Di era global yang ditandai dengan interaksi antarmanusia yang semakin kompleks, kemampuan membangun hubungan yang efektif menjadi keterampilan yang tidak dapat diabaikan. Human relations atau hubungan antarmanusia telah berkembang menjadi disiplin ilmu yang memainkan peran krusial dalam keberhasilan individu maupun organisasi. Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi konsep human relations secara komprehensif, mulai dari definisi, prinsip dasar, dan bagaimana pengaruh human relations terhadap kinerja karyawan dalam suatu perusahaan.
Human relations merujuk pada studi tentang bagaimana individu berinteraksi, berkomunikasi, dan membangun hubungan satu sama lain, terutama dalam konteks organisasi. Menurut Keith Davis, human relations adalah "proses motivasi individu dalam organisasi untuk mengembangkan kerjasama yang produktif dan memuaskan serta mencapai tujuan organisasi." Konsep ini lebih dari sekadar interaksi sosial biasa; human relations menekankan pada pengembangan hubungan yang harmonis, saling pengertian, dan saling menguntungkan antar individu.
Akar teoretis human relations dapat ditelusuri dari berbagai disiplin ilmu, termasuk psikologi, sosiologi, antropologi, dan manajemen. Teori-teori ini memberikan kerangka pemahaman mengenai perilaku manusia, motivasi, dan dinamika kelompok yang menjadi landasan dalam praktik human relations.
Dalam menjalin hubungan dengan manusia, ada beberapa prinsip-prinsip yang harus dipegang untuk mengembangkan human relations yang lebih baik. Prinsip-prinsip ini dikemukakan oleh Keith Davis (1957: 28-29).
(Rosyidi, 2009) Secara lebih spesifik prinsip-prinsip akan human relations dapat dikategorisasi sebagai berikut: Â
- Importance of the individual (pentingnya individu) Setiap orang harus diperlakukan sebagaimana layaknya seorang individu, menurut Davis, tindakan yang diambil oleh suatu lembaga/perusahaan harus memperhitungkan perasaan pegawai, mengakui dan memperhatikan kepentingannya.
- Mutual Acceptance (saling menerima) Pemimpin, yang dipimpin dan organisasi buruh sesuatu badan darus bersatu. Mereka harus saling menerima satu sama lain sebagai individu dan sebagai kelompok. Harus saling menghormati dan menghargai tugas dan kewajiban masing-masing.
- Common Interest (kepentingan bersama) Pemimpin, yang dipimpin, dan organisasi buruh, satu sama lainnya terikat oleh kepentingan bersama. Karena mereka bersatu mereka mampu untuk mencapai sukses dalam pekerjaanya, dan terjaminnya kebutuhan tiap individu tergantung pada sukses itu.
- Open Communication (komunikasi terbuka) Berterus terang mengenai ide, perasaan dan segala sesuatu yang menyangkut kepentingan bersama. Komunikasi yang sifatnya terbuka akan menimbulkan pengertian yang lebih baik danmenghasilkan keputusan-keputusan yang lebih tepat.
- Employee Participations (partisipasi pegawai) Perolehan hasil yang memuaskan, produktivitas yang tinggi, karena adanya keseimbangan dalam pandangan-pandangan dan karena segala problema dihadapi dan dipecahkan bersama-sama.
- Local Identify (Identitas setempat) Dengan memberikan pujian yang tepat pada seseorang akan merupakan sebagian dari perusahaan/lembaga ia bekerja
- Local Decisions (Keputusan setempat) Memberi wewenang pada orang-orang untuk memecahkan sendiri problema-problema yang langsung timbul di tengah-tengah mereka.
- High Moral Standars (Ukuran moral standar) Kebenaran dan keadilan mengenai sesuatu tindakan dapat disebut benar dan adil bila didasarkan pada moralitas dan hak-hak asasi manusia.
(Putri & Kadewandana, 2018) Prinsip-prinsip dalam human relations memiliki asumsi menarik. Miller (2012: 45) mengemukakan bahwa ketika memiliki asumsi baik tentang pegawai yaitu memperlakukan mereka dengan baik diperkaya dengan pekerjaan yang menantang dan memenuhi kebutuhan mereka untuk harga diri serta aktualisasi diri, maka bisa menghasilkan iklim di mana kepuasan pekerja dan produktivitas akan berkembang.
Semangat kerja pegawai dalam suatu organisasi ditentukan pula oleh kemampuan pimpinan organisasi dalam mempengaruhi dan mengatur pegawai yang menjadi bawahannya. Adanya human relations yang dilaksanakan berdasarkan kepada prinsip prinsip human relations akan menentukan kegairahan dan semangat kerja pegawai dalam menjalankan tugasnya. Hal ini jelas akan sangat menetukan terhadap pencapaian tujuan (Nurdin, 2018)
(Adawiyah, 2019) Seorang pegawai yang termotivasi baik, akan memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap keefektifan organisasinya. Jika seorang pegawai termotivasi dengan baik, maka akan menunjukkan suatu pemerintahan yang berjalan efektif dan hal ini merupakan kunci sukses bagi seorang atasan dalam membina perusahaan/lembaga/pemerintahan yang dipimpinnya.
Secara sekilas human relations terlihat sebagai suatu hal yang biasa dan mudah dilakukan, tetapi sebenarnya tidaklah demikian adanya. Human relations adalah suatu hal yang dinamis dan tidak terlepas dari faktor manusia. Hubungan kerja antara atasan dengan bawahan misalnya. Komunikasi, tugas, dan tanggung jawab atau pendelegasian wewenang akan sangat sulit dilakukan jika tidak dibarengi dengan proses human relations yang baik.
Disadari atau tidak, human relations dapat memberi pengaruh-pengaruh positif terhadap motivasi kerja seseorang. Teknik-teknik yang kurang tepat yang digunakan oleh seorang atasan dalam berkomunikasi dengan bawahannya (komunikasi vertikal) akan berakibat menurunnya motivasi kerja bawahannya. Hal ini dapat terjadi karena motivasi berhubungan erat dengan implikasi implikasi yang diterima sebagai hasil suatu komunikasi. Adapun komunikasi horizontal dalam berkomunikasi yaitu berupa koordinasi tugas, penyelesaian masalah, pembagian informasi, dan resolusi konflik. Sikap atasan memiliki pengaruh signifikan dalam organisasi karena:
- Menjadi panutan (role model) bagi bawahan dan menciptakan standar perilaku dalam organisasi. Ketika atasan menunjukkan integritas, profesionalisme, dan etika kerja yang baik, hal ini menciptakan standar perilaku yang akan diemulasi (ditiru) oleh bawahan. Bawahan cenderung mengadopsi (mengangkat) nilai, perilaku, dan sikap yang ditunjukkan oleh pemimpin mereka, sehingga sikap positif atasan dapat menyebar ke seluruh organisasi dan membentuk budaya kerja yang diinginkan.
- Menentukan cara berkomunikasi dan budaya kerja dalam tim. Bersikap secara langsung dalam membentuk suasana berkomunikasi dalam organisasi. Jika atasan berkomunikasi dua arah dan memberi masukan maka akan tercipta budaya komunikasi terbuka dan jujur. Sebaliknya, sikap defensif atau tertutup dari atasan dapat menciptakan budaya di mana karyawan takut berbicara, menyembunyikan masalah, atau menghindari komunikasi yang berpotensi sulit, yang pada akhirnya berdampak negatif pada kinerja tim.
- Sikap atasan memiliki dampak langsung pada semangat kerja karyawan. Atasan yang menghargai kontribusi, memberikan pengakuan atas pencapaian, dan menunjukkan apresiasi akan menciptakan karyawan yang termotivasi dan puas. Dukungan dan kepercayaan yang ditunjukkan oleh atasan mendorong karyawan untuk bekerja lebih produktif dan berkomitmen pada tujuan organisasi, sementara sikap negatif seperti kritik berlebihan atau pengawasan yang terlalu ketat dapat menurunkan motivasi dan produktivitas.
- Sikap atasan seringkali menjadi representasi dari nilai dan budaya perusahaan di mata karyawan. Atasan yang menunjukkan kejujuran, konsistensi, dan keadilan akan membangun kepercayaan yang kuat dengan timnya. Kepercayaan ini menjadi fondasi penting untuk loyalitas karyawan terhadap organisasi secara keseluruhan, memengaruhi keputusan mereka untuk tetap bertahan dan berkontribusi pada perusahaan dalam jangka panjang.
- Sikap atasan secara langsung berhubungan dengan seberapa efektif mereka dalam memimpin. Pemimpin yang menunjukkan sikap positif seperti keterbukaan terhadap ide baru, kemampuan beradaptasi dengan perubahan, dan kemauan untuk mengakui kesalahan akan lebih mampu menginspirasi dan mengarahkan tim melalui berbagai tantangan. Sikap semacam ini memungkinkan pemimpin untuk membangun hubungan yang kuat dengan anggota tim dan memengaruhi mereka untuk bergerak ke arah tujuan bersama dengan lebih efektif.