Mohon tunggu...
Vika Mayasari
Vika Mayasari Mohon Tunggu... Insinyur - Eks Peneliti Pertama Bidang Ilmu Tanah, Hidrologi, dan Klimatologi

Penyuka kuliner dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Perubahan Iklim Pemicu Bencana Hidrometeorologi?

11 Oktober 2022   12:32 Diperbarui: 11 Oktober 2022   16:13 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Korelasi antara jumlah titik api (hot spot) dan intensitas El Nino di pulau Kalimantan dan Sumatera. (Sumber: Aldrian et al, 2011)

Perubahan iklim global dapat menyebabkan pengaruh pola iklim dunia, distribusi hujan, arah dan kecepatan angin. Hal tersebut secara langsung akan berdampak pada kehidupan di permukaan bumi, seperti berkembangnya berbagai penyakit baik pada manusia, hewan, maupun tumbuhan, kekeringan, banjir, pengaruh produktivitas tumbuhan, dan lain sebagainya (Wibowo, 2009).

Hasil dari observasi perubahan iklim yang dilakukan oleh Hulme & Sheard (1999), Boer & Faqih (2004), dalam Harisuseno (2021) menyatakan bahwa temperatur rerata tahunan di Indonesia mengalami peningkatan 0,3 C. Jumlah hujan tahunan di Indonesia mengalami penurunan 2 hingga 3%. Pola curah hujan telah berubah, telah terjadi penurunan curah hujan tahunan di wilayah selatan Indonesia dan peningkatan curah hujan di wilayah utara. 

Musim hujan (musim hujan dan kemarau) telah berubah, curah hujan musim hujan di wilayah selatan Indonesia meningkat sedangkan curah hujan musim kemarau di wilayah utara mengalami penurunan. Disadari atau tidak, dampak perubahan iklim di Indonesia juga telah dirasakan, baik secara langsung (fisik) maupun tak langsung (nonfisik).

Secara geografis, posisi Indonesia yang terletak di antara dua samudra (Pasifik dan Hindia) sangat rawan terhadap bencana hidrometeorologi, seperti kejadian iklim ekstrem berupa banjir dan kekeringan. 

Apalagi dengan adanya perubahan iklim, El Nino akan menyebabkan kekeringan di Indonesia, terutama wilayah yang mempunyai pola curah hujan bertipe monsoon.

BMKG mencatat, kebakaran hutan di Kalimantan dan Sumatera akibat kemarau panjang terjadi pada tahun-tahun El-Nino, yakni 1997, 2002, 2004, dan 2006. Hutan gambut di Kalimantan misalnya, secara alami mudah terbakar ketika kemarau panjang melanda kawasan tersebut. 


Di saat El-Nino kekeringan juga mengancam daerah pertanian di berbagai wilayah di Indonesia. Banyak petani gagal panen lantaran kemarau berkepanjangan sehingga persediaan air untuk tanaman terbatas. 

Sementara itu, ketika terjadi La Nina, curah hujan di Indonesia meningkat pada saat musim kemarau. Fenomena tersebut juga menyebabkan awal musim hujan bergeser maju (Bell et al., 1999). 

Pada tahun 2010 misalnya, terjadi suatu fenomena kemarau basah sehingga sepanjang tahun terjadi musim hujan. Hal ini merupakan salah satu contoh iklim ekstrem yang terjadi di Indonesia sebagai akibat dari terjadinya perubahan iklim. La Nina juga sering mengakibatkan banjir.

Pergeseran musim hujan dan kemarau dapat mempengaruhi pola masa (kalender) tanam dan perubahan pola tanam. Perubahan suhu dapat menyebabkan peningkatan serangan hama penyakit atau organisme pengganggu tanaman (OPT), dan gosong daun pada sayuran. 

Perubahan pola angin dapat menyebabkan penyebaran hama, terganggunya penyerbukan dan pembuahan. Perubahan pola hujan, khususnya kekeringan dan banjir, dapat menyebabkan kegagalan pembuahan dan penyerbukan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun