Mohon tunggu...
Vanessa Karsten
Vanessa Karsten Mohon Tunggu... Freelancer - is not really a writer

Mengabadikan momen lewat tulisan. Pelita Harapan '21.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menelusuri Jejak Kesultanan Demak, Pelopor Islam Pertama di Tanah Jawa

5 September 2019   14:51 Diperbarui: 5 September 2019   18:31 1640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesultanan Demak - Bagi penduduk Pulau Jawa, Kesultanan Demak mungkin sudah tidak menjadi hal yang asing untuk didengar. Runtuhnya kerajaan Majapahit pada sekitaran abad ke-15 menjadi awalan baru bagi sejarah di Nusantara.

Seperti yang sudah tercatat, Kesultanan Demak merupakan kesultanan Islam pertama dan terbesar di pantai utara Jawa yang juga memiliki peran penting dalam proses penyebaran agama Islam di kawasan Nusantara.

Penyebaran agama Islam yang diprakarsai pada masa kekuasaan Demak dilakukan oleh sembilan orang wali atau biasa dikenal dengan sebutan Wali Songo. Para wali tersebut memperkenalkan dan menanamkan ajaran-ajaran Islam di daerah-daerah yang masih berada dalam sisa kekuasaan Hindu-Buddha di Tanah Jawa.

Raden Patah, raja pertama Kesultanan Demak
Raden Patah, raja pertama Kesultanan Demak

Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah  (1478-1518) pada tahun 1478. Ia adalah seorang bangsawan kerajaan Majapahit yang menjabat sebagai adipati kadipaten Bintara, Demak.

Pamor kesultanan yang Ia dapatkan ini berasal dari Walisanga, 9 ulama besar pendakwah islam paling awal di Pulau Jawa. Melihat kondisi kerajaan Majapahit yang mulai menurun, Raden Patah akhirnya memutuskan untuk memisahkan diri dari Kerajaan Majapahit dan mendirikan sebuah kesultanan.

Kerajaan Demak resmi berdiri setelah runtuhnya Kerajaan Majapahit yaitu sekitar 1481 M. Hal ini didasarkan oleh jatuhnya Majapahit dibawah kekuasaan Prabu Brawijaya V (Kertabumi) dan Demak merupakan kadipaten di bawah naungan kerajaan Hindu-Budha tersebut. Para wali akhirnya sepakat untuk menobatkan Raden Patah untuk menjadi Sultan Demak Bintoro yang pertama.

Peta lokasi kesultanan Demak
Peta lokasi kesultanan Demak

Kesultanan Demak secara geografis berada di daerah Jawa Tengah. Pada waktu itu Kesultanan Demak berlokasi di Kampung Bintara (Baca: Bintoro) yang saat ini menjadi bagian dari kota Demak di Jawa Tengah. Sebutan kerajaan pada periode itu dikenal sebagai Demak Bintara yang merupakan bagian dari Kerajaan Majapahit. 

Letak Kesultanan Demak sangat strategis dari segi pertanian dan perdagangan. Demak dulu terletak di tepi selat antara Pegunungan Muria dan Jawa. Sebelumnya, selat itu lebar dan mampu dilayari kapal dagang Dari Semarang menuju Rembang.

Kesultanan Demak telah menjadi salah satu pelabuhan terbesar yang ada si Nusantara dan juga  memegang peran penting dalam aktivitas perekonomian antarpulau. Selain itu, daerah pertanian yang luas juga sangat mendukung peningkatan perdagangannya.

Menurut catatan Tome Pires, kondisi ekonomi Kesultanan Demak sangat makmur, pertaniannya menghasilkan beras yang melimpah bahkan sebagian di impor ke Malaka melalui pelabuhan milik mereka sendiri.

Selain kondisi ekonomi yang makmur, Kesultanan Demak juga memiliki ciri khas kebudayaan yang unik. Pada masa pemerintahan Raden Patah, ia dikenal sebagai orang yang mencintai kesenian, terutama wayang. Raden Patah mengubah bentuk wayang sehingga tidak lagi sama dengan yang ada pada relief candi.

Gamelan Sekati
Gamelan Sekati

Tidak hanya itu, ia juga menciptakan seperangkat gamelan yang diberi nama gamelan sekati. Sampai sekarang, gamelan itu masih terawat dengan baik dan masih sering dimainkan pada waktu-waktu tertentu di dalam Masjid Agung Demak, terutama pada perayaan Maulid Nabi.

Pada awal abad ke-16, Kerajaan Demak telah menjadi kerajaan yang kuat di Pulau Jawa, tidak satu pun kerajaan lain di Jawa yang mampu menandingi usaha kerajaan ini dalam memperluas kekuasaannya dengan menundukan beberapa kawasan pelabuhan dan pedalaman di Nusantara.

Sultan Trenggana, raja yang paling berjaya
Sultan Trenggana, raja yang paling berjaya

Sultan Trenggana (1521-1546) merupakan raja yang membawa Demak mencapai puncak kejayaannya. Dengan kebijaksanaan dan keberaniannya, ia mampu memperluas wilayah kekuasannya yang meliputi Jawa Timur dan Jawa Barat. Pada 1512 Sultan Trenggana  mengirimkan pasukan tentaranya ke Sunda Kelapa dibawah pimpinan Fatahilah.

Ia berhasil mengusir bangsa Portugis dari Sunda Kelapa. Sejak saat itu, Sunda Kelapa berganti nama menjadi Jayakarta yang sampai sekarang dikenal dengan sebutan Jakarta.

Selain merebut Sunda Kelapa dari kekuasaan Portugis, Sultan Trenggana juga berhasil mengalahkan kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang ada di Tanah Jawa dan menjadikannya bagian dari wilayah kekuasaan Demak. Menyatukan Pulau Jawa dibawah kesultanan Demak merupakan salah satu cita-cita Sultan Trenggana.

Ia telah melakukan banyak hal dalam mewujudkan cita-cita tersebut, antara lain dengan menyerang daerah Pasuruan (yakni Kerajaan Hindu Supit Urung), menyerang Jawa Barat dan melakukan perkawinan politik.

Sultan Trenggana meninggal dunia dalam pertempuran ketika melancarkan penyerangan di Pasuruan. Oleh karena itu, penyerangan di Pasuruan tersebut gagal.

Masa keruntuhan Kesultanan Demak dimulai setelah meninggalnya Sultan Trenggana. Kesultanan ini mengalami persengketaan dalam perebutan kekuasaan dalam keluarga kerajaan. Hal itu akhirnya menyebabkan munculnya pemberontakan-pemberontakan di daerah-daerah kekuasaan Demak. 

Tidak hanya itu saja, Pengganti Sultan Trenggana seharusnya ialah Pangeran Mukmin atau Pangeran Prawoto selaku putra tertua dari Sultan Trenggana , namun kemudian Pangeran Prawoto dibunuh oleh Bupati Jipang yaitu Arya Penangsang. 

Pemberontakan terakhir yang didukung oleh keluarga kerajaan, dipimpin oleh Joko Tingkir yang saat itu menjabat sebagai Adipati Pajang. Pemberontakan berhasil dengan terbunuhnya Arya Penangsang oleh anak angkat Joko Tingkir yang bernama Sutawijaya. Joko Tingkir kemudian memindahkan kekuasaan ke Pajang dan itulah yang menandai berakhirnya masa kekuasaan Kerajaan Demak. 

Masjid Agung Demak
Masjid Agung Demak

Kesultanan Demak memiliki banyak warisan peninggalan yang masih ada sampai saat ini. Peninggalan Kerajaan Demak yang paling historis, bernilai filosofis dan menjadi simbol keislaman adalah MASJID AGUNG DEMAK. Masjid ini dulunya didirikan oleh para Walisongo pada tahun 1479. 

Meskipun sudah mengalami banyak perubahan dan renovasi, Masjid Agung Demak masih tetap berdiri kokoh hingga saat ini. Masjid ini merupakan salah satu bukti sejarah paling autentik bahwa Kesultanan Demak tumbuh menjadi kerajaan yang menjadi pusat penyebaran agama Islam di Tanah Jawa.

Banyak sekali warisan kebudayaan Kesultanan Demak yang banyak memberikan pengaruh hingga saat ini. Maka dari itu, kita patut mensyukurinya. Rasa syukur tersebut dapat kita wujudkan dalam mencerminkan sikap dan perilaku nasionalis, dan juga di dorong dengan rasa tanggung jawab yang besar dalam menjaga dan melestarikan sejarah bangsa Indonesia yang sudah terbentuk sejak dulu kala.

Dengan ikut serta menjaga kebudayaan dan sejarah Indonesia, kita dapat membantu dalam mengangat derajat dan jati diri bangsa Indonesia. Oleh karena itu, tulisan ini dibuat agar kita bisa selalu bersama-sama menjaga dan mengingat sejarah bangsa kita.

REFERENSI:

http://sejarahbudayanusantara.weebly.com/kerajaan-demak.html

https://www.gurupendidikan.co.id/kerajaan-demak/ 

https://seruni.id/sejarah-kerajaan-demak/

https://histori.id/kerajaan-demak/

Hapsari, Ratna dan M. Adil. 2017. Sejarah Untuk SMA/MA Kelas XI Kelompok Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Erlangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun