Mohon tunggu...
Konstantinus Jalang
Konstantinus Jalang Mohon Tunggu... Penulis - Penulis adalah Alumnus Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang

Berfilsafat dari Bawah

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Berfilsafat dari Bawah

22 Januari 2021   16:48 Diperbarui: 7 Februari 2021   21:07 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Mungkin teman-teman bertanya, mengapa saya memilih "Berfilsafat dari Bawah" sebagai judul besar dari sekian banyak tulisan saya di Kompasiana. Kali ini, saya berusaha menjelaskan sedikit latar belakang judul tersebut.

Judul "Berfilsafat dari Bawah" terinspirasi oleh buku berjudul "Menjadi-Mencintai: Berfilsafat-Teologis Sehari-hari". Buku ini ditulis oleh Profesor Armada Riyanto. Dalam bukunya tersebut, beliau berusaha merefleksikan peristiwa harian berdasarkan perspektif filsafat-teologis. Di sana, Armada Riyanto merefleksikan persoalan-persoalan konkret-harian tetapi tetap dengan metode filosofis. Dia juga banyak mengutip gagasan para filsuf.

Dalam dunia filsafat, metode yang demikian disebut fenomenologi. Fenomenologi berasal dari kata bahasa Yunani, yakni: "phainomenon" (yang tampak) dan "logos" (ilmu atau diskursus). 

Fenomenogi adalah ilmu yang berusaha merefleksikan pengalaman-kesadaran. Para fenomenolog masyhur dalam dunia filsafat, sebut saja: Hegel, Kant dan Edmund Husserl. 

Perlu diketahui, setiap fenomenolog memaknai fenomena atau pengalaman secara berbeda dan bahkan bertentangan. Panorama filsafat dalam buku "Menjadi-Mencintai: Berfilsafat-Teologis Sehari-hari" setidaknya mengafirmasi identitas akademis Armada Riyanto sebagai filsuf-fenomenolog.

Buku tersebut tidak sama dengan buku-buku filsafat lainnya. Pembaca tidak akan berjumpa dengan konsep-konsep berat sebagaimana dalam buku filsafat umumnya. Armada Riyanto menulis agar bisa dimengerti oleh banyak orang, termasuk yang tidak belajar filsafat secara khusus. 

Perlu diketahui, Armada Riyanto adalah seorang profesor filsafat dari Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang. Dia sudah banyak memproduksi literatur filsafat dan teologi yang enak dijelajah.

Selain itu, saya juga mengadaptasi metodologi studi kristologis dalam rangka menggarap sebuah tulisan. Kristologi adalah ilmu yang berusaha menjelaskan identitas Yesus Kristus. Dalam ajaran agama Katolik, Yesus Kristus tidak lain adalah pribadi Ilahi sekaligus insani. Dia Tuhan sekaligus manusia. Oleh karena itu, Yesus "dipelajari" atau lebih tepat direfleksikan berdasarkan kedua identitas tersebut.  

Para kristolog mengenal dua metode berefleksi, yakni: kristologi 'dari atas' dan kristologi 'dari bawah'. Kristologi 'dari atas' merefleksikan Yesus Kristus sebagai Allah. Sementara kristologi 'dari bawah' berusaha merefleksikan Yesus Kristus sebagai manusia.

Yang dimaksudkan dengan kristologi 'dari bawah' ialah usaha memahami Yesus Kristus sebagai manusia yang pernah hidup di Nazareth ribuan tahun yang lalu. Ia pernah bergaul dengan orang-orang sezamannya. 

Ia pernah terlibat dalam peristiwa konkret harian di zamannya. Ia pernah hidup dalam situasi sosial, politik dan budaya pada zaman tertentu sebagaimana yang dialami oleh manusia pada umumnya. Singkat kata, kristologi 'dari bawah' adalah studi tentang Yesus Kristus yang menyejarah.

Sebagaimana yang saya telah kemukakan di awal tadi, saya kemudian memakai metode a la Armada Riyanto (fenomenologi) dan studi kristologi dalam rangka menggarap sebuah tulisan. Saya menggunakan judul "Berfilsafat dari Bawah" tentu saja karena saya pernah belajar filsafat. Saya paham apa yang dimaksudkan dengan berfilsafat. 

Secara sederhana, berfilsafat adalah aktivitas merenung dengan metode bertanya. Saya merenung tentang realitas di harian hidup saya dan kemudian muncul begitu banyak pertanyaan. Bertanya dalam hal ini identik dengan aktivitas mencari. Semua tulisan saya dihasilkan dengan cara yang demikian.

Saya berusaha merefleksikan pengalaman hidup saya atau pengalaman orang lain dengan pertama-tama bertanya pada diri saya sendiri. Untuk bisa menjawab setiap pertanyaan, saya kemudian berusaha mencari tahu di banyak literatur, internet dan bahkan di beberapa orang terdekat saya. Namun, setiap jawaban selalu menyisahkan pertanyaan baru. Itu sebabnya, saya tidak pernah berhenti berefleksi dan menulis. Berfilsafat bagi saya adalah merenung dan kemudian menulis.

Kita perlu membedakan antara filsafat, filsuf dan berfilsafat. Informasi terkait term filsafat silahkan teman-teman baca di tulisan saya yang berjudul "Panorama Filsafat Modern". Di sana saya sudah menjelaskan hal tersebut. Filsafat itu lebih dipahami sebagai sebuah sistem cara berpikir, misalnya: Filsafat Yunani klasik, Filsafat Abad Pertengahan, Filsafat Modern dan Filsafat Postmodern. Cara berpikir keempat sistem filsafat ini berbeda satu dengan yang lainnya.

Berfilsafat ialah aktivitas merumuskan sistem filsafat dengan metode tertentu. Misalnya, cara berfilsafat para filsuf modern berbeda dengan cara berfilsafat para filsuf postmodern. Perbedaan ini kemudian menghasilkan sistem filsafat yang berbeda pula. Sementara filsuf tidak lain adalah pribadi yang sedang berfilsafat. Dalam dunia filsafat, kita mengenal Thales, Anaximandros, Parmenides, Sokrates, Plato, Aristoteles, Thomas Aquinas, Hegel, Kant, Jean Pierre Bourdieu, Emmanual Levinas dst. Mereka disebut filsuf karena mampu merenung tentang hidup di zaman mereka. Produk renungan mereka kemudian menjadi sesuatu yang sangat inspiratif untuk dibaca. Gagasan para filsuf malah telah mengubah dunia. Realitas teknologis yang kita alami sekarang pun tidak terlepas dari produk berpikir para filsuf.

Saya kemudian berpikir bahwa identitas saya sebagi lulusan Fakultas Filsafat perlu dipertegas oleh sesuatu yang konkret. Kesadaran ini mendorong saya untuk menulis. Setidaknya, tulisan saya mengafirmasi identitas akademis saya. Bila lulusan Fakultas Teknik mampu memproduksi robot, saya kemudian nemperkenalkan identitas intelektual saya dengan menulis. Di bawah judul "Berfilsafat dari Bawah" saya bisa merefleksikan pengalaman harian tanpa meninggalkan taste filsafat. Saya juga berusaha menulis beberapa gagasan filsuf dengan bahasa yang lebih populer agar bisa dimengerti oleh orang-orang awam. Saya tidak berharap tulisan saya diapresiasi atau menginspirasi banyak orang. Saya hanya merenung lalu menulis, dan itu sangat menyenangkan.

Oleh: Venan Jalang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun