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dalam acara perkumpulan Ibu -- ibu PKK desa Wates se Desa Wates yang bertempat di Balai Desa Wates. 

Acara ini berlangsung pada pukul 14.00 WIB  dan dihadiri oleh Ketua PKK. Hal yang melatarbelakangi terlaksananya program ini yaitu berdasarkan survey, Desa Wates masih terdapat permasalahan terkait kesehatan pada makanan  sehingga dapat menyebabkan penyakit   namun justru kurangnya pengetahuan tentang kadungan boraks pada makanan seperti bakso, tahu, mie dan kurangnya pengetahuan tentang pengawet formalin pada ikan segar.

Kandungan Formalin dan Boraks yang biasanya dijadikan sebagai bahan pengawet pada makanan sehingga mengganggu kesehatan. Kandungan ini air biasanya memiliki kandungan unsur boron dan unsur aldehida  sebenarnya akan mempengaruhi warna, bau maupun rasa. Namun, apabila kandungan tersebut sangat tinggi, maka makanan yang tertampung beberapa saaat itu akan menimbulkan endapan yang berwarna kuning, merah, kecoklatan bahkan hitam.
Pelatihan Uji Formalin dan Boraks sederhana ini berbahan dasar Kunyit dimana sebagai bahan pewarna alami sehingga dapat mengetahui makanan yang mengandung boraks ataupun tidak. 

Adapun langkah dalam pelatihan ini diantarnya menyiapkan alat, dan contoh ikan yang berformalin sedangkan tidak berformalin, menyiapkan kunyit sebagai indicator bahan pewarna alami untuk mengetahui makanan mengandung boraks maupun tidak. Program yang disampaikan Mahasiswi prodi Manajemen Sumberdaya Perairan ini mendapat antusias dari Ibu- Ibu PKK dengan melakukan sharing  seputar kesehatan terutama dalam hal perikanan. 

dokpri
dokpri
Mahasiswi ini juga menjelaskan bagaimana cara mengetahui perbedaan ikan yang berformalin ataupun tidak berformalin dan sederhana untuk menjawab pertanyaan salah satu Ibu -- Ibu PKK pada acara perkumpulan ibu -- ibu PKK di Balai Desa Wates. Pelatihansederhana ini diharapkan mampu menjadi solusi yang tepat untuk masyarakat Desa Wates karena dirasa lebih efektif, efisien waktu dan biaya serta hasil yang baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun