Oleh: Dr. Ir. Vina Serevina, MM., Mira Nirmalasanti Zai, Pendidikan Fisika, Universitas Negeri Jakarta, 2022.
Pendidikan adalah proses pemberdayaan, yang diharapkan mampu memberdayakan peserta didik menjadi manusia cerdas, manusia berilmu dan berpengetahuan, serta manusia terdidik. Pemberdayaan siswa, misalnya dilakukan melalui proses belajar, proses latihan, proses memperoleh pengalaman, atau melalui kegiatan lainnya.
Melalui proses belajar mereka diharapkan memperoleh pengalaman memecahkan masalah, pengalaman etos kerja, dan ketuntasan bekerja dengan hasil yang baik. Melalui proses belajar, mereka juga diharapkan memperoleh pengalaman mengembangkan potensi mereka serta melakukan pekerjaan dengan baik, dan mampu bekerja sama dalam kemandiriannya (Hamzah, 2016).
Pengembangan bahan ajar digunakan sebagai cara untuk mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengevaluasi isi dan strategi pembelajaran. Pengembangan bahan ajar sebagai pemahaman tentang desain pernbelajaran. Selain itu, pengembangan bahan ajar mempertimbangkan sifat materi ajar, jumlah peserta didik, dan ketersediaan materi. Pengembangan bahan ajar mengunakan prinsip luwes. Prinsip luwes artinya 3 dapat menerima hal-hal baru yang belum tercakup dalam isi mata pelajaran pada saat pengimplementasiannya (Mbulu,2004)
Bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi pelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. (Prastowo, 2011).
Bahan ajar dapat dibedakan atas:
- Bagi pendidik antara lain menghemat waktu, merubah guru menjadi 5 fasilitator, mengefektifkan pembelajaran, sebagai pedoman dan alat evaluasi,
- Bagi peserta didik dapat digunakan kapan dan dimanapun, belajar sesuai kecepatan, menggali potensi peserta didik, dan pedoman untuk mengarahkan aktivitas dalam pembelajaran
- Bagi strategi pembelajaran bahan ajar dapat berfungsi sebagai pembelajaran klasikal, individual dan kelompok
Dalam proses belajar peserta didik tidak hanya mendengar penjelasan pendidik saja, akan tetapi dengan menerapkan bahan ajar berbasis multimedia interaktif menuntut peserta didik untuk melihat langsung memunculkan keaktifan peserta didik. Pendidik sebagai fasilitator dapat menyaijikan bahan ajar berbasis multimedia interaktif yang kreatif dengan harapan mampu meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang akhirnya mampu sejalan dengan meningkatnya hasil belajar peserta didik.
Multimedia interaktif dapat diartikan sebagai suatu penyampaian materi menggunakan video, film, animasi, gambar, dan suara menggunakan bantuan komputer yang juga direspon secara aktif oleh peserta didik sehingga terjadinya interaksi antara peserta didik dengan peserta didik maupun peserta didik dengan pendidik. Salah satu bahan ajar interaktif yang dapat mendukung pembelajaran interaktif yaitu, multimedia interaktif berbasis articulate storyline.
Articulate Storyline merupakan salah satu aplikasi yang digunakan dalam mempresentasikan informasi dengan tujuan tertentu. Keahlian dalam membuat presentasi terakait dengan kemampuan teknis dengan kemampuan seni, dan kolaborasi dari dua kemampuan ini dapat menghasilkan presentasi yang menarik, sehingga dapat menarik pula peserta yang mengikuti presentasi tersebut. (Chiasson, 2015)
Perangkat lunak (Software) presentasi tidak hanya dapat di buat didalam Articulate Storyline, namun software lainnya juga dapat digabungkan dengan articulate storyline, diantaranya yaitu: (Kurniawan, 2012) Â
- Audio
- Vidio
- Flash presentation (menggunakan macromedia flash)Â
- projector presentation (menggunakan macromedia projector)Â
- flash banner (menggunakan flash banner creator)Â
- Camtasia
- Power poin.
- kelebihan Articulate storyline: (Ridwan,2021)
Memiliki fitur AS ini sangat mirip dengan fitur yang ada pada Ms PowerPoint
Mudah dipelajari bagi para pemula yang telah memiliki dasar membuat media menggunakan Ms PowerPoint
Mendukung pembelajaran berbasis Game karena bersifat Interaktif
Konten dapat berupa gabungan dari teks, gambar, grafik, suara, animasi dan video
Hasil publikasi dapat dijalankan melalui:
Desktop, berupa file aplikasi (.exe)
Web browser, berupa file HTML5
Smartphone Android, dengan mengkonversinya menjadi APK
LMS (Learning Management System) seperti Moodle, berupa file SCORM
Memiliki ukuran file hasil publikasi maupun konversi APK yang relatif kecil sehingga ringan dipasang di smartphone
Memiliki banyak dokumentasi dari komunitas pengguna Articulate Storyline sehingga memudahkan kita dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi saat pembuatan media/aplikasi.
- Kelemahan articulate storyline: (Ridwan,2021)
- harga lisensi software.Â
- Harga aplikasi yang cukup mahal.
Tampilan media ketika dijalankan di smartphone tidak bisa benar-benar full screen. Jadi masih ada margin kira-kira 1-3 pixel dari batas layar smartphone. Namun dari sisi konten, semua dapat dijalankan dengan baik.
Penggunaan backsound pada media hanya bisa berjalan pada slide/layer dimana media tersebut ditambahkan. Namun jika ingin backsound dijalankan sepanjang media, kalian dapat menambahkan script tertentu untuk mensiasatinya.
Berbagai macam template yang menarik sudah tersedia dengan lengkap di dalam program Articulate ini. Bahkan dengan program ini kita dapat membuat sebuah template baru yang sesuai dengan apa yang kita inginkan.
Articulate storyline ini cukup mudah dipelajari bagi para pemula yang telah memiliki dasar membuat media menggunakan Ms Power Point, karena fitur Articulate Storyline ini sangat mirip dengan fitur yang ada pada Ms Power Point. Sedangkan bagi pengguna yang sudah expert, bisa berkreasi menciptakan media yang lebih interaktif dan powerful Untuk membuat media pembelajaran dengan menggunakan aplikasi Articulate Storyline. (Chiasson, 2015)
Jika dalam proses pembelajaran guru menggunakan media pembelajaran yang memiliki keefektifan yang tinggi maka akan berdampak baik pada prestasi belajar peserta didik. Selain berpatokan dengan penilaian hasil belajar peserta didik, tingkat keefektifan media pembelajaran dapat dilihat dari respon peserta didik terhadap penggunaan selama proses pembelajaran berlangsung. Selama proses penelitian berlangsung peserta didik keliahatan berantuasias untuk belajar dengan menggunakan media gambar yang ditandai dengan peserta didik aktif bertanya dan berdiskusi dengan guru dan teman kelasnya. Hal ini dikarenakan media pembelajaran yang digunakan cukup menarik yaitu pada media dicantumkan spesies-spesies yang ada dilingkungan sekitar yang sering dijumpai peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
Referensi:
Chiasson Ashley, 2015. Articulate Storyline Essentials, Canada
Hamzah, B. 2016. Profesi Kependidikan Problema (Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia). Jakarta: Bumi Aksara
Mbulu, J. dan Suhartono. 2004. Pengembangan Bahan Ajar. Malang: Elang Mas.
Kurniawan, Heru. 2012. Teori, Metode, dan Aplikasi Sosiologi Sastra. Yogyakarta:
Graham Ilmu.
Prastowo Andi. 2011. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Ridwan, Y. H. et al. (2021) ‘Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Model
Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Fisika Peserta Didik’, ORBITA: Jurnal Kajian, Inovasi dan Aplikasi Pendidikan Fisika, 7(1), p. 103. doi: 10.31764/orbita.v7i1.3832.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI