Mohon tunggu...
Vidia Andini
Vidia Andini Mohon Tunggu... Relawan - Penggiat Demokrasi

Aku suka demokrasi yang membantu kita menguatkan yang lemah.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Demokrat Pastikan Tak Gelar Kongres Luar Biasa

21 Juni 2019   16:05 Diperbarui: 21 Juni 2019   16:17 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Partai- partai besar seperti Demokrat dan PDI Perjuangan jadi pembahasan menarik untuk diikuti. Terlepas dari 'perang dingin' masa lalu yang hingga akhirnya berdamai disaat Megawati Soekarno Putri selaku ketua partai hadir di kediaman Susilo Bambang Yudhoyono untuk menyemayamkan jenazah sang istri tercinta Ani Yudhoyono di Cikeas beberapa waktu lalu. Di kediaman SBY, Megawati datang bersama sang putri, Puan Maharani dan rombongan dalam bentuk rasa belasungkawa. Tak ayal, masing-masing tokoh negara tersebut saling berjabat tangan dan mengakhiri perang dingin yang selama ini berlangsung paska pemilu 2004 silam.

Sebenarnya, perang dingin tersebut sudah berakhir saat Komisi Pemilihan Umum (KPU) memutuskan pasangan calon presiden dan wakil presiden, Joko Widodo- Ma'aruf Amin terpilih kembali untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden yang baru pada 21 Mei dini hari itu. Partai demokrat menerima atas hasil tersebut. Tak mempermasalahkan jika capres yang diusung dan didukung kalah pada pemilu 2019 itu. Dengan penuh rasa legowo, sang ketua umum dan para kader menghormati atas keputusan lembaga penyelengara pemilu tersebut dengan bijak.

Dari empat partai oposisi yang tergabung dalam koalisi Indonesia Adil dan makmur, Prabowo Subianto- Sandiaga Uno, hanya partai berlambang mercy menerima lapang dada atas kekalahan capres dan cawapres pilihan dan mengucapkan selamat atas terpilihnya Jokowi-Ma'aruf untuk periode 2019-2024.

Hanya saja, para tokoh negara tersebut belum sempat berjabat tangan secara langsung seperti disaat pentolan partai berlambang moncong putih tersebut hadir disaat wafatnya istri presiden ke 6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tersebut pada 1 Juni lalu itu. Tak hanya itu, kedua partai besar itu tengah dilanda wacana akselerasi kongres partai. Bahkan PDI-P sudah menentukan tanggal kongres yakni 8-10 Agustus di Bali. Sementara, demokrat baru akan melakukan kongres pada tahun depan (2020).

Menilik kabar yang ramai dibicarakan, alasan PDI-P mempercepat kongres ke V ini karena ingin menyesuaikan dengan agenda pemerintah. Mulai dari pelantikan anggota DPR hingga pembentukan kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin. Berhembus dari kabar beberapa sumber menyebutkan kongres dilakukan sebagai proses regenerasi di kepemimpinan Megawati. Memang tidak ada yang salah bahkan lumrah jika kongres untuk menentukan ketua umum. Namun sepertinya, jika hanya ingin menentukan pengganti Megawati sebagai ketua umum, rasa-rasanya kongres tidak perlu dipercepat.

Saat ini Megawati dikabarkan ingin pensiun dari kursi ketua umum yang diembannya sejak 1993. Dalam pernyataannya yang pernah terucap, Mbak Mega sudah tidak mau memimpin partai. Namun pada kongres PDI-P ke IV, putri Presiden pertama tersebut justru kembali terpilih secara aklamasi untuk kembali memimpin partai.

Seperti diketahui, PDI-P memang tidak bisa dipisahkan dari Soekarno dan Megawati. Selama ini, trah Soekarno yang dipercaya memimpin partai. Sementara itu, partai Demokrat melalui sekjen partai, Hinca Pandjaitan menyatakan partai akan gelar kongres mengikuti siklus lima tahunan yakni, 2020. Dengan begitu, sekaligus membantah isu partai Demokrat akan gelar Kongres Luar Biasa dalam waktu dekat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun