Namun kali ini Allah juga memilih plot twist dalam skenario-Nya. Orang --orang Yahudi yang telah memprediksi tentang kelahiran Nabi terakhir dan telah mempersiapkan seluruhnya, lantas tidak menyangka bahwa prediksinya gagal. Nyatanya, Nabi terakhir yang mulia, Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa salam lahir dari keturunan Isma'il 'alaihi salam. Lihatlah respon orang-orang Yahudi pada saat mengetahui realita itu. Mereka tertipu. Lagi-lagi plot twist terjadi.
Dari sini, kita mulai belajar. Bahwa, bagi orang-orang beriman, tidak pernah ada, kedzaliman yang selamanya akan abadi. Tidak pernah ada, kesedihan yang selamanya tak berakhir. Percayalah, Allah punya cara. Bahkan dalam detik-detik yang singkat, Allah justru bisa membalikkan keadaan. Anak kecil yang diasuh Fir'aun malah menjadi seorang revolusioner yang meruntuhkan segala kedzhalimannya. Yahudi, yang merasa licik dan mengira bahwa Nabi terakhir akan lahir dari rahim perempuan Yahudi, namun plot twist terjadi. Nabi terakhir justru lahir dari anak keturunan Nabi Isma'il 'alaihi salam.
Ya, yang namanya happy ending itu barangkali sudah menjadi sunatullah bagi kebenaran. Siapa yang mengira bahwa kebenaran tidak akan menang di akhir cerita, maka dia sudah berburuk sangka kepada Allah ta'ala, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Qayyim Al Jauziah. Sebagaimana kita meyakini layaknya hujan yang turun diawali oleh teriknya matahari dan berakhir dengan indahnya pelangi. Sebagaimana kita tahu, layaknya gelombang pasang tidak akan datang sebelum air surut. Sebagaimana kita tahu pula, layakya panasnya siang yang berganti dengan sejuknya malam. Begitulah sunatullah terjadi.
Plot twist ini, banyak terjadi dalam sejarah hidup orang-orang beriman. Tentu saja ia tidak menafikkan bahwa ia juga akan hadir dalam hidupmu. Dalam detik-detik yang singkat, Allah Maha Kuasa mengubah hidup kita. Dari sedih menjadi bahagia. Dari  penuh air mata, menjadi  tangis haru bahagia.