Mohon tunggu...
Desvandy Saputra
Desvandy Saputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebisa mungkin menjalani kehidupan yang bebas. Semoga masuk surga.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Semua orang berhak hidup, semua orang berhak mati

28 Januari 2024   00:17 Diperbarui: 28 Januari 2024   16:09 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebelumnya, saya pribadi mengucapkan turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas nyawa yang telah hilang dalam kasus bunuh diri yang ada di Indonesia. Sebuah peristiwa yang umumnya terjadi akibat kesedihan atau keputusasaan yang mendalam terhadap sesuatu. Kasus ini kerap terjadi di kota-kota besar yang ada di Indonesia. Salah satu contohnya adalah kota Malang, Jawa Timur.

Kasus bunuh diri yang ada di Universitas Brawijaya yang terjadi beberapa waktu lalu cukup menggegerkan warga sekitar. Bagaimana tidak, seorang mahasiswi berinisial LD (24) didapatkan sudah tidak bernyawa setelah melompat dari lantai 12 Gedung Fakultas Ilmu Komputer (Filkom). Sekali lagi, saya mengucapkan turut berduka cita yang sebesar-besarnya untuk keluarga korban, maupun pihak yang merasa kehilangan. Namun, saya tidak akan membahas lebih rinci terkait kasus LD tersebut, yang akan saya bahas adalah tentang bagaimana 'bunuh diri' telah dianggap sebagai perbuatan yang tidak senonok oleh masyarakat.

Kasus diatas adalah salah satu contoh dari banyaknya kasus bunuh diri yang ada di Malang, yang sebagian besar pelaku nya adalah Mahasiswa. Apakah hal itu merupakan suatu kebetulan ? saya rasa tidak. Alasan utamanya adalah mahasiswa kadang kali memiliki mental health yang kacau. Banyak penyebabnya ; lingkungan kuliah yang tidak supportif, ekonomi, ataupun masalah internal seperti keluarga. Faktor-faktor tersebut seringkali menjadi penyebab utama dalam peristiwa ini. Apakah kita bisa mencegah hal itu terjadi ? tentu, tidak. Hal-hal seperti tadi adalah hal yang sering terjadi pada masyarakat umum, yang menjadi pembeda adalah seberapa besar kapasitas yang dimiliki seseorang untuk menerima hal semacam itu.

Seringkali kita berbicara kepada para pelaku, seperti "jangan takut, kamu tidak sendirian" atau "kalau ada apa-apa cerita aja, jangan ragu". Jika dicermati lebih dalam, ucapan-ucapan seperti tadi hanya merupakan 'obat penenang' yang berlaku untuk beberapa saat saja, dan bisa kita prediksi dengan seksama bahwa pada akhirnya hal itu hanyalah omong kosong belaka. Saya yakin, para korban tidak akan menanggapi ucapan tersebut. Pada dasarnya, para pelaku ataupun seseorang yang berpikiran untuk melakukan bunuh diri, mereka hanya ingin hidup seperti apa yang ada dalam pikirannya. Dan, tampak nya dunia ini terlalu bajingan untuk merealisasikan apa yang kita impikan. Dan juga, perlu ditekankan bahwa kita memang 'sendirian', tidak ada manusia lain yang benar-benar dapat membantu kita.

Tiap-tiap nyawa yang telah mati dalam peristiwa ini, hanyalah mereka yang ingin benar-benar hidup. Kita tidak bisa menyalahkan siapapun ; para pelaku, lingkungan sekitarnya, ataupun oknum lain. Mereka hanya tidak bisa menampung semuanya sendirian. Dan untuk mereka, kematian adalah opsi terbaik yang mereka miliki, dibandingkan menjalani hidup penuh dengan penderitaan dan rasa sakit yang mendalam. Lagipula, semua orang berhak untuk hidup dan juga semua orang berhak untuk mati.

Untuk semua manusia yang sedang berada di fase yang sulit ; pasang badan dan siapkan perbekalan untuk pertempuran dalam jangka waktu yang panjang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun