Mendengarkan perkataan kedua cucunya, mama jadi terharu hingga tak sadar air mata mama mengalir membasahi pipinya. Umar memegang tangan nenek menuju pintu keluar rumah sakit.
Kami harus mencari tempat makan karena hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Perut kami pada keroncongan. Terutama Rasyid, sejak pengobatan mama dia ingin belanja. Namun, tidak ada yang jyalan di sekitar ruangan berobat mama.
Sesampai di tempat makan, Umar langsung memesan sambal favoritnya yaitu ayam bumbu. Ternyata, ayam bumbu habis. Umar memilih telur dadar pengganti sambal pesanannya.
Kemudian, dia minta teh es. Abi langsubg melarang. Abi mnta teh hangat. Umar langsung cemberut. Dia tidak mau melihat abi dengan tangan dilipat diikuti bibir manyunnya.
"Umar, semalamkan demam. Jadi untuk sementara tidak boleh minum es. Abi tidak ingin Umar sakit lagi, sayang", jelas Umar mencoba membujuk Umar.
Mendengarkan penjelasan abi, bibir manyun dan tangan terlipat Umar kembali normal. Ya, begitulah Umar. Dia akan cepat memahami apabila diberi pengertian.
Perut kami pun kenyang. Abi menjemput mobil di parkiran luar rumah sakit. Kami terpaksa memarkir mobil di luar karena parkiran mobil di rumah sakit penuh.
Niat untuk bermain pasir tertunda karena takut terlambat sampai rumah. Malam itu harus cepat sampai rumah agar bisa salat taraweh pertama di mesjid. Sebelumnya kami harus pulang ke rumah Solok. Kami akan memberi makan kucing dan ikan.
Selesai semua kegiatan, kami langsung pulang ke kampung. Tapi membeli marcon bawang dulu pengganti bermain di pantai yang dijanjikan tadi. Alhamdulillah kami sampai Magrib di rumah dan dapat melaksanakan salat tarawih di mesjid dekat rumah.
Andaleh, 14 April 2021