Mohon tunggu...
Vania Aurellia Sampara
Vania Aurellia Sampara Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswi

Mahasiswi Universitas Pelita Harapan - Jurusan Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belajar dari Kisah Hidup Ratu Elizabeth I: Pengaruh Komunikasi Interpersonal terhadap Konsep Diri Seseorang

23 Desember 2021   22:34 Diperbarui: 23 Desember 2021   23:49 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ratu Elizabeth I dalam karya The Darnley Portrait (1575). Foto: Wikimedia Commons

Pada kisah tersebut, dapat kita lihat juga bahwa perkataan orang-orang terdekat kita (Significant Others), seperti anggota keluarga, teman-teman terdekat, rekan kerja, atau orang terdekat lainnya, dapat sangat memengaruhi kita dalam memahami mengenai konsep diri. Dalam hal ini, Ratu Elizabeth I sebagai anggota kerajaan, pasti akan selalu dituntut orang-orang terdekatnya untuk dapat tampil dengan sempurna. Hal ini tentu dapat memengaruhi dirinya dalam memiliki gambaran diri yang utuh untuk diri sendiri. Tak hanya itu, perkataan negatif yang dilontarkan oleh salah satu anggota keluarganya juga semakin membuat Ratu Elizabeth I tidak dapat melihat gambaran dirinya yang utuh. Sebab, Ratu Elizabeth I akhirnya harus berusaha untuk menjadi "pribadi yang lain"agar tidak mendapat penolakan dari lingkungannya. Dari beberapa contoh tersebut, bisa dilihat bahwa perkataan orang-orang terdekat kita itu ternyata dapat sangat memengaruhi pandangan seseorang terhadap konsep dirinya sendiri.

Dalam konteks kehidupan sehari-hari sendiri, kita juga pasti sering menerima perkataan-perkataan, baik negatif maupun positif, dari orang-orang terdekat kita. Dalam hal ini, perkataan yang positif, pasti akan membuat kita melihat diri kita sendiri menjadi lebih berharga. Namun, sebaliknya, pada perkataan-perkataan yang negatif, kita pasti akan berusaha untuk menjadi "pribadi yang lain", seperti yang dilakukan Ratu Elizabeth I.

Solusi

Maka dari itu, dalam menanggapi kasus seperti ini, penting sekali bagi kita untuk mencari jalan keluar atau solusi yang tepat agar masing-masing dari kita tidak semakin kehilangan pemahaman ataupun gambaran mengenai konsep diri sendiri yang sesungguhnya dan utuh. Berikut beberapa tips mengenai sikap yang dapat kita pelajari dan terapkan dalam meningkatkan pemaham terhadap konsep diri masing-masing pribadi, berdasarkan buku "Interpersonal Communication: Everyday Encounters" karya Julia T. Wood:

1. Coba belajar untuk mengenali dan memahami diri sendiri

Dari kisah di atas, bisa dilihat bahwa pemahaman yang kurang dalam mengenali dan memahami diri sendiri itu bisa berakibat fatal dimana kita tidak dapat berpikir, berperilaku, dan merasakan emosi diri sendiri dengan tepat dan benar. Maka dari itu, penting sekali bagi kita untuk dapat belajar mengenal dan memahami diri sendiri secara tepat dan mendalam agar gambaran akan diri sendiri pun menjadi utuh dan tepat. Pengenalan dan pemahaman akan diri sendiri ini sebenarnya bisa dilakukan dengan mengumpulkan informasi mengenai diri anda dimana hal ini membutuhkan yang namanya keterbukaan diri atau self-disclosure. Dalam hal ini, self-disclosure bisa dilakukan dengan mengkomunikasikan atau sharing mengenai permasalahan kita terhadap orang-orang di sekitar kita (Significant Others). Tak hanya itu, kita juga bisa menggunakan konsep Johari Windows untuk dapat memudahkan kita memahami pandangan orang lain terhadap diri kita dan hal-hal apa saja yang ternyata tidak kita ketahui. Namun, perlu dicatat bahwa self-disclosure ini juga beresiko dimana tentu respon setiap orang pasti akan berbeda-beda tergantung orang tersebut, bisa positif maupun negatif. Maka dari itu, self-disclosure ini memerlukan analisa mendalam mengenai individu yang kita akan ceritakan atau berbagi.

Kemudian, pengenalan dan pemahaman akan diri sendiri juga bisa dilakukan dengan menganalisis faktor-faktor apa saja yang memengaruhi seseorang dalam memandang dirinya. Analisis ini membutuhkan pemikiran kritis agar dapat dengan tepat menemukan faktor-faktor tersebut. Anda juga bisa menggunakan poin-poin yang tercantum dalam analisis kisah hidup Ratu Elizabeth I dan merenungkannya bagi diri anda sendiri. Maka dari itu, dengan self-disclosure dan analisis faktor yang memengaruhi, diharapkan masing-masing pribadi kita dapat semakin mengenali dan memahami gambaran diri sendiri secara utuh dan tepat.

2.  Cobalah untuk memiliki pemikiran yang terbuka dan bertumbuh

Pemikiran terbuka dan betumbuh ini sangat dibutuhkan dalam pemahaman akan konsep diri. Sebab, pemikiran yang terlalu sempit dan kaku dapat membuat kita akhirnya tetap terjebak dalam gambaran diri yang salah. Tak hanya itu, pemikiran yang sempit dan kaku juga dapat membuat kita akhirnya tidak bisa melihat perspektif yang berbeda ataupun positif dari setiap perkataan maupun pandangan orang-orang terdekat kita (Significant Others). Maka dari itu, dibutuhkan pemikiran yang terbuka dan bertumbuh agar setiap perkataan maupun pandangan yang diterima akhirnya bisa diproses terlebih dahulu. Apabila hal tersebut membawa dampak yang positif bagi pembentukan dan pertumbuhan konsep diri kita, maka hal tersebut bisa diterima serta diterapkan dalam kehidupan kita, dan begitu sebaliknya.

3. Lebih realistis dan adil

Salah satu penyebab seseorang tidak bisa menemukan konsep dirinya yang utuh dan tepat itu dikarenakan standar yang ditentukan dalam memandang diri sendiri itu terlalu tinggi dan cenderung merugikan diri sendiri. Penentuan standar yang tinggi dan tidak realistis ini disebabkan karena seseorang mencoba mengeneralisasikan pendapat atau pandangan orang-orang di sekitarnya (Significant Others), sehingga menghasilkan standar yang tidak realistis. Sama halnya dengan contoh Ratu Elizabeth I, akibat dari terlalu mengeneralisasikan pendapat dan pandangan orang-orang di sekitarnya (Significant Others), akhirnya ia menentukan standar kecantikan yang terlalu tinggi dan menyiksa bagi dirinya sendiri. Dalam hal ini, kita perlu menyadari bahwa tidak selamanya seseorang itu dapat terlihat "sempurna". Sebab, kesempurnaan yang sejati itu tidak datang dari pendapat dan pandangan orang-orang di sekitar kita atas diri kita. Kesempurnaan yang sejati itu ada ketika kita dapat melihat, menyadari, dan menerima diri kita sendiri dengan apa adanya, meskipun terus mendapatkan beragam pendapat dan pandangan dari sekitar kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun