Mohon tunggu...
Von Lamalera
Von Lamalera Mohon Tunggu... -

pemikir pejuang - pejuang pemikir

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Presiden 2014: Presiden Minus Malum

22 Maret 2014   22:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:37 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Para bakal calon presiden RI sudah muncul satu per satu.  Tinggal kita tunggu bakal calon dari Partai Demokrat, dan bakal calon dari Konvensi Rakyat (sebagai kuda hitam?).

Harus diakui, tidak ada bakal calon yang sempurna.  Setiap bakal calon memiliki kekurangan ini dan itu.  Kekurangan-kekurangan itu lalu menjadi sasaran bidik bagi para lawan politik, baik dalam bentuk sindiran, celaan, ejekan, cemooh, kampanye negatif, kampanye hitam dan macam-macam kategori serangan.  Negara ini amat kaya dan kreatif untuk urusan beginian.  Patut masuk dalam salah satu "pretasi" bangsa dan negara.

Menurut saya, seyogyanya lah yang ditelisik adalah apakah kelebihan masing - masing calon, baik secara aktual, maupun secara potensial (harapan).  Ada yang bilang, sebaiknya GolPut karena kadung kecewa, nda ada yang memenuhi kriteria, semua serba kurang; nanti beli kucing dalam karung.  Sodara-sodara, hidup tidak selalu tersenyum bagi kita. Kadang kala hidup menyentak kita dengan fakta brutal, kadang menjadi angin sepoi-sepoi yang menina bobokan.   Sesungguhnya menjadi GolPut pun adalah sebuah pilihan politis, memilih untuk tidak memilih.  Anda - suka atau tidak suka - keluar dari situasi ini dengan suatu keputusan, apapun keputusan itu.

Agar pilihan kita menjadi pilihan yang berkualitas, baiklah kita memilih bakal calon yang paling memberikan harapan, bakal calon yang memiliki track record yang baik dan benar.  Saya menekankan trac record, sebagai salah satu pertimbangan amat penting.  Track record tidak bisa dibohongi.  Sejarah hidup seseorang tidak akan berbohong pada kita.

Kembali lagi, kriteria baik dan benar.

Kriteria baik artinya hidupnya memenuhi kriteria etis, hidup yang etis.  Dalam konteks persoalan kekinian bangsa ini, "yang etis" lalu diterjemahkan sebagai tidak korupsi, anti korupsi dan dalam sepak terjangnya, TELAH melakukan tindakan - tindakan proaktif untuk memberantas korupsi.  Tindakan - tindakan tersebut haruslah tindakan - tindakan yang konsisten, dalam situasi apapun dan dalam rentang waktu yang cukup panjang.

Kriteria Benar, artinya apa TELAH yang dilakukan oleh bakal calon PRESIDEN tersebut - sesuai dengan tujuan dan cita - cita bangsa yang tercermin dalam Pembukaan UUD45: memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.

Dalam konteks kekinian Indonesia, yg relevan adalah memajukan kesejahteraan umum.  Kesejahteraan umum yang manakah?  Saya memahaminya sebagai kesejahteraan rakyat, TERUTAMA rakyat kecil yang adlah lapis terbesar dari bangsa ini.  Kedua, sebagai Presiden, seluruh kebijakannya haruslah mencerminkan keberpihakan pada rakyat kecil, baik sebagai bagian dari masyarakat, maupun sebagai bagian dari bangsa (terhadap ancaman penjajahan ekonomi dari luar).  Ekspresi konkritnya ada dalam ratio-ratio pembangunan, apapun itu.  Kembali lagi, keberpihakan bakal calon tersebut haruslah TELAH tercermin dalam sejarah pribadinya maupun sejarah publiknya (dalam situasinya sebagai pejabat publik).

Terakhir, saya kembali menyinggung Jokowi.  Ada yang bilang, mana visi dan misi dan program-program Jokowi?  Kok nda pernah disampaikan?

Saya memahami bahwa visi misi dan program-program Jokowi sesungguhnya telah terpampang dengan jelas: periksa track record Jokowi, itu semua adalah visi, misi dan program-program yang TELAH dilaksanakan dan akan dilaksanakan.  Kalau sekedar menyusun visi, misi dan program, atau debat-debatan, mudah.  Tinggal panggil para ahli, panggil konsultan dan sebagainya, dipoles sana, dipoles ini, maka semua tampil ciamiiiikkkk. Tetapi sebagaimana laiknya polesan, dalam perjalanan waktu, polesan-polesan itu akan luntur, belepotan dan tampillah wajah sebenarnya dari Sang Penguasa.

Kedua, Jokowi adalah Sang Banteng, sang Marhaen.  itu adalah jawaban dari visi, misi dan program - prgram Jokowi.

tabiiikkk

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun