Mohon tunggu...
Vanesha Indira
Vanesha Indira Mohon Tunggu... Pelajar

Untuk Tugas Sosiologi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bukan Jepang, Tapi Bandung! Sekolah Ini Sudah Punya Vending Machine!

26 Agustus 2025   21:51 Diperbarui: 26 Agustus 2025   21:50 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hai, Peeps! Pada era digital seperti sekarang ini, berbagai sektor mulai beralih ke arah yang lebih modern dan efisien, termasuk dunia pendidikan. Tidak hanya pembelajarannya yang memanfaatkan teknologi, tetapi juga fasilitas penunjang bagi para peserta didik di lingkungan sekolah. Salah satu terobosan menarik datang dari sekolah di Bandung yang mulai memberlakukan vending machine! Tapi ini bukan hanya sekadar vending machine biasa, lho!

Vending Machine
Vending Machine
Vending machine yang anti-mainstream ini hadir di salah satu sekolah swasta Katolik ternama di Bandung, yaitu SMA Santo Aloysius. Vending machine ini mulai dioperasikan  sejak bulan Februari 2025 kemarin. Terlihat di berbagai sudut sekolah sudah mulai mengoperasikan vending machine dengan beragam varian minuman mengikuti tren saat ini.

Sekolah ini menerapkan sistem yang berbeda dari vending machine pada umumnya. SMA Santo Aloysius menyediakan kartu pembayarannya sendiri yang langsung terhubung dengan vending machine di lingkungan sekolah. Kartu ini hanya dapat digunakan di lingkungan sekolah, sehingga pihak luar yang tidak berkepentingan tidak dapat mengakses vending machine tersebut. Nah Peeps, kasus seperti ini itu dapat disebut sebagai eksklusivitas karena hanya warga SMA Santo Aloysius yang memiliki kartu yang dapat mengakses vending machine. Eksklusivitas ini merupakan bentuk kontrol sosial dari pihak sekolah untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, seperti pencurian atau penyalahgunaan oleh pihak luar, sehingga kebutuhan warga sekolah tetap menjadi prioritas utama.

Kartu Vending Machine
Kartu Vending Machine
Kehadiran vending machine di SMA Santo Aloysius bukan hanya sekadar perubahan fasilitas, tetapi juga memicu terjadinya perubahan sosial di lingkungan sekolah. Konsep perubahan sosial seperti yang dikemukakan oleh tokoh sosiologi yang juga mempopulerkan istilah cultural lag, William F. Ogburn menekankan bahwa pada kondisi teknologis yang menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek-aspek kehidupan sosial, seperti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat berpengaruh pada pola berpikir masyarakat. Hal ini selaras dengan kondisi di SMA Santo Aloysius, dimana kehadiran vending machine telah memengaruhi aspek kehidupan sosial para siswanya. Perubahan sosial yang terjadi dapat dikategorikan sebagai suatu bentuk kemajuan (progress), karena menciptakan kemudahan bagi warga sekolah dalam memenuhi kebutuhannya.

Perubahan sosial ini terjadi di SMA Santo Aloysius ini adalah dampak kebijakan yang diterapkan oleh yayasan sekolah. Menurut staf wakil kepala sekolah bidang kurikulum, kehadiran vending machine merupakan langkah awal untuk mendukung e-kantin di SMA Santo Aloysius yang akan segera hadir. Tujuannya untuk memperkenalkan dan membiasakan siswa dengan sistem e-kantin yang akan diterapkan. Hal ini menjadi bentuk nyata dari modernisasi sekolah yang tidak hanya fokus pada teknologi pembelajaran, tetapi juga pada segi keseharian siswa.

Selain mendukung modernisasi, sekolah juga ingin memastikan bahwa konsumsi siswa lebih sehat dan terkontrol. Dengan menyediakan minuman yang terjamin kualitasnya lewat vending machine, sekolah dapat mencegah siswa membeli minuman sembarangan yang bisa berdampak buruk bagi kesehatan siswa.

Alasan lainnya adalah sebagai bentuk nyata upaya sekolah dalam mengikuti perkembangan zaman. Di tengah pesatnya kemajuan teknologi, sekolah menyadari pentingnya beradaptasi agar tidak tertinggal. Jika tidak ada upaya untuk berubah, maka sekolah akan terus berada di titik yang sama, sementara dunia di luar terus bergerak maju. Oleh karena itu, kehadiran vending machine menjadi langkah modernisasi sekaligus sarana untuk memenuhi kebutuhan siswa di era digital.
 
Hadirnya vending machine memicu berbagai tanggapan dari siswa SMA Santo Aloysius. Tanggapan ini menunjukan bahwa vending machine menyebabkan terjadinya dinamika perubahan sosial di lingkungan sekolah. Untuk melihat sejauh mana perubahan yang dirasakan, telah dilakukan survei melalui kuesioner terhadap 73 responden yang merupakan siswa SMA Santo Aloysius secara anonim. 

Siswa SMA Santo Aloysius merupakan siswa yang mau menerima dan beradaptasi dengan cepat pada perubahan yang ada, contohnya adalah beroperasinya vending machine. Hal ini terlihat dari hasil kuesioner, tampak bahwa mayoritas siswa (86,3%) sudah memiliki kartu khusus vending machine dan hanya  19,2% dari mereka yang sering merasa kesulitan saat menggunakan vending machine/kartu vending machine. Angka ini menunjukkan bahwa siswa SMA Santo Aloysius dapat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi.

Kuesioner 1
Kuesioner 1

Kuesioner 2
Kuesioner 2
Namun, walau mereka cepat beradaptasi dalam menggunakan vending machine, sebanyak 48% siswa merasa sistem isi ulang saldo kartu vending machine menyulitkan mereka. Berdasar hasil observasi, sistem isi ulang saldo kartu mengharuskan siswa mendatangi stand khusus pengisian saldo di pojok kantin sekolah, lalu untuk metode pembayaran isi ulang saldo hanya secara tunai. Dilansir dari GoodStats yang melakukan riset kepada generasi muda (terutama Gen Z), untuk mengikuti perkembangan teknologi, 51% dari mereka telah beralih ke mobile banking dan e-wallet sebagai metode pembayaran. Maka dari itu, mayoritas siswa merasa kesulitan saat mengisi ulang saldo kartu karena terbatasnya metode pembayaran.

Kuesioner 3
Kuesioner 3

Nah, Peeps! Fenomena ini bisa kita lihat dari kacamata teori modernisasi, yang memandang bahwa masyarakat bergerak dari sistem tradisional menuju sistem modern yang mengutamakan efisiensi, rasionalitas, dan pemanfaatan teknologi. Teori ini pertama kali dipopulerkan oleh Walt Whitman Rostow dalam bukunya yaitu “The Stages of Economic Growth”, dimana ia menjelaskan bahwa modernisasi terjadi melalui beberapa tahap hingga akhirnya masyarakat mencapai kemajuan ekonomi dan teknologi. Apabila mengaitkan teori ini dengan perubahan sosial yang terjadi di SMA Santo Aloysius, para siswa sudah menunjukkan perilaku modern yaitu mudah beradaptasi dengan teknologi baru di sekolah vending machine dan tidak kesulitan saat menggunakannya. Namun, sistem isi ulang saldo kartu yang masih menggunakan uang tunai menggambarkan bahwa sekolah belum sepenuhnya mengikuti perubahan tersebut. Ketimpangan ini menunjukkan bahwa modernisasi belum berjalan merata.

Walt Whitman Rostow
Walt Whitman Rostow
Apabila dilihat dari sudut pandang teori konflik, situasi ini juga mencerminkan adanya ketidaksesuaian antara kebutuhan siswa dan kebijakan yang diterapkan oleh sekolah. Ketika siswa menginginkan kemudahan dan fleksibilitas, tapi sekolah tidak menyediakan pilihan yang sesuai, dapat terpicunya potensi konflik meskipun bersifat tersirat. Sama seperti teori konflik yang dikemukakan Karl Marx yang mengatakan bahwa konflik terjadi akibat pertentangan kelas, terutama kelas sosial. Kaum bourjois (pemilik modal) memiliki kepentingan untuk menggali uang sebanyak-banyaknya terhadap kaum proletar (pekerja), sedangkan kaum proletar tidak memiliki kuasa sehingga akhirnya tunduk. Sekolah dinilai lebih tinggi dibanding siswa, sehingga akhirnya siswa walau tidak suka harus menerima sistem pembayaran tunai. Siswa yang menginginkan fleksibilitas berpotensi menimbulkan konflik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun