Program Keluarga Berencana (KB) memiliki dua tujuan utama yaitu mengontrol jumlah anak dan mengatur  jarak kelahiran demi mencapai kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Program KB membawa manfaat karena  pengendalian populasi mengurangi beban ekonomi sekaligus memberikan kualitas hidup lebih baik dan memungkinkan orang tua  memberikan pendidikan serta perawatan berkualitas kepada anak-anak mereka. Program KB memberikan manfaat kesehatan reproduksi kepada  wanita dan menurunkan angka kematian ibu dan anak serta memperluas partisipasi perempuan dalam  pendidikan dan dunia kerja. Program KB menghadapi kritik karena dianggap menghilangkan nilai-nilai tradisional dan  agama yang menganggap banyak anak sebagai berkat. Beberapa kelompok mengungkapkan kekhawatiran  terhadap dampak samping metode kontrasepsi yang digunakan dan perlakuan diskriminatif terhadap pasangan yang  memilih tidak memiliki anak atau memiliki anak dalam jumlah sedikit. KB menjadi isu kontroversial karena menyatukan  antara kebutuhan pengaturan populasi dengan kebutuhan pelestarian nilai budaya dan kesehatan individu.
Program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia memulai operasinya pada tahun 1970 untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk. Pemerintah menetapkan regulasi melalui Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2014 tentang Pembangunan Keluarga dan Keluarga Berencana bertujuan mendorong penundaan perkawinan serta penggunaan alat kontrasepsi dan penguatan ketahanan keluarga. Penyuluh dan Petugas Lapangan KB bertugas memberikan edukasi dan layanan untuk mendukung kesejahteraan keluarga. Strategi ini mengatur kelahiran sekaligus memperbaiki kesehatan ibu dan anak serta mengurangi kematian akibat kehamilan yang tidak direncanakan.
Program KB saat ini mulai digencarkan lagi, karena saat ini Masyarakat Indonesia banyak mengalami kekurangan ekonomi dan pelonjakan populasi. Di jawa barat, Gubernur Dedi Mulyadi mengusulkan program berupa vasektomi. Vasektomi merupakan prosedur kontrasepsi (pengendalian kelahiran) permanen pada pria, yang dilakukan dengan cara memutus penyaluran sperma ke air mani. Alhasil, air mani tidak lagi mengandung sperma, sehingga tidak dapat menghasilkan pembuahan. Kendati demikian, perlu diketahui bahwa seorang pria yang melakukan vasektomi masih dapat mengalami orgasme dan ejakulasi.
Bansos dari pemerintah Jawa Barat mensyaratkan vasektomi sehingga masyarakat Jabar terlibat dalam diskusi hangat tentang hal ini. Banyak orang menganggap langkah ini sebagai strategi efektif untuk mengontrol  laju pertumbuhan penduduk yang semakin cepat. Program pengurangan jumlah kelahiran diharapkan bisa  meningkatkan kualitas hidup masyarakat sehingga orang tua dapat memberikan pendidikan dan kesehatan serta perhatian yang lebih baik kepada anak-anak  mereka. Program tersebut juga akan membantu menurunkan angka kemiskinan sehingga keluarga dapat mengalokasikan lebih  banyak sumber daya untuk meningkatkan keadaan ekonomi dan kesejahteraan mereka.
Kebijakan ini mendapatkan berbagai kritik  yang kuat dari berbagai pihak. Salah satu argumen yang sering disampaikan adalah potensi terjadinya  ketidakseimbangan demografi. Populasi yang menyusut atau menua dengan cepat akan membuat beban  ekonomi berpindah ke generasi muda yang semakin sedikit. Ketika jumlah penduduk produktif menurun  maka mereka harus bekerja lebih keras untuk membiayai populasi yang sudah pensiun dari dunia kerja.  Sistem jaminan sosial dan kesehatan akan menghadapi masalah ketika populasi menurun sehingga membuat ekonomi menjadi lebih  rentan mengalami krisis di masa depan.
Terdapat juga kekhawatiran terhadap hak-hak pribadi dan kebebasan individu yang memilih. Beberapa individu berpendapat bahwa vasektomi sebaiknya tetap menjadi keputusan pribadi tanpa adanya paksaan pemerintah  melalui syarat untuk menerima bantuan sosial. Kebijakan ini dapat dianggap sebagai bentuk intervensi yang  berlebihan dalam kehidupan pribadi masyarakat, yang dapat menimbulkan resistensi dan ketidakpuasan di kalangan  warga.
Usulan vasektomi sebagai syarat untuk mendapatkan bansos di Jabar menunjukkan betapa rumitnya  proses pengelolaan pertumbuhan penduduk dan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah harus menjalin  dialog konstruktif dengan masyarakat untuk mencari solusi yang seimbang yang menghormati hak individu dan nilai-nilai  sosial serta aspek demografi dan ekonomi.
Mendukung vasektomi sebagai kontrasepsi permanen merupakan tindakan yang masuk akal untuk mengatasi masalah  pertumbuhan penduduk serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Vasektomi memberikan pasangan yang memiliki jumlah anak yang cukup  kesempatan untuk mengelola sumber daya serta memberikan perhatian yang lebih baik terhadap keluarga mereka. Masyarakat  dapat membuat keputusan terinformasi tentang perencanaan keluarga melalui akses yang memadai terhadap informasi tentang vasektomi  sehingga dapat mengurangi kemiskinan dan meningkatkan partisipasi perempuan dalam pendidikan dan dunia kerja.  Dukungan terhadap vasektomi melampaui pengendalian kelahiran karena tujuan utamanya adalah menciptakan  kehidupan berkelanjutan yang lebih baik untuk generasi yang akan datang.
KATA KUNCI : Keluarga, Masyarakat, Pasangan, Populasi, Program KB, Vasektomi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI