Globalisasi merupakan fenomena kompleks yang telah mengubah tatanan ekonomi, sosial, dan politik dunia secara drastis. Proses ini ditandai dengan meningkatnya keterhubungan dan interdependensi antar ngera. Kemajuan di bidang teknologi, terutama dalam sisi komunikasi dan transportasi telah menjadi pendorong utama globalisasi. Globalisasi memicu terjadinya integrasi ekonomi antar negara melalui perdagangan bebas, investasi asing, serta perkembangan teknologi dan komunikasi. Salah satu pengaruh adanya globalisasi yakni adanya pengaruh korporasi multinasional dalam menentukan arah pembangunan di berbagai negara, khususnya negara berkembang. Lembaga-lembaga internasional seperti IMF dan Bank Dunia memberikan pengaruh yang signifikan kepada negara-negara berkembang khusunya Indonesia. Lembaga-lembaga tersebut memberikan pengaruh terhadap kebijakan ekonomi dan industri di Indonesia, investasi asing masuk dengan deras membawa janji pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.
Film dokumenter yang dibuat oleh John Pilger yang berjudul "The New Rules of The World" menjelaskan sisi lain dari adanya globalisasi, ia berpendapat bahwa globalisasi seringkali menguntungkan negara-negara maju dan perusahaan multinasional, sementara negara-negara berkembang seperti Indonesia kerap menagalami dampak negatif dalam bentuk eksploitasi tenaga kerja, ketimpangan ekonomi, serta ketergantungan pada investasi asing.
Pilger menyoroti secara langsung bagaimana kondisi para pekerja yang ada di Indonesia, mereka tinggal di pemukiman yang dikategorikan kurang layak huni. Pilger menunjukkan fenomena eksploitasi tenaga kerja yang dilakukan oleh perusahaan tekstil dimana para pekerja diberi upah yang sangat minim, jam kerja yang panjang, dan mereka tidak mendapatkan jaminan perlindungan sosial yang memadai.
Dokumenter ini juga membahsa dampak lain dari adanya globalisai yakni hilangnya kedaulatan ekonomi negara berkembang. Pemerintah seringkali harus mengorbankan kebijakan domestik yang seharusnya melindungi kepentingan rakyat hanya demi menarik investasi asing. Perjanjian perdagangan bebas dan peraturan investasi internasional sering kali dibuat dengan menguntungkan pihak asing, sementara negara yang diinvestasikan hanya menjadi objek kegiatan eksploitasi. Tidak hanya tenaga kerja yang dieksploitasi namun sumber daya alam dan lingkungan juga didefortasi secara besaar-besaran hanya untuk kepentingan dan meraup keuntungan besar bagi perusahaan asing.
Globalisasi juga menciptakan ketimpangan ekonomi makin terlihat. Pilger menunjukkan dalam filmnya dimana resepsi pernikahan dari keluarga elit di Indonesia menghabiskan biaya yang sangat fantastis. Para pekerja yang sebelumnya disorot tidak akan mungkin bisa melakukan resepsi tersebut hanya jika dia bekerja kurang lebih selama 400 tahun lamanya. Kesenjangan juga terlihat jelas dimana perusahaan penanaman modal yang memiliki keuntungan sebesar 2,2 milliar dolar AS yang hanya memiliki ratusan pegawai, sementara salah satu negara di afrika dengan total penduduk sebanyak 25 juta jiwa juga memiliki pendapatan nasional sebanyak 2,2 milliar dolar AS.
Di Indonesia sendiri praktik eksploitasi tenaga kerja masih sering ditemukan adanya. Perusahaan-perusahaan e-commerce yang mempekerjakan karyawan gudangnya yang tidak sesuai jam kerja. Realita waktu jam bekerja dan kontrak awal sering kali tidak sesuai. Bahkan jam yang dipasang di setiap sisi gudang tidak sesuai dengan jam pada umumnya. Upah yang sering kali dopotong tanpa alasan yang jelas juga terjadi di beberapa perusahaan tersebut. Alasan menagapa masih banyak karyawan yang masih betah melakukan pekerjaan tersebut adalah tidak adanya kualifikasi tertentu dan juga menawarkan upah yang umumnya lebih tinggi.
Globalisasi memicu tumbuhnya hedonisme di kalangan anak muda dikarenakan akses terhadap sosial dan budaya dari negara luar terekspos secara bebas. Hal ini mumunculkan sikap konsumtif yang berlebihan dan juga ketergantungan terhadap barang barang dari luar negeri. Di Surabaya sendiri banyak ditemukan pusat perbelanjaan besar seperti mall yang berdampak pada pasar lokal semakin sulit bersaing. Masyarakat juga cenderung memilih barang impor yang lebih murah dari negara China yang dibeli dari e-commerce dan juga acara thrift yang menjual barang impor bekas dari luar negeri.
Selain ketimpangan ekonomi dan eksploitasi tenaga kerja, globalisasi juga berkontribusi terhadap urbanisasi yang tidak terkendali di Surabaya. Banyak penduduk dari daerah lain datang ke Surabaya dengan harapan mendapatkan pekerjaan di sektor industri dan jasa. Namun, karena jumlah lapangan kerja yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah pencari kerja, banyak dari mereka yang akhirnya menganggur atau bekerja di sektor informal dengan pendapatan yang tidak stabil. Urbanisasi yang pesat ini juga menyebabkan peningkatan jumlah kawasan kumuh di kota, di mana banyak pekerja dengan penghasilan rendah terpaksa tinggal di permukiman yang tidak layak.
Disamping dampak negatif dan realita yang terjadi dikarenakan adanya globalisasi, tentunya juga banyak menimbulkan dampak positif. Pemerintah negara berkembang atau negara debitur harus bisa mengatur regulasi dan juga disesuaikan dengan konsisi dan kebutuhan masyarakat. Pemerintah tidak boleh semena-mena menerima investasi asing tanpa mempertimbangkan regulasi dan hanya mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi saja. Â
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI