Mohon tunggu...
Venusgazer EP
Venusgazer EP Mohon Tunggu... Freelancer - Just an ordinary freelancer

#You'llNeverWalkAlone |Twitter @venusgazer |email venusgazer@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

IPK Tiga Koma tapi Tidak Tahu Apa-apa

5 Januari 2017   02:29 Diperbarui: 5 Januari 2017   14:06 11356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Agitasi News.

Memperoleh gelar sarjana dengan Indek Prestasi Kumulatif (IPK) di atas tiga tentu prestasi tersendiri. Karena itu bukan perkara mudah. Saya pribadi menyebutnya sebagai suatu yang “luar biasa”.

Bagi yang kemampuan otaknya pas-pasan butuh perjuangan berdarah-darah. Jangankan tiga koma, IPK dua koma lima pun sudah sangat disyukuri.

Lulus dengan IPK yang bagus tentu lebih membuka peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang baik. Apalagi sekarang, perusahaan-perusahaan yang punya nama mensyaratkan IPK minimal 3,0. Kasihan juga bagi mereka yang IPK-nya minim.

Tapi jangan salah ternyata IPK tinggi hanya sebatas nilai yang ada di transkrip nilai saja. Bukan cermin dari kemampuan seseorang. Rasanya banyak perguruan tinggi yang begitu murah hati dalam standar nilai.

Belum lama ini saya membantu seorang fresh graduate dalam urusan mencari pekerjaan. Mulai dari membuat surat lamaran yang baik sampai pengiriman baik itu online maupun offline.

Sebenarnya agak menarik juga karena awalnya saya tidak berpikir bahwa si A ini anak kuliahan. Karena kesehariannya saya tidak pernah melihat dia pergi kuliah. Tidak tampak aktivitas belajar di rumahnya. Tahu-tahu saja dikasih tahu kalau dia sudah wisuda.

Sarjana Akuntansi lho.  Dulu ketika masih kuliah, jurusan ini termasuk favorit dan susah masuknya. Jadi sempat sangsi juga. Baru percaya setelah melihat ijazah dan transkrip nilai.

"Ups…IPK-nya tinggi juga,” kata saya dalam hati. Sekaligus ngiri.

IPK tiga koma sekian-sekian. Nilainya A-B mulai dari semester satu. Gila juga nih. Makanya jangan lihat orang dari casing atau keseharian. Bagi yang pernah kuliah di jurusan akuntansi tentu tahu mata kuliahnya apa saja. Rasanya butuh ketekunan ekstra untuk bisa kuliah di jurusan tersebut.

Cuma ketika saya mulai membantu si A ini mulai timbul pertanyaan-pertanyaan. Bagaimana seorang sarjana akuntansi dengan IPK tiga koma untuk melamar pekerjaan saja tetapi nihil dalam banyak hal yang cukup mendasar.

Maaf, saya tidak bermaksud berbagi kekurangan seseorang. Saya hanya melihat ini sebagai sebuah potret dari sebuah kenyataan pendidikan kita saat ini. Ok lanjut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun