Mohon tunggu...
Vina Dwi Putri
Vina Dwi Putri Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Hobi nya menulis, traveling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mereka Mulai Tak Mengenali Kebudayaannya

27 Februari 2024   09:26 Diperbarui: 27 Februari 2024   10:00 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

             MEREKA MULAI TAK MENGENALI KEBUDAYAANNYA
                                                     Vina Dwi Putri
                        12 IPS 1, SMAN 3 KABUPATEN TANGERANG

          Kearifan lokal di Indonesia sangat melimpah ruah, tetapi tak banyak orang mengetahui kearifan lokal didaerah asalnya. Mungkin dari kita banyak yang tidak mengetahui apa itu Wayang Garing. Ketidaktahuan ini dikarenakan banyak dari generasi muda yang tidak peduli dengan warisan budaya nya, sehingga sangat mudah kearifan lokal di indonesia satu per satu mengalami kepunahan. Wayang Garing merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang memiliki kearifan lokal seni pertunjukan wayang kulit yang khas dan berkembang di Kabupaten Serang Provinsi Banten.


          Wayang Garing merupakan bagian dari kearifan lokal yang ada di Indonesia. Kearifan lokal adalah warisan budaya yang memiliki ciri dan fungsi serta terdiri dari dua jenis, yaitu kearifan lokal yang berwujud nyata (tangible) dan tidak berwujud (intangible). Wayang Garing, meskipun terancam punah, merupakan salah satu bentuk kearifan lokal yang tidak berwujud. Kearifan lokal ini bukan hanya menjadi kepercayaan yang harus dipegang teguh, tetapi juga menjadi identitas sebuah wilayah.
Menurut sejarah, usaha untuk menciptakan pertunjukan wayang ini sudah dirintis sejak masa Sultan Ageng Tirtayasa. Ide ini adalah pembentukan seni pertunjukan Wayang Garing yang bertujuan untuk menceritakan  tentang perjalanan sultan-sultan di Banten serta cerita tentang babad Banten, agar sejarah mengenai Banten tetap dikenang oleh masyarakat. Wayang Garing memiliki ciri khas dalam hal pembuatannya. Biasanya, Wayang Garing dibuat dari bahan kulit kayu yang sangat tipis dan ringan, sehingga jika diterpa angin akan mengeluarkan suara seperti "garang" yang menjadi asal-usul nama Wayang Garing. Pertunjukan Wayang Garing juga diiringi dengan musik tradisional khas Banten, seperti gamelan dan kulanter. Setiap tokoh dalam pertunjukan Wayang Garing memiliki keunikan tersendiri, baik dari segi penampilan maupun karakternya.


          Ki Jali, seorang dalang Wayang Garing di Desa Mandaya, Kecamatan Carenang, Kabupaten Serang, telah mendalang selama 53 tahun tanpa memiliki penerus. Sejak itulah Ki Jali sudah tidak lagi mempunyai murid yang akan meneruskan tradisi Wayang Garing, sehingga kebudayaan ini terancam punah seiring berjalannya waktu. Dulu, Wayang Garing menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Banten, namun sekarang hanya sedikit yang masih mempertahankan tradisi ini. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perubahan gaya hidup, arus globalisasi, dan kurangnya perhatian terhadap pelestarian budaya lokal.


Adanya Pengaruh IPTEK Terhadap Kepunahan Wayang Garing


          Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dapat memiliki pengaruh yang besar terhadap kehidupan manusia pada masa kini. Terlebih tidak jarang IPTEK membuat banyak dampak negatif terhadap keberlangsungan kearifan lokal itu sendiri, salah satunya pengaruh IPTEK pada kearifan lokal Wayang Garing. Dampak negatif dari kemajuan IPTEK adalah pergeseran minat dan perhatian masyarakat terhadap tradisi dan kesenian lokal. Hal ini dapat terjadi karena adanya perubahan gaya hidup dan arus globalisasi yang memengaruhi minat dan apresiasi terhadap kesenian tradisional seperti Wayang Garing. Selain itu, kemajuan teknologi juga dapat menggeser peran dan fungsi Wayang Garing dalam masyarakat, sehingga mengancam keberlangsungan tradisi Wayang Garing.


          Dampak negatif kemajuan IPTEK terhadap keberlangsungan Wayang Garing juga dapat terkait dengan perubahan nilai dan minat generasi muda. Kita dapat melihat fenomena ini dengan banyak nya generasi muda yang lebih tertarik melihat konser atau pertunjukan musik barat. Mereka justru lebih memilih meramaikan konser-konser dibandingkan pertunjukan kearifan lokal yang dipentaskan. Kemudian dengan terciptanya kemajuan teknologi dan perubahan gaya hidup ini, dapat membuat generasi muda cenderung lebih tertarik pada hiburan modern yang disajikan melalui media digital.  Pada akhirnya itu semua menjadikan kurangnya minat generasi muda untuk dapat melestarian kearifan lokal Wayang Garing yang kian harinya terancam musnah.


Perlunya Pelestarian Kearifan Lokal Wayang Garing


          Pelestarian kearifan lokal Wayang Garing menjadi penting karena peranannya dalam menyampaikan nilai-nilai budaya, moral, sejarah, dan konsep-konsep etika kepada generasi muda. Kisah-kisah dalam pertunjukan Wayang Garing dapat membantu anak-anak dan remaja memahami kearifan lokal serta memperkaya pemahaman mereka tentang budaya dan tradisi Indonesia. Upaya pelestarian Wayang Garing dapat dilakukan melalui pendekatan edukasi, promosi, dan dukungan pemerintah serta masyarakat, diharapkan minat dan apresiasi terhadap wayang garing dapat tetap terjaga dan dilestarikan untuk generasi mendatang.


          Dengan demikian, pelestarian kearifan lokal Wayang Garing menjadi suatu upaya yang penting untuk memastikan bahwa tradisi ini tetap hidup dan dikenali oleh generasi mendatang. Karena dengan melestarikan kearifan lokal ini bukan hanya dijadikannya kepercayaan yang harus dipegang teguh saja, tetapi juga menjadi identitas sebuah wilayah. Tanpa identitas ini, sebuah wilayah tidak dapat dikenali dan diingat oleh orang luar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun