Mohon tunggu...
Veronica Ari
Veronica Ari Mohon Tunggu... Guru - Ad maiorem Dei gloriam

Seorang guru SD yang sudah 14 tahun mengajar, seorang istri, dan calon ibu.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Taksonomi Bloom dalam Pembelajaran

18 Oktober 2021   13:25 Diperbarui: 18 Oktober 2021   13:48 1258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bagi seorang guru pasti sudah tidak asing lagi dengan Taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom digagas oleh seorang ahli pendidikan dari Amerika bernama Benjamin Samuel Bloom.

Taksonomi merupakan sebuah hierarki klasifikasi atas prinsip dasar atau aturan, sehingga dalam mencapai sebuah tujuan level yang lebih tinggi, harus menguasai level yang rendah terlebih dahulu. Tujuan tersebut digolongkan menjadi 3 ranah kemampuan, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

Ranah kognitif, berhubungan dengan aspek intelektual atau keterampilan berpikir yang terdiri dari 6 jenjang, yaitu;

  • Pengetahuan (C1), kemampuan mengingat materi yang telah dipelajari.
  • Pemahaman (C2), kemampuan untuk menjelaskan arti dari sebuah materi yang dipelajari.
  • Penerapan (C3), kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari tersebut ke dalam situasi nyata siswa.
  • Analisis (C4), kemampuan memecah materi menjadi bagian-bagian sehingga struktur materi dapat dipahami.
  • Sintesis (C5), kemampuan menempatkan bagian-bagian secara bersama sehingga membentuk sesuatu yang baru sebagai satu kesatuan.
  • Evaluasi (C), kemampuan mengambil keputusan untuk memberi penilaian terhadap materi pelajaran sesuai tujuan.

Dari keenam tersebut diklasifikasikan menjadi dua jenjang lagi, yaitu jenjang 1 sampai dengan 3 disebut sebagai keterampilan berpikir rendah (Low Order Thinking Skill - LOTS) sedangkan jenjang 4 sampai dengan 6 dimasukkan kedalam keterampilan berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking Skill - HOTS).

Ranah afektif, merupakan ranah yang menekankan pada emosi atau perasaan yang mencakup 5 hal, yaitu;

  • Penerimaan (A1), misalnya memperhatikan, respon tertentu, atensi, penghargaan.
  • Tanggapan (A2), membuat siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, termotivasi untuk aktif.
  • Penilaian (A3), menunjukkan nilai baik atau kurang baik terhadap sebuah perilaku.
  • Pengorganisasian (A4), penyatuan nilai-nilai perilaku yang tertanam.
  • Karakter (A5) adalah pengendalian sebuah perilaku.

Ranah afektif ini berfokus pada cara penanganan yang berkaitan dengan emosi dan perasaan.

Ranah psikomotor, berhubungan dengan perilaku, gerakan fisik, dan keterampilan motorik. Ranah ini dibagi menjadi 5 kategori mulai dari tingkat sederhana hingga tingkat yang lebih kompleks, yaitu;

  • Imitasi (P1), meniru dari tindakan orang lain atau guru.
  • Manipulasi (P2), dapat melakukan tugas yang diberikan oleh guru.
  • Ketetapan (P3), melakukan keterampilan tanpa bantuan orang lain.
  • Artikulasi (P4), mengaitkan atau mengkombinasikan kegiatan pada waktu yang sama.
  • Naturalisasi (P5), melakukan suatu kegiatan sebagai kebiasaan.

Pada tahun 1990, Taksonomi Bloom direvisi oleh seorang muridnya yaitu Lorin Anderson. Hasil perbaikan tersebut dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom dan digunakan dalam dunia pendidikan sampai saat ini. 

Dalam revisinya, terjadi perubahan pada penggunaan kata benda menjadi kata kerja. Adapun urutan level pada Taksonomi Bloom dengan Bloom revisi Anderson masih sama, yaitu dari level rendah ke level yang lebih tinggi, perubahan mendasar terletak pada C5 dan C6. 

Taksonomi Bloom lama, hanya memiliki satu dimensi yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation), sedangkan Taksonomi Bloom yang  direvisi memiliki dua dimensi yaitu dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan. 

Dimensi proses kognitif terdiri dari enam kategori, yaitu mengingat (remembering), memahami (understanding), mengaplikasikan (applying), menganalisis (analyzing), mengevaluasi (evaluating), dan mencipta (creating). Adapun dimensi pengetahuan terdiri dari pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif.

Dengan pemahaman tentang Taksonomi Bloom, sebagai guru kita dapat mengaplikasikannya dalam pembelajaran di kelas, misalnya; dalam jenjang kelas 5 SD, muatan pelajaran Matematika, aspek Geometri dan Pengukuran, dengan tujuan pembelajaran, yaitu : "Peserta didik dapat membuat 1 bentuk kubus dengan menggunakan jaring-jaring melalui praktik". Tahapan-tahapan dalam pembelajarannya, sebagai berikut :

  • C1 mengingat             : Siswa menjelaskan kembali pengertian kubus.
  • C2 memahami             : Siswa mengamati barang-barang di sekitar yang berbentuk kubus.
  • C3 menerapkan           : Siswa menggunting sebuah karton dengan mengikuti garis sebagai rusuk-  rusuknya sehingga menjadi sebuah jaring-jaring.
  • C4 menganalisa          : Siswa menghitung banyak jaring-jaring kubus yang terbentuk.
  • C5 mengevaluasi        : Siswa menjelaskan alasan dari banyaknya jaring-jaring yang terdapat pada kubus.
  • C6 menciptakan          : Siswa membuat suatu desain kotak berbentuk kubus dari lembaran karton yang telah disediakan.

Proses penerapan Taksonomi Bloom revisi ini harus disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang kita ajar, oleh karena itu taksonomi ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. 

Kelebihannya adalah lebih fokus pada kemampuan dari pada konten hafalan sehingga pembelajaran terkesan lebih relevan dalam kehidupan sehari-hari, guru dapat mengendalikan dan menyesuaikan tujuan, aktivitas belajar, dan melaksanakan proses evaluasi karena sudah tersedia KKO (kata kerja operasional), selain itu dapat mengembangkan rencana pembelajaran, mengembangkan metode pembelajaran, dan  bentuk tes, dapat membentuk kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan baik, dan dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir tingkat tinggi. 

Sedangkan kekurangannya adalah dengan pembagian tingkatan LOT dan HOT, dalam hal ini guru lebih berfokus pada level tingkat tinggi dan mengabaikan proses tingkat rendah yang menjadi keterampilan dasar, memiliki beberapa kritikan tentang piramida Bloom; semua kegiatan tidak harus terlewati semua tahap secara berurutan, tahap pembelajaran dapat dimulai dari tahap mana saja tergantung kreasi tiap orang, banyak juga yang mengkritik tiga tahap level atas sebenarnya bersifat setara.

Dengan demikian, Taksonomi Bloom telah menjadi pemikiran yang berpengaruh dalam bidang pendidikan, lebih mudah diterapkan dan jelas dalam pemanfaatannya, memudahkan guru dalam membuat rencana pembelajaran, metode yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, dan menyusun indikator sesuai dengan tingkatan LOT atau HOT. 

Selain itu juga membantu guru dalam memahami bahwa tingkatan-tingkatan dalam ranah kognitif harus semua dipenuhi mulai dari level yang rendah hingga level yang lebih tinggi, sehingga keterampilan-keterampilan yang menjadi tujuan utama sebuah pembelajaran dapat dicapai oleh siswa secara utuh dan menyeluruh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun