Saat sedang duduk di bus, saya melihat seorang anak SMA dengan pakaiannya yang rapi tetapi terlihat kumuh. Waktu itu ia berdiri sambil mendekap tas ranselnya. Setelah tiba di tujuannya yaitu sekolah, ia turun dan memberikan selembar uang kertas kepada kernet bus. Ternyata ia berhenti di satu tempat yang sama yaitu sebuah Sekolah Menengah Atas daerah Bandung. Waktu itu saya ada magang di sekolah tersebut. Pada waktu ia memasuki gerbang sekolah, sudah ada yang menyambutnya yaitu 3 anak laki -- laki yang memang satu sekolah dengannya. Terlihat jelas bahwa 3 anak tersebut bukan anak yang baik. Saya mendengar beberapa kata yang mereka bicarakan.
"Kamu merokok?" tanya salah satu dari 3 anak laki-laki.
Sepertinya dia hanya menganggukan kepala. Disini saya berpikir. Dia memang bernampilan rapi dan meyakinkan, tapi sepertinya dia adalah sebagian dari 3 siswa nakal tadi.
Hari ini, hari kedua saya magang di sekolah tersebut. Memang benar 3 anak yang saya temui di gerbang sekolah tadi, sudah terkenal dengan gengster di sekolah. Pihak sekolah sudah mengingatkan dan menasehati mereka tapi tidak ada yang peduli. Nah, bagaimana dengan anak yang berpenampilan rapi dan meyakinkan tadi?
Setelah saya evaluasi, dia termasuk anak yang cerdas. Walaupun tidak pernah mendapat peringkat tinggi. Salah satu siswa yang saya tanyai mengatakan bahwa sebenarnya dia anak baik, tetapi sejak berkumpul dengan 3 anak gengster tadi, perilakunya berubah 180 derajat. Apa penyebabnya?
Memang, di sekolah ini kurang mempedulikan masalah pribadi siswa. Kurangnya peran bimbingan dan konseling di sekolah menjadi penyebab rusaknya perilaku siswa. Seharusnya fasilitas bimbingan dan konseling antara guru dan siswa sangat di prioritaskan. Dengan adanya seorang pembimbing, akan membantu siswa dalam memecahkan masalah pribadinya. Karena selain orang tua, anak juga butuh saran dan dukungan dari seorang pembimbing. Pembimbing disini bukan hanya bertugas untuk mengajarkan materi saja, tetapi memberikan motivasi dan keterbukaan dalam diri sangat membantu siswa untuk meringankan masalah yang dihadapi. Nah, cerita diatas terinspirasi dari masa remaja dosen saya yang pernah terbuli (