Mohon tunggu...
Vina Fitrotun Nisa
Vina Fitrotun Nisa Mohon Tunggu... Penulis - Pegawai Pemerintah Non PNS

Tertarik pada isu-isu pembangunan. Berjuang untuk perubahan positif

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjadi Kartini Bumi

30 April 2020   05:41 Diperbarui: 30 April 2020   05:43 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Wahai penerus kartini, Selebrasi apa yang kalian lakukan pada hari ini? Membaca puisi, mengikuti lomba menyanyi, berdiskusi atau melakukan orasi? Mungkin ditengah pandemic ini para anggota organisasi hanya dapat melakukan selebrasi sederhana. Dengan melakukan refleksi misalnya. Tapi pertanyaannya mengapa selebrasi hari kartini perlu kita lakukan. 

Mari kita sejenak kembali ke masa lalu disaat akses pendidikan hanya mudah didapatkan oleh kalangan tertentu saja, disaat keadilan sulit ditegakkan. Pada kondisi sulit tersebut muncullah keberanian untuk keluar dari kegelapan (semangat perjuangan)

Selama hampir 7 dekade peringatan Kartini dilaksanakan, hampir seluruh refleksi menempatkan perempuan sebagai objek, yaitu perspektif bagaimana dunia melihat perempuan, bagaimana keadaan membuat perempuan diperlakukan tidak adil, bukan sebaliknya. Selain itu peran perempuan banyak dikerdilkan hanya dengan dua peran sederhana yaitu domestic dan publik. 

Perempuan sebenarnya memiliki pola hubungan yang tidak terbatas. Selain menjaga interaksi dengan manusia ia pun harus menjaga keseimbangan dengan alam. Tulisan ini berusaha untuk menjelaskan bagaimana menempatkan perempuan sebagai subyek khususnya perempuan sebagai aktor dalam menjaga lingkungan

Berbicara kartini sebenarnya bukan hanya belajar tentang semangat emansipasi, diluar itu masih banyak pelajaran yang dapat kita petik seperti semangat perjuangan, Apakah kesetaraan akan terjadi dengan sendirinya tanpa adanya sebuah gagasan? Jawabannya tentu tidak. 

Kesetaraan adalah jerih payah dari kolaborasi para feminis baik laki-laki maupun perempuan dan  semangat kepeloporan R.A Kartini yang patut kita banggakan. Untuk menjadi penerus kartini, marilah kita meniru semangat juang dan inisiatifnya. Misalnya, dengan menjadi kartini bumi.

Kartini dan modernisasi

Titik temu antara kartini dan modernitas sebenarnya dapat ditelusuri dari latar belakang munculnya pemikiran emansipasi. Agenda tersebut hadir ditengah kondisi masyarakat yang masih terbelakang. 

Sama halnya dengan Teori modernitas yang diungkapkan oleh weber yang diartikan sebagai rasionalisasi. Masyarakat modern yang memiliki karakteristik pemikiran yang rasional tidak akan mentolelir perlakuan diskriminatif. Sehingga pemikiran Kartini sejalan dengan agenda modenisasi.

Sejalan dengan teori modernisasi yang digagas Weber, Gidden menambahkan karakteristik masyarakat modern sebagai pribadi yang dinamis., Sama dengan kondisi dunia yang semakin modern, pengaruh tersebut sampai ke Indonesia. karakteristik tersebut memudahkan pemikiran emansipasi kartini dengan cepat meluas. Apalagi dengan ditetapkannya R.A Kartini sebagai pahlawan Nasional, setiap tanggal 21 april dijadikah refleksi khusus untuk mengenang jasanya

Dunia modern sayangnya membawa dampak negatif secara global, salah satunya adalah kerusakan alam. Eksploitasi yang telah lama dilakukan oleh manusia tanpa kendali telah membawa dampak buruk bagi lingkungan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun