Orang yang pernah mengalami kekerasan dalam rumah tangga lebih cenderung memiliki masalah kesehatan mental daripada orang dewasa tanpa riwayat tersebut, menurut penelitian. Faktanya, penelitian lima tahun yang didanai oleh Institut Penelitian Kesehatan Nasional Inggris tentang korban kekerasan dalam rumah tangga menemukan bahwa orang-orang ini lebih mungkin menderita depresi, gangguan kecemasan, dan gangguan stres pasca-trauma (PTSD).
Kekerasan dalam rumah tangga terhadap anak-anak secara signifikan menimbulkan efek lebih parah dan bahkan dapat berlangsung seumur hidup. Beberapa anak akan menjadi tertutup dan kesulitan berinteraksi dengan orang lain. Bahkan menjadi lebih bermusuhan atau mulai menyalahkan diri sendiri atas perilaku kekerasan tersebut. Lainnya bergumul dengan masalah di sekolah yang terkait dengan intimidasi atau proses pembelajaran. Mereka juga cenderung menggunakan obat-obatan terlarang dan menyalahgunakannya.Â
Lalu apa yang dapat dilakukan jika kita menemukan atau mengalami kekerasan dalam rumah tangga? Tentu saja melaporkannya. Karena upaya menghentikan kekerasan dalam rumah tangga tidak akan pernah berhasil dengan melarikan diri atau bersembunyi.Â
Melaporkan pelecehan dan meminta perlindungan memang merupakan salah satu cara untuk mengungkapkan cinta kami kepada diri sendiri, keluarga kami, dan pelaku kekerasan. Cinta tidak akan pernah menggunakan kekerasan sebagai respons terhadap masalah, terlepas dari apapun permasalahannya.