Mohon tunggu...
Vanesha Indira
Vanesha Indira Mohon Tunggu... Pelajar

Untuk Tugas Sosiologi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bukan Jepang, Tapi Bandung! Sekolah Ini Sudah Punya Vending Machine!

26 Agustus 2025   21:51 Diperbarui: 26 Agustus 2025   21:50 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kuesioner 4
Kuesioner 4

Selain dari segi adaptasi teknologi, dampak kehadiran vending machine menimbulkan beberapa perubahan pola kehidupan bersekolah para siswa. Sebanyak 38,4% siswa setuju bahwa mereka menjadi lebih sering membeli minuman karena vending machine, sementara 19,2% siswa merasa sangat setuju. Respon ini menandakan bahwa perubahan teknologi telah memengaruhi pola konsumsi siswa di lingkungan sekolah. Kasus ini sebagai sebuah contoh konkret dari difusi inovasi yang dikembangkan oleh Everett M. Rogers. Difusi inovasi adalah proses penyebaran ide, teknologi, atau produk baru dari satu individu atau kelompok ke individu atau kelompok lain, sampai akhirnya menjadi bagian dari kebiasaan sehari-hari masyarakat.

Kuesioner 5
Kuesioner 5
Kuesioner 6
Kuesioner 6
Hadirnya vending machine ini juga membawa warna baru bagi para siswa SMA Santo Aloysius. Mayoritas siswa (47,9%) setuju bahwa dengan adanya vending machine membuat mereka merasa lebih terbantu karena terdapat banyak varian minuman. Para siswa dapat bebas memilih minuman kesukaan mereka di sekolah, juga terkontrol dari segi kesehatannya. Karena banyaknya varian ini juga berefek pada berubahnya kebiasaan sebagian siswa saat istirahat, di mana mereka (40,2%) menjadi lebih sering keluar kelas saat istirahat karena mau membeli minuman di vending machine. 

Kuesioner 7
Kuesioner 7

Walau memberikan sisi positif bagi kehidupan siswa di sekolah, perubahan yang terjadi di SMA Santo Aloysius juga menimbulkan sisi negatif. Karena hadirnya vending machine di sekolah, 42,5% siswa merasa lebih boros dalam menggunakan uang jajan mereka karena ingin membeli minuman.

Talcott Parsons
Talcott Parsons
Menurut perspektif sosiologi, hubungan antara siswa dan vending machine ini merupakan penerapan teori fungsionalisme yang disampaikan oleh Talcott Parsons. Parsons berpendapat bahwa perubahan sosial berkaitan dengan dengan cara masyarakat untuk berubah serta proses terjadinya perubahan tersebut. Ia juga memandang masyarakat sebagai suatu sistem sosial yang memiliki bagian yaitu institusi, norma, dan perilaku. Bagian-bagian ini saling bergantung dan menjaga keseimbangan. Pada kasus ini, sekolah merupakan sub-sistem yaitu berperan sebagai institusi yang didalamnya melakukan pendidikan norma kepada masyarakat baik secara akademis maupun pembentukan nilai dan norma para siswanya. Vending machine ini masuk ke sistem sekolah yang memengaruhi pola perilaku konsumsi siswa. Dapat dikatakan bahwa vending machine dan para warga sekolah merupakan hal yang sulit dipisahkan. Vending machine menjadi tidak ada berfungsi dengan baik apabila tidak ada warga sekolah yang menggunakannya karena mesin ini tak bisa diakses orang luar. Maka dari itu kedua elemen ini saling berfungsi satu sama lain. Namun apabila bagian norma tidak diawasi dengan baik, maka akan terjadi disfungsi yaitu meningkatnya konsumerisme siswa yang dapat mengganggu tujuan pendidikan dan keseimbangan nilai di sekolah.

Meningkatnya sikap konsumerisme melalui sudut pandang teori fungsionalisme dapat dilihat dari skema AGIL.
(A) Adaptation
Sekolah beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan gaya hidup modern lewat pemasangan vending machine.
(G) Goal Attainment
Sekolah bertujuan menyediakan fasilitas modern dan berteknologi yang menunjang kebutuhan siswa.
(I) Integration
Integrasi tercermin ketika siswa membeli minuman di vending machine mulai terintegrasi dalam interaksi sosial siswa yang dapat dilihat saat istirahat.
(L) Latency
Sekolah harus dapat menjaga atau memelihara kebiasaan yang baru terbentuk di antara para siswanya dengan mengajarkan nilai edukatif seperti skala prioritas, hemat, dan bijak dalam membeli agar tidak menimbulkan budaya konsumtif.

Kuesioner 8
Kuesioner 8
Pemeliharaan sekolah terhadap sikap konsumerisme siswa harus ditanggapi secara serius. Sikap ini berkembang pada pola perilaku siswa. Walau sudah ada vending machine sebagai fasilitas penyedia minuman di sekolah, sebanyak 56,2% siswa masih sering membeli minuman melalui aplikasi pesan antar online. Meskipun sudah tersedia vending machine di sekolah menunjukkan bahwa konsumerisme siswa tidak hanya dipengaruhi oleh kemudahan akses fisik, tetapi juga oleh budaya konsumsi digital. Kehadiran vending machine memang merupakan bentuk difusi inovasi di lingkungan sekolah, namun perilaku siswa yang tetap memilih layanan pesan antar mencerminkan bahwa inovasi ini belum sepenuhnya menggantikan kebiasaan lama.


Kehadiran vending machine di SMA Santo Aloysius menjadi simbol modernisasi sekolah sekaligus contoh nyata difusi inovasi di lingkungan pendidikan. Teknologi ini berhasil memudahkan siswa dalam memenuhi kebutuhan minuman dengan cara yang lebih praktis, sehat, dan terkontrol, serta mendorong interaksi sosial baru di sekolah. Pemasangan vending machine di SMA Santo Aloysius tidak hanya membawa kemudahan, tetapi juga memicu perubahan sosial di lingkungan sekolah. Perubahan ini terlihat dari bergesernya pola konsumsi siswa yang semakin praktis dan instan, munculnya interaksi baru di sekitar mesin, hingga meningkatnya budaya konsumsi digital. Fenomena ini merupakan contoh nyata bahwa teknologi mampu menjadi agen perubahan sosial yang cepat. Agar perubahan ini mengarah pada dampak positif, sekolah perlu menyeimbangkan inovasi teknologi dengan pendidikan karakter dan literasi konsumsi yang bijak.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun