Mohon tunggu...
Elang Segara
Elang Segara Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seorang yang kuat dalam kelemahan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Selamat Ulang Tahun

8 Desember 2018   09:05 Diperbarui: 8 Desember 2018   09:23 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Bagiku hari ulang tahun adalah moment yang tepat merenungkan kehidupan selain moment akhir dan awal tahun. Aku tidak mengingat persis masa-masa kecilku secara detail, tapi aku sangat suka mendengar cerita-cerita dari ayah dan ibuku tentangku, dan aku selalu berusaha mengingatnya. 

Ayahku bercerita bahwa beliau tidak ada mendampingi ibuku di masa mengandungku sampai melahirkanku karena harus menjalani perawatan di Medan. Suatu malam beliau bermimpi ketika duduk di pinggiran danau, seekor angsa putih mendatanginya, seketika dia terbangun dan berfirasat bahwa mungkin putrinya sudah lahir. 

Sepulangnya melihatku, dia bercerita bahwa aku memiliki mata indah yang bersinar-sinar, aku adalah putrinya yang manis karena tingkahku yang sangat manis. Semasa kecil, aku sangat suka dengan bunga-bunga, saking sukanya setiap pagi aku akan memetik bunga yang tumbuh liar di sekitar rumah dan dekat kuburan di kampung. 

Kemudian aku akan menata bunga-bunga itu dan memasukkannya ke botol untuk kupajang di meja tamu, di dapur, di atas rak, kadang-kadang kuselipkan di rambutku, kata ayahku setelah memajang bunga dari tanaman liar itu, aku akan tersenyum sambil menggoyang kepalaku ke kanan ke kiri. (Bisa kubayangkan betapa manisnya aku waktu  kecil, ) Begitulah setiap pagi aktivitasku membuat mereka senyum-senyum sendiri. 

Tapi sekarang mataku tidak seindah dulu lagi, karena lelah membaca, lelah melihat dunia, lelah karena air mata. Aku pun tak suka dengan bunga-bunga karena tanganku belum pernah berhasil merawat tanaman bunga, bagiku bunga-bunga ini jauh lebih indah dari kehidupanku, lebih indah dari apa yang kumiliki, tak penat mereka rasa tapi indahnya mempesonaku. Kata seorang teman, tanaman bunga itu hanya akan bertumbuh dan berbunga di tangan ahlinya. Kelak aku pun ingin memiliki keindahan seperti bunga-bunga itu karena aku sudah ada di tangan Sang Ahli.

Masa kecilku, ada beberapa julukanku oleh saudara-saudaraku, "Lakkitang" kata ibuku ini sejenis hewan kecil yang sering muncul di sawah-sawah sebagai gambaran kalau aku ini sangat kecil, lemah, mudah dihancurkan, kegitulah kau, ejek mereka. Saking lemahnya tak suka aku berkonflik di rumah, jika aku tidak suka karena pertengkaran atau perselisihan dengan saudaraku, diam-diam aku akan merusak barang mereka, menyembunyikan buku mereka dan berbuat seolah tidak ada apa-apa. 

Karena itu pula saudaraku pernah memarahiku dan aku mendapat julukan baru "ulok mate-mate" (ular yang pura-pura mati tapi ternyata sudah meracuni, gitu kali ya , issh manusia berdosa) Sebagai anak tengah yang lemah fisik, paling sering sakit, tidak bisa diandalkan melakukan pekerjaan berat, keahlianku adalah bertanggungjawab penuh urusan rumah, jadilah aku anak rumahan, rumahku istanaku, kuhiasi dengan perlengkapan hasil karya menjahitku secara otodidak dari sarung bantal, gorden, taplak meja dll. 

Sekarang, benar aku masih lemah fisik, tapi sebenarnya aku jauh lebih kuat dan berani, mulutku telah diproses berkata apa adanya, saking apa adanya, banyak yang membenciku. Aku bukan anak kecil seperti dulu. Walau demikian ada satu yang tidak berubah dari kecilku, julukanku yang ketiga si "murta" (mura tangis=mudah menangis), sampai sekarang sudah jadi ibu, aku sangat mudah menangis, dalam kesendirian tentunya paling sering saat malam tiba. Salah satu caraku untuk menahan airmata, aku sering duduk di teras rumah melihat bintang di langit yang kerlap kerlip, biasanya saat aku mengaguminya kukatakan

"Aku jauh lebih berharga dibandingkan langit dengan bintang yang indah ciptaanMu ini kan, kenapa hatiku bersedih dan jiwaku resah? Hai Verita, tidurlah dengan tenang karena penjagamu tidak pernah terlelap". Entah mengapa, dengan memandang ke atas, membayangkan suatu saat aku akan ke sana, hatiku rasa tenang.

Seiring pertambahan usia, di tahun-tahun sebelumnya, aku akan selalu bersyukur ahh hari ini aku sudah kuliah, sudah lulus, punya pacar, aku sudah menikah, sudah punya rumah, punya anak dll dan kunaikkan doa harapanku semoga aku dapat ini, dapat itu, kejar targetlah, . Bagiku kala itu seiring usia bertambah, harus ada bukti fisik yang bertambah sebagai indikator kesuksesan dan kedewasaan hidup ini.

Itu dulu, hari ini menjadi istimewa dari tahun sebelumnya karena aku harus mengakui yang bisa kusyukuri karena aku telah kehilangan banyak hal untuk mendapatkan sesuatu yang jauh lebih berharga dari yang sudah kudapatkan dan pernah kumintakan dariNya. Hidupku tidak sebatas untuk kesenangan sementara di dunia dari hasil jerih payahku yang sia-sia sehingga doa yang kunaikkan pun berbeda dari tahun sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun