Hai, Peeps! Pada era digital seperti sekarang ini, berbagai sektor mulai beralih ke arah yang lebih modern dan efisien, termasuk dunia pendidikan. Tidak hanya pembelajarannya yang memanfaatkan teknologi, tetapi juga fasilitas penunjang bagi para peserta didik di lingkungan sekolah. Salah satu terobosan menarik datang dari sekolah di Bandung yang mulai memberlakukan vending machine! Tapi ini bukan hanya sekadar vending machine biasa, lho!
Sekolah ini menerapkan sistem yang berbeda dari vending machine pada umumnya. SMA Santo Aloysius menyediakan kartu pembayarannya sendiri yang langsung terhubung dengan vending machine di lingkungan sekolah. Kartu ini hanya dapat digunakan di lingkungan sekolah, sehingga pihak luar yang tidak berkepentingan tidak dapat mengakses vending machine tersebut. Nah Peeps, kasus seperti ini itu dapat disebut sebagai eksklusivitas karena hanya warga SMA Santo Aloysius yang memiliki kartu yang dapat mengakses vending machine. Eksklusivitas ini merupakan bentuk kontrol sosial dari pihak sekolah untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, seperti pencurian atau penyalahgunaan oleh pihak luar, sehingga kebutuhan warga sekolah tetap menjadi prioritas utama.
Perubahan sosial ini terjadi di SMA Santo Aloysius ini adalah dampak kebijakan yang diterapkan oleh yayasan sekolah. Menurut staf wakil kepala sekolah bidang kurikulum, kehadiran vending machine merupakan langkah awal untuk mendukung e-kantin di SMA Santo Aloysius yang akan segera hadir. Tujuannya untuk memperkenalkan dan membiasakan siswa dengan sistem e-kantin yang akan diterapkan. Hal ini menjadi bentuk nyata dari modernisasi sekolah yang tidak hanya fokus pada teknologi pembelajaran, tetapi juga pada segi keseharian siswa.
Selain mendukung modernisasi, sekolah juga ingin memastikan bahwa konsumsi siswa lebih sehat dan terkontrol. Dengan menyediakan minuman yang terjamin kualitasnya lewat vending machine, sekolah dapat mencegah siswa membeli minuman sembarangan yang bisa berdampak buruk bagi kesehatan siswa.
Alasan lainnya adalah sebagai bentuk nyata upaya sekolah dalam mengikuti perkembangan zaman. Di tengah pesatnya kemajuan teknologi, sekolah menyadari pentingnya beradaptasi agar tidak tertinggal. Jika tidak ada upaya untuk berubah, maka sekolah akan terus berada di titik yang sama, sementara dunia di luar terus bergerak maju. Oleh karena itu, kehadiran vending machine menjadi langkah modernisasi sekaligus sarana untuk memenuhi kebutuhan siswa di era digital.
Hadirnya vending machine memicu berbagai tanggapan dari siswa SMA Santo Aloysius. Tanggapan ini menunjukan bahwa vending machine menyebabkan terjadinya dinamika perubahan sosial di lingkungan sekolah. Untuk melihat sejauh mana perubahan yang dirasakan, telah dilakukan survei melalui kuesioner terhadap 73 responden yang merupakan siswa SMA Santo Aloysius secara anonim.
Siswa SMA Santo Aloysius merupakan siswa yang mau menerima dan beradaptasi dengan cepat pada perubahan yang ada, contohnya adalah beroperasinya vending machine. Hal ini terlihat dari hasil kuesioner, tampak bahwa mayoritas siswa (86,3%) sudah memiliki kartu khusus vending machine dan hanya 19,2% dari mereka yang sering merasa kesulitan saat menggunakan vending machine/kartu vending machine. Angka ini menunjukkan bahwa siswa SMA Santo Aloysius dapat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi.
Nah, Peeps! Fenomena ini bisa kita lihat dari kacamata teori modernisasi, yang memandang bahwa masyarakat bergerak dari sistem tradisional menuju sistem modern yang mengutamakan efisiensi, rasionalitas, dan pemanfaatan teknologi. Teori ini pertama kali dipopulerkan oleh Walt Whitman Rostow dalam bukunya yaitu “The Stages of Economic Growth”, dimana ia menjelaskan bahwa modernisasi terjadi melalui beberapa tahap hingga akhirnya masyarakat mencapai kemajuan ekonomi dan teknologi. Apabila mengaitkan teori ini dengan perubahan sosial yang terjadi di SMA Santo Aloysius, para siswa sudah menunjukkan perilaku modern yaitu mudah beradaptasi dengan teknologi baru di sekolah vending machine dan tidak kesulitan saat menggunakannya. Namun, sistem isi ulang saldo kartu yang masih menggunakan uang tunai menggambarkan bahwa sekolah belum sepenuhnya mengikuti perubahan tersebut. Ketimpangan ini menunjukkan bahwa modernisasi belum berjalan merata.