Mohon tunggu...
Viddy Daery
Viddy Daery Mohon Tunggu... -

Aku adalah Aku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Agama Nusantara Islam Purba

11 April 2015   14:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:15 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

AGAMA NUSANTARA ISLAM PURBA

Oleh : Viddy Ad Daery *) budayawan pengembara.

Ketika saya membaca buku kecil stensilan “Buku Ibadah Pangesti” yang diterbitkan oleh organisasi “aliran kepercayaan Pangestu”, saya sangat terkejut, karena tata cara peribadahan mereka 80% mirip dengan peribadahan agama Islam. 1)

Coba telisik, mereka punya syahadat,“rukun” dasa sila, sembayang panembah, punya aturan zakat, puasa, dan bahkan ritual zikir. Tentunya untuk 80 %nya adalah khas mereka. Tetapi lihatlah pada ritual “Panembah” , tata cara gerakannya sangat mirip sholat dalam agama Islam, bahkan 80%nya bisa dikatakan persis gerakan sholat dalam agama Islam.

Menurut Agus Sunyoto dalam bukunya “Walisongo : Rekonstruksi Sejarah yang disingkirkan” ( Trans Pustaka 2011 ), agama Kapitayan yang kini masih banyak dianut oleh sisa-sisa suku kuno Jawa dan Sunda, ritual ibadahnya juga mirip dengan ibadah Islam. 2)

Itulah yang dibangga-banggakan oleh manusia Nusantara sebagai “agama Jawa” atau “agama Budi” alias “Budi pekerti” dan banyak nama lainnya, yang mereka angap lebih tua daripada agama Islam ( versi Islam yang telah disempurnakan, yang diajarkan oleh Rasulullah Muhammad SAW ).

Maka, Agus Sunyoto menengarai, itulah agama “Islam purba”, yakni agama Islam yang diajarkan oleh nabi-nabi Islam sebelum Muhammad lahir. Agus Sunyoto menengarai, ritual ibadah agama kuno Nusantara kemudian menjadi sedikit berubah menjadi “tidak Islami” dan lebih cenderung menyembah benda-benda alam yang dipercayai dihuni roh halus, adalah ketika terjadi arus migrasi para “pendatang arus balik” yang diteorikan datang dari Formosa ( Taiwan ), Yunan ( Cina ) dan Dongson ( Vietnam ) dan sebagainya, hingga agama Nusantara kuno lalu menjadi bersifat “animisme-dinamisme”.

===========================================================================

1)Dalam buku stensilan itu ditulis “Buku Pangesti” namun penerbitnya adalah Penerbit Warga Pangestu.

2)Lihat Buku Agus Sunyoto “Walisongo : Rekonstruksi Sejarah yang disingkirkan” ( Trans Pustaka 2011 ).

Apalagi ketika datang orang luar memaksakan agama Hindu dan Budha lewat kekuatan kekuasaan para elit kerajaan Nusantara—karena silau pada “fungsi” agama Hindu-Budha untuk mendongkrak kewibawaan para penguasa, yaitu pada pengaturan kehidupan bermasyarakat yang berkasta-kasta, dimana penguasa ditempatkan dalam kasta teramat tinggi—padahal bisa jadi penguasa itu dulu asalnya adalah bromocorah.

Maka rakyat Nusantara-pun semakin bingung, karena kepercayaan “Islami” mereka selama ini, yang hanya mengenal “Sang Hyang” sebagai dewa tertinggi ( alias Monotheisme ), akhirnya harus terpaksa menerima banyak dewa yang harus disembah ( Politheisme ).

Bahkan beberapa Raja yang masih hiduppun bisa disembah karena dianggap mendapat “Pulung” sebagai penjelmaan dewa di dunia. Dengan “pulung” itu, maka si Raja berhak berbuat sesuka hatinya tanpa dapat disalahkan.

Konsep “Dewa-Raja” itu lalu diselewengkan lagi dengan cara dimasukkan ke dalam ajaran “agama Islam purba Nusantara” menjadi konsep “manunggaling kawulo lan gusti” alias “manusia adalah wakil tuhan” bukan dalam artian “Khalifah” sebagaimana konsep “Islam” , melainkan “manusia itu tuhan jadi boleh berbuat semuanya”, sebuah pembalikan konsep sampai 180 %.

Pertanyaannya, ketika agama kuno Nusantara masih “Islami” dan belum dirusak oleh kepercayaan “animisme-dinamisme”, “konsep dewa-raja” dan sebagainya, maka sejak kapankah manusia Nusantara memeluk agama Islam purba tersebut ?

Maksud dari agama Islam purba adalah agama samawi Islam yang diajarkan oleh Nabi-nabi sebelum Muhammad SAW lahir, mereka bisa jadi Nabi Adam, Syits, Nuh, Ibrahim, Musa, Sulaiman….

Ajaibnya, kitab “Babad Tanah Jawi” maupun turunan-turunannya, seperti misalnya “Pustaka Raja Purwa”, “Serat Paramayoga” dan sebagainya, sudah menulis bahwa manusia Nusantara adalah keturunan Nabi Adam dari jalur Nabi Syits. 3)

Maaf, selama ini, kitab-kitab tersebut dicibirkan oleh manusia Nusantara sendiri sebagai kitab dongeng, padahal justru DR.Arysio Santos dan Dr.Stephen Oppenheimer justru mengakui bahwa kitab-kitab tersebut adalah rujukan yang sangat berharga. 4)

Sekali lagi, apakah “agama Islam Purba” tersebut sudah didapatkan langsung ajarannya dari Nabi Syits ??? Lalu kenapa agama “Islam purba Nusantara” tersebut lalu rusak dan melenceng ?

Tentunya itu bukan hal aneh, karena di zaman sekarangpun, masih banyak orang-orang atau tokoh-tokoh pemikir yang pemikirannya ditujukan bagi perusakan agama Islam.

===========================================================================

3)Baca buku “Babad Tanah Jawi” , “Pustaka Raja Purwa” dan “Serat Paramayoga”.

4)Arysio Santos dalam bukunya “Atlantis-The Lost Continental Finally Found hal.367 menulis bahwa peristiwa meletusnya “Krakatau” diceritakan terperinci dalam “Pustaka Raja Purwa” yang bersumber dari sumber-sumber kuno yang lebih tua.

Perusakan agama Islam itulah yang disebut “hasil kerja syaitan” , sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an. Syaitan-syaitan masuk ke dalam otak tokoh-tokoh sesat atau “nyeleneh” lalu mereka membisikkan fitnah-fitnah pemikiran, dan akhirnya si tokohpun yakin, bahwa pemikiran sesatnya itu orisinal dan bermutu, padahal justru merusak Islam, dan tujuan dari perusakan tentunya adalah merusak kedamaian dan kebahagiaan umat manusia.

Namun sudah kodrat sejarah manusia, manusia yang lebih suka memilih kehancuran daripada keselamatan, jumlahnya justru lebih banyak yang menyukai kehancuran.

EKSPLOITASI KEHANCURAN

Kenapa manusia banyak yang memilih menyukai kehancuran ?Karena sebelum hancur, biasanya yang dirasakan adalah kenikmatan tanpa batas. Godaan kenikmatan tanpa batas ini ditunggangi oleh iblis dan menarik minat manusia yang imannya tipis.

Zaman Qabil dan Habil, putra Nabi Adam generasi pertamapun sudah mulai ada usaha mengeksploitasi kenikmatan. Qabil memilih menikahi saudaranya yang cantik dan menolak perintah ayahnya untuk menikahi saudarinya yang kurang mnarik, meski untuk itu ia harus membunuh Habil.

Gara-gara itu, maka Qabil diusir oleh Nabi Adam lalu lari ke Yaman bersama anak keturunannya, dimana di sana mereka merasa bebas bertindak mengeksploitasi kebebasan, mendirikan patung-patung besar untuk disembah, menggubah musik dan tari-tarian yang melenakan dan menimbulkan kemaksiatan.

Eksploitasiyang sangat ekstrim pertamakali dilakukan oleh Nimrods alias Raja Namrud, yang mendirikan Menara Pyramid pertama yang disebut Menara Babel yang tingginya menggapai langit, dengan tujuan menantang Tuhan di langit.

Namun Tuhan tidak akan pernah mau disaingi dan ditantang manusia, maka dihancurkanNya Menara Babel karya Namrud dan para insinyurnya, dan selanjutnya Raja Namrud dibunuh Tuhan dengan cara menyuruh seekor "tengu" alias nyamuk kecil yang masuk ke hidungnya lalu menuju otak Namrud dan menggerogotinya selama 40 hari sampai Namrud menemui ajal.

Tetapi terbukti, manusia tak pernah jera mencoba-coba melawan Tuhan, bahkan sampai hari ini. Padahal sejarah sudah mencatat, semua penantang Tuhan selalu akan dihancurkan Tuhan.

Situs-situs akbar seperti candi-candi, pyramid-pyramid, punden berundak, kuil-kuil, akhirnya menemui kehancuran, menjadi puing-puing sejarah, karena semua instrumen buatan manusia, meski dibuat dalam skala raksasa bahkan merupakan mahakarya, kalau diarahkan untuk menantang dan menyepelekan Tuhan, maka tentu menyalahi kodrat, dan akhirnya akan dibinasakan Tuhan.

Tuhan Allah berfirman dalam Al-Qur'an surat Al-Mukmin ayat 82 : " Maka apakah kalian tidak berjalan-jalan di muka bumi, lalu memperhatikan betapa kesudahan nasib orang-orang sebelum kamu. Mereka orang-orang yang lebih hebat kekuatannya dan lebih banyak bekas-bekasnya ( situs-situs artefaknya ) di muka bumi.

Maka, apa yang mereka usahakan ( peradaban tinggi mereka ) itu ternyata tidak dapat menolong mereka."

HIDUP SEDERHANA

Dari berbagai contoh sejarah mengenai kemurkaan Allah terhadap kaum yang berlebih-lebihan mengeksploitasi berbagai hal hingga melampaui batas, maka sesungguhnya yang diridhoi oleh Allah adalah kehidupan yang sederhana, yang memelihara dan mengelola alam dengan bijaksana.

Sekali lagi dari sini, tampak bahwa sangat ada kemungkinan bahwa religi Jawa/Nusantara purba adalah Islam purba, karena banyak kesamaan-kesamaan falsafahnya. Lihat falsafah-falsafah Jawa yang berbunyi “urip sak madyo wae”, “urip mung mampir ngombe”,“nglurug tanpo bolo, ngalah tanpo ngasorake”, “sak begjo begjaning wong kang edan lan lali, isih begjo wong kang eling lan waspodo” dan sebagainya, semuanya sangat Islami, sangat sesuai dengan nilai-nilai agama Islam.

Rasulullah Muhammad SAW yang amat kaya raya karena kedudukannya sebagai penguasa, sudah memberi contoh kehidupan, bagaimana beliau justru menjalani hidup sederhana. Beliau membangun sembilan rumah untuk para istrinya, rata-rata berarsitektur sangat sederhana, hanya berupa tembok baru bata yang ditutup atap daun kurma disangga kayu-kayu biasa.

Sayang, Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik sudah menghancurkan situs-situs rumah-rumah sederhana Rasulullah tersebut, karena dia ingin umat Islam juga ikut berlomba-lomba membangun rumah megah dan bangunan-bangunan mewah seperti kepunyaan orang-orang kafir dan yahudi.

Sekarang, bahkan di desa-desa orang-orang membangun rumah-rumah megah dan masjid-masjid mewah, namun membiarkan tetangganya melarat dan kekurangan makan.

Itulah situasi yang pernah dikhabarkan oleh Rasulullah: “….Dalam salah satu hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam ad-Dailami, Rasulullah SAW mengejutkan para sahabat dengan sabdanya:

“Bakal datang di tengah-tengah umatku suatu zaman , dimana tak tersisa dari Al-Quran kecuali aksaranya. Tidak tersisa dari Islam kecuali namanya. Nanti bakal datang orang-orang yang menamai dirinya dengan nama Islam tetapi sebetulnya mereka adalah orang yang paling jauh dari Islam. Para ulamanya, justru makhluk paling buruk di bumi ini. Dari mereka keluar fitnah, dan kepada mereka fitnah itu kembali.” Kemudian para sahabat bertanya, “Apakah mereka itu menyembah berhala?” Rasulullah menjawab, “Betul, dan berhala mereka adalah uang.dan harta benda !”

DAFTAR BACAAN :

1.A. Samad Ahmad “Sulalatus Salatin,Sejarah Melayu”. KL : DBP , 1997.

2.Achmad Chambali “Enam Figur Ketua DPRD Kabupaten Lamongan.” Lamongan :Sanggar Pusaka, 2003.

3.Anthony Reid, ed. “Dari Raja Ali Haji hingga HAMKA”.Jakarta:Grafitipers,1983.

4.Arysio Santos, “Atlantis-The Lost Continental Finally Found”. Jakarta : Ufuk , 2010.

5.HJ de Graaf & TH Pigeaud , “Kerajaan Islam Pertama di Jawa”. Jkt:Grafiti,2001.

6.Ismail Hussein “Anugerah Sastera MASTERA 2006”. KL : DBP , 2006.

7.Kassim Ahmad.”Hikayat Hang Tuah”. KL : DBP, 1997.

8.Kong Yuan Zhi, “Sam Po Kong dan Indonesia “. Jakarta:Haji Masagung,1993.

9.Langit Kresna Hariadi “Gajah Mada,Perang Bubat”.Solo:Tiga Serangkai , 2006.

10.Langit Kresna Hariadi “Gajah Mada,Madakaripura Hamukti Moksa”.Solo: Tiga Serangkai, 2007.

11.Moh.Pitchay Gani,ed.”PSN XII”. Singapura : ASAS 50, 2003.

12.Muhammad Yamin, “Gajah Mada,Pahlawan Persatuan Nusantara”.Jakarta: Balai Pustaka,1986.

13.Purwadi,”Jejak Nasionalisme Gajah Mada”.Jogja :Diva Press,2004.

14.Renny Masmada,”Gajah Mada Sang Pemersatu Bangsa”.Jkt : Elex Media,2003.

15.Sjamsudduha,ed.”Sejarah Sunan Drajat”.Surabaya:Tim Peneliti dan Penyusun Buku Sejarah Sunan Drajat, 1998.

16.Slamet Muljana,”Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara.” Jogja : LKiS,2005.

17.Slamet Mulyana,”Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya”.Jakarta: Bhratara Karya Aksara, 1979.

18.Stephen Oppenheimer, “Eden in the East”. Jakarta : Ufuk , 2010.

19.Ninie Susanti,”Airlangga : Biografi Raja Pembaru Jawa Abad XI”. Depok : Komunitas Bambu , 2010.

20.Viddy AD Daery, “Pendekar Sendang Drajat-Pesisir Utara Majapahit di abad ke 16”. Jakarta : Pustaka Alvabet , 2009.

CV :

Viddy AD Daery atau Drs.Ahmad Anuf Chafiddi, lahir di Lamongan,Jawa Timur,

28 Desember 1961, menulis puisi, cerpen, novel, artikel/kolom dan

naskah drama serta naskah sinetron.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun