Mohon tunggu...
Antoni Wijaya
Antoni Wijaya Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis blog, creative writer

Loves writing, reading.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kenapa Manusia Butuh Tuhan?

30 Oktober 2017   09:01 Diperbarui: 30 Oktober 2017   20:33 5860
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: philosophyzer.com

Manusia adalah makhluk yang penuh dengan rasa takut. Apakah takut miskin, takut gagal, takut kecewa dan masih banyak rasa takut lainnya. Rasa takut adalah penyakit alami manusia, dan tidak seorangpun dapat mengubahnya.

Sejak jaman manusia purba, manusia sudah mengenal penyakit ini. Rasa takut adalah hal natural pertama yang disadari oleh manusia bahkan sebelum rasa cinta. Bahkan, rasa takut mampu membentuk suatu ideologi yang terlegitimasi selama puluhan ribu tahun.

Rasa takut mampu "menciptakan" Tuhan. Tuhan di sini dianalogikan sebagai suatu penguasa yang memiliki kekuatan paling besar di dunia ini. Manusia purba mengangggap gunung yang besar adalah penguasa alam semesta. Jika dia marah, maka dia akan mengeluarkan suara menggelegar seantero jagat raya mereka dan mampu membunuh kelompok mereka. Sehingga akhirnya mereka memuja gunung sebagai penguassa mereka.

Selama ribuan tahun, kepercayaan dinamisme dan animisme berkembang. Hal itu semua dikarenakan oleh rasa takut. Masyarakat Yunani mengenal dewa dan dewi olympus sebagai Tuhan mereka. Bangsa Maya mempercayai bahwa dengan mempersembahkan darah manusia sebagai bukti kesetiaan dan kepercayaan mereka terrhadap dewa-dewa mereka seperti dewa matahari, dewa bulan, dewa hujan dan bahkan dewa jagung.?

Fenomena menarik ini seolah membuktikan bahwa manusia menciptakan Tuhan mereka berdasarkan kebutuhan. Bangsa Maya yang pada kehidupan mereka adalah petani menciptakan dewa-dewa yang berhubungan dengan kehidupan keseharian mereka. Mereka menciptkan dewa matahari karena matahari membantu pertanian mereka, begitu juga dewa hujan. Bahkan, secara spesifik mereka menciptakan dewa jagung.

Di tanah Jawa kita menggenal Dewi Sri yang dianggap sebagai dewi kesuburan dan dipercayai dengan menggadakan ritual khusus maka sang dewi akan membantu mereka.

Semua berawal dari rasa takut. Takut akan kegagalan, kemudian mengharapkan dan mempercayai "sesuatu" yang besar yang dianggap menguasai hidup mereka. Jaman ini, mungkin kita sebut sebagai imaginary friend. Dengan membuat persembahan, maka mereka berharap mendapatkan berkah.

Jika peradaban terus berkembang, maka sisi kepercayaan juga terus berkembang. Jika dulu kita hanya mengenal Tuhan sebagai sesuatu benda yang terlihat kuat, secara signifikan kepercayaan juga mulai mengarah kepada benda yang tidak terlihat misalnya roh. Percaya kepada kekuatan roh disebut sebagai Animisme.

Dari mulai menganggap alam sebagai Tuhan, kemudian roh, kemudian gabungan dari kedua hal tesebut menjadi patung berhala, maka prinsip kepercayaan semakin meluas. Seperti munculnya para wakil Tuhan. Jika jaman dulu mungkin kita mengenal seorang ahli spiritual yang dianggap mampu berkomunikasi dengan-Nya, kini kita mengenal Nabi/Rasul.

Kemudian bagaimana dengan para dewa atau mungkin figur suci seperti Buddha? Setiap sejarah selalu memiliki alasan dan sebab akibatnya. Akan tetapi, semua itu selalu berawal dari rasa takut. Jika kita melihat timeline sejarah dari ribuan tahun lalu hingga sekarang dan kepercayaan itu tetap ada, maka rasa takut itu memang tidak mungkin hilang. Manusia tetap membutuhkan perlindungan dari apa yang mereka percayai sebagai penguasa mereka. [Adw]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun