Tari Maung Lugay adalah tari dari sunda yang menampilkan kelincahan dan keperkasaan Harimau, Macan atau Maung dalam bahasa sunda. Maung Lugay merupakan turunan dari tari Jaipongan yang telah terkenal sebagai tarian khas tanah Padjajaran. Tari ini mulai populer di Bandung dan merambah di daerah Jawa Barat lain. Di beberapa sanggar di Bandung, tarian ini menjadi tari unggulan.
Beberapa waktu ke belakang, tarian ini berfungsi sebagai tarian yang dinikmati pribadi tetapi kini beralih fungsi menjadi tarian yang di pertunjukan di depan khalayak sebagaihiburan atau sebagai penyambut tamu dari luar.
Tarian Maung Lugay memiliki keunikan tersendiri, bila jaipongan biasanya berunsur gerakan yang lembut, indah dan sedikit sensual tapi tidak untuk tari Maung Lugay, unsur gagah perkasa begitu kental dengan beberapa gerakan pencak silat meskipun si penari adalah wanita. Gerakan gagah tersebut berasal dari gerakan macan yang menerkam, mengaum dan mengintai mangsanya. Kostum yang dipakai pun menambah karakter Maung karena dihiasi oleh loreng – loreng. Lagu pengiring yang dipakai dalam tarian ini diciptakan oleh Mang Koko, seniman terkenal sunda.
Latar belakang tari ini adalah kehidupan hutan, beberapa sumber menyebutkan Maung tersebut menari (mencerkam, mengaum dan mengintai mangsanya) dikarenakan banyaknya manusia yang masuk ke hutan dan merusak hutan yang menjadi habitat dari Maung tersebut.Perbuatan tersebut memicu kemarahan Maung tersebut sehingga mereka melakukan protes. Protes tersebut berupa gerakan tersebut di atas yang berkarakter dan memiliki makna sangat dalam. Benar atau tidaknya tari tersebut bentuk protes si Maung, yang menjadi perhatian adalah sudah selayaknya kita memperhatikan lingkungan kita, terutama hutan. Bila Maung saja sudah bisa protes, apakah kita sebagai manusia tidak terusik menghadapi keadaan lingkungan saat ini? (V.a)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI