Mohon tunggu...
Dea Avega Editya
Dea Avega Editya Mohon Tunggu... Penulis - he/him

masih belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Atlantis, Ultima Thule dan Sejarah Orang Minang

8 Oktober 2013   21:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:48 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa saat setelah mendarat di Bandara Minangkabau, saya bersama rombongan melanjutkan perjalanan ke kota Bukit Tinggi. Kami menggunakan jasa travel untuk membantu mencapai kota tujuan. Sepanjang jalan yang berkelok-kelok dan dikelilingi pemandangan indah, pemandu wisata kami menceritakan segala hal tentang tanah Minangkabau, asal usul suku Minang, adat istiadat dan sebagainya. Asal usul tentang bangsa Minang menarik perhatian saya karena sebelumnya saya pernah membaca mengenai hal tersebut di sebuah novel berjudulNegara Kelima karya ES Ito. Novel tersebut berisi campuran antara fiksi dan non fiksi, menguraikan analisis logis dari penulisnya yang menjelaskan tidak hanya tentang asal-usul bangsa Minang tapi lebih jauh lagi tentang asal-usul daerah yang kita tempati sekarang ini, kepulauan Nusantara. Selain itu saya juga pernah membaca buku karya Prof. Arysio dos Santos yang berjudul ATLANTIS "The Lost Continental Finally Found". Buku yang cukup tebal itu merupakan catatan dari sang profesor berdasarkan penelitian yang berdurasi 30 tahun sampai dengan meninggalnya profesor asal Brazil tersebut. Buku tersebut saya pikir juga menjadi salah satu referensi Es Ito menulis novelnya selain sumber dari kitab kuno bangsa Minang, Tambo.

Gambaran Kota Tenggelam

Seorang pemikir besar seperti Plato dari Yunani diduga mengarang tulisan yang menceritakan Indonesia purba (meskipun hanya pada beberapa bagian saja) dengan judul Timaeus and Critias . Buku itu berisi dialog antara Timaeus dan Critias yang tidak pernah dirampungkan oleh Plato. Saya tidak bisa menulis ulang isi dialog itu karena banyak, bisa dicari sendiri lewat Google. Intinya Timaeus (tak diketahui siapa dia sebenarnya) mengobrol dengan Critias (kakek Plato). Menceritakan bahwa dahulu kala Solon (yang masih termasuk nenek moyang Plato), seorang ahli hukum, melakukan perjalanan ke Mesir Kuno untuk mecari ilmu/cerita yang belum ia ketahui. Ia berjalan ke kota Sois, dan bertemu dengan pendeta di sana. Pendeta tersebut menganggap Solon dan orang-orang Yunani sebagai anak-anak, karena mereka tidak banyak mengetahui tentang cerita masa lalu. Pendeta tersebut mengingatkannya, bahwa ada sebuah cerita tentang Negara besar yang terlupakan oleh bangsa Yunani saat itu. Bangsa yang pernah menyerang Yunani kuno. Bangsa yang wilayah taklukannya sangat besar, namun saat menyerang Yunani, mereka dapat dipukul mundur. Tak berapa lama setelah gagal menaklukan Yunani, Negara itu, tepatnya Imperium tersebut, hancur tertimpa bencana sangat besar, yaitu banjir yang menenggelamkan Negara besar itu hanya dalam waktu satu hari satu malam saja. Negara itu terkubur bersama cerita tentang kebesarannya. Pendeta tersebut menyebut nama Negara itu, ATLANTIS. Atlantis merupakan negara terbesar di benua Lemuria, benua yang sudah punah. Wilayahnya membentang antara selatan India hingga samudera Atlantik. Besar daratan negara Atlantik kira-kira sebesar Asia Minor (Turki) ditambah dengan Libya.

Tata Kota Atlantis

Plato mengarang dengan mencampur antara fiksi dan fakta. Dahulu negara Atlantis berbentuk federal terdiri dari 10 negara bagian, masing-masing dipimpin oleh raja yang adil, keturunan Poseidon penguasa lautan (Poseidon saudaranya Zeus). Negara bagian terbesar Atlantis dikuasai oleh anak tertua Poseidon. Mereka hidup dengan rukun dan membuat perjanjian tidak saling berperang. Kehidupan makmur, kekayaan alam melimpah ruah, iklimnya terdiri dari 2 musim. Namun lama-kelamaan, setelah berganti-ganti generasi, kehidupan ideal yang didambakan Plato itu memudar. Beberapa raja Atlantis ingin mengembangkan kerajaannya (ekspansi). Mereka pun memerangi negara-negara lain, semua dapat mereka taklukan kecuali Yunani. Mereka pulang kembali ke Atlantis setelah gagal menaklukan negara itu. Zeus marah dengan kelakuan Atlantis yang menyerang banyak negara, akhirnya ia berembuk dengan dewa lainya mengenai hukuman apa yang akan diberikan kepada Atlantis. Dialog Plato pun berakhir di situ. Tapi kita bisa mengetahui hukuman apa yang dijatuhkan Zeus dari bagian awal dialog yakni banjir besar.

Plato

Setelah "banjir dahsyat", beberapa penduduk Atlantis berhasil menyelamatkan diri dan mengungsi ke tempat lain, mereka disebut sebagai orang-orang Punt. Ada yang ke India, membangun kebudayaan India Kuno, ke Mesopotamia, ke Mesir, lalu ke Amerika Latin membentuk kebudayaan Maya. Kebudayaan Maya terlambat berkembang karena daerahnya lebih jauh dari ketiga daerah yang saya sebut tadi, sehingga pengungsi dari Atlantis butuh waktu lama menyerangi lautan untuk sampai ke Amerika Latin itu. Jika ditarik garis lurus, semua (empat) daerah tersebut adalah daerah yang tidak jauh dari garis ekuator. Jaman dahulu hidup di daerah tropis merupakan nikmat yang besar karena selalu mendapatkan cahaya matahari.

Semua kebudayaan yang muncul tersebut merupakan kebudayaan maju (pada jaman itu) yang merupakan warisan Atlantis. Mereka mempunyai ciri yang sama. Piramida dapat ditemukan di Mesir maupun di wilayah Maya, Amerika Latin. Tatanan masyarakat rapi serta hokum dan budayanya sudah maju. Orang Maya menyebut asal usulnya sebagai Aztlan, Orang Mesir menyebut ToWer, Orang Dravida (penduduk asli India) menyebut daerah asal mereka Traphopane (daerah busur).

Dari atas ke bawah:

Tata Kota Mohenjodaro dan Harappa India, Spinx Mesir, Bangunan Maya

1386726446125506055
1386726446125506055
Candi Sukuh di Karanganyar, Jawa Tengah

1386726697151465961
1386726697151465961
Situs Gunung Padang, Cianjur yg diduga merupakan Piramida

Dahulu kala wilayah Indonesia adalah daratan bersatu, bukan negara kepulauan seperti saat ini. Sumatera hingga Nusa Tenggara masih menyambung. Pegunungan sambung menyambung dari Leuser di Aceh hingga Rinjani di Nusa Tenggara. dulunya laut Cina Selatan merupakan daratan di atas Kalimantan, itulah mengapa kedalaman laut tersebut hanya sekitar 300 meter saja. Padahal laut di atas Sulawesi kedalamannya bisa mencapai 3000-an meter. Busur melintang (berbentuk X) terbentuk dari daratan Sumatera Jawa Nusa Tenggara, dengan, Kalimantan Daratan Laut Cina Selatan. Plato mengatakan jika Atlantis dikagumi karena pegunungan yang indah sambung menyambung, berjumlah banyak. Dan mungkin pegunungan tersebut berpusat pada Gunung Krakatau purba di selat Sunda. Gunung tersebut meledak dahsyat hingga menimbulkan tsunami besar. Itulah mungkin banjir besar yang dimaksud Plato, tsunami yang mengerikan menghancurkan kerajaan terbesar saat itu hanya dalam sehari semalam. Bencana gunung itu tidak berhenti sampai di situ. Bahkan patahannya masih meledak lagi tahun 1883, menimbulkan tsunami kembali yang menyebabkan tewasnya 30.000-an penduduk. Tak lama setelah itu, sekitar 1900-an muncul lagi Gunung Anak Krakatau yang terletak tak jauh dari Lampung. Mengapa tsunami jaman purba sampai bisa menenggelamkan negara seluas Atlantis? Selain efek getaran yang dahsyat, itu ada kaitannya juga dengan pemanasan global. Gunung purba Krakatau meletus dahsyat, abunya memenuhi langit menghalangi sinar matahari ke atas, mirip dengan efek rumah kaca. Panas yang terkungkung di dalam asap debu letusan itu mampu membuat es di kutub mencair dan menambah volume air laut. Dan akhirnya Atlantis pun tenggelam, hanya dalam hitungan jam. Subhanalloh! Saat ini, negara tercinta kita, menempati pucuk-pucuk yang menyembul dari Atlantis. Setelah sebelumnya selama sekitar 11.000 tahun daerah NKRI menjadi daerah terlarang karena karang-karang dan lumpur sisa tenggelamnya Atlantis, membuat bencana bagi kapal-kapal yang melewatinya. Wilayah terlarang itu jaman dulu disebut Ultima Thule. Plato sampai akhir hayatnya tidak mampu menemukan Atlantis, namun idenya tetap hidup dan dan akhirnya berhasil menemukannya secara tak langsung lewat tokoh yang bernama Alexander The Great.

Alexander The Great

Apa hubungan antara Alexander Agung dengan Plato? Murid Plato yang bernama Aristoteles merupakan guru sekaligus mentor raja besar itu. Alexander the Great, alias Iskandar Dzulqarnaen (arti nama Dzulqarnaen- yang mempunyai 2 tanduk alias 2 kekuasaan di barat dan timur) yang terinspirasi ide-ide Aristoteles tentang Atlantis berusaha menemukan kota yang hilang tersebut. Ia melakukan eksapansi sambil mencari kota Atlantis. Penaklukannya seperti napak tilas terbalik dari sejarah. Ia mulai dahulu dari daerah yang paling jauh yang dijadikan pengungsian orang-orang Punt (pengungsi dari Atlantis). Mesir, Eufrat dan Tigris (Mesopotamia) dan Hindus adalah tempat-tempat yang dilalui Alexander Agung. Dan diriwayatkan, ketika ia memerintah pasukannya untuk bergerak ke timur pasukannya menolak. Loh, pasukan kok berani menolak raja yang terkenal itu? Setelah diusut ternyata mereka ga berani menyebrangi laut Ultima Thule, wilayah menakutkan dimana kapal-kapal yang berlayar di sana tidak pernah terdengar lagi kabarnya. Mereka takut bernasib sama dengan itu. Alexander dan pasukannya pun batal ke Atlantis.

Peta Jalur dan Arah Taklukan Alexander Agung

Namun, meski ia gagal, tapi anak bungsunya hasil pernikahan dengan penduduk India, bergelar Sri Maharajo Dirajo beserta istrinya putri Hindustan berhasil sampai ke daerah bekas Atlantis, di tempat yang kini bernama Minangkabau (kakak-kakaknya Sri Maharajo Alif merantau ke Negeri Rum (USA), Sri Maharajo Dipang ke Cina). Itulah alasan dalam Tambo yang diceritakan tukang Kaba (cerita), menjelaskan jika nenek moyang orang Minang berasal dari India. Minangkabau adalah tempat pendaratan keturunan Alexander The Great. Dan Alexander, murid Aristoteles, melalui anaknya banyak memberikan pengaruhnya di Minang. Makna kata Dzulqarnaen (2 tanduk) mungkin menjadi sebab ciri khas rumah Gadang.

Rumah Gadang "Bertanduk"

Dan keturunan Alexander ada hubungan tidak langsung dengan perubahan system Patrilineal ke sistem Matrilineal seperti yang terjadi saat ini. Penggagas system Matrilineal adalah saudara tiri Sri Maharajo Basa (cucu Alexander Agung), yaitu Sutan Balun. Sutan Balun merupakan induk lareh bodi Chaniago, sementara Sri Maharajo Basa merupakan induk lareh koto Pilliang (yang merasa marganya lareh koto pilliang berarti merupakan keturunan Alexander Agung). Sutan Balun dengan cerdik menghindari serangan Majapahit dari Jawa dengan otaknya bukan dengan otot, tentu setelah berunding dengan kalangan cerdik pandai Minangkabau. Ia menyambut pasukan yang dipimpin Adityawarman dengan sambutan hangat yang membuat Adityawarman terkejut (mungkin juga melongo). Sutan Basun segera menawari Adityawarman untuk menikahi puteri Jamilan saudaranya. Namun Ia mensyaratkan bahwa Adityawarman harus menaati adat Minang yakni warisan dan kekuasaan akan jatuh ke pihak Ibu. Dengan kata lain sebenarnya Adityawarman adalah raja semu yang hanya bisa berkuasa semur hidupnya saja, sedangkan Minang akan tetap dikuasai oleh keturunan Puteri Jamilan. Demikian sistem tersebut mendarah daging (mungkin) hingga saat ini. Kisah tersebut mungkin bisa dianggap hoax seperti yang dituturkan pemandu wisata kami bahwa cerita dalam Tambo, menurutnya, hanya 30% kebenarannya. Ia menceritakan bahwa ada 3 versi asal bangsa Minang namun menurut saya kisah di atas adalah yang paling masuk akal hingga ada cerita lain yang lebih logis. Sumber: ve08.blogspot.com berdasarkan novel Negara Kelima karya ES Ito dan buku Atlantis "The Lost Continental Finally Found"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun