Mohon tunggu...
A Evan
A Evan Mohon Tunggu... engineer

observation of art, social, religion, spirituallity, philosophy, engginer, herbal and humor

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Opinion Minion 1 (demonstrasi 08/25)

31 Agustus 2025   02:33 Diperbarui: 31 Agustus 2025   02:57 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demonstrasi yang berlangsung di berbagai titik membuat "greget" nuansa sosial - politik hari ini. berbagai masyarakat disegala lapisan yang terlibat langsung maupun hanya sukarelawan secara wacana menampakan resultan yang hampir sama, yakni : "BUBARKAN DPR!". kalau mau ditelisik lebih jauh keluh kesah masyarakat bukan sekedar pembubaran DPR saja, tetapi secara lebih radikal lagi mereka merasakan ketidakpuasan hidup terutama pada lapisan masyarakat bawah, artinya mereka belum pernah merasakan fungsi negara untuk memakmurkan dan menaikan derajat hidup mereka, bagaimana di kota - kota besar dapat kita lihat ketimpangan begitu tajam mencolok, secara infrastruktur memang lebih pesat berdiri gedung - gedung megah tetapi secara psiko-struktur individunya mengalami kegelisahan fundamen. kegetiran masyarakat bawah yang tak ubahnya dirasakan dengan zaman kolonialisme, tetapi dengan versi yang lebih artificial. 

memang semenjak perang ideologi antar blok, dan dimenangi oleh blok kanan, dan awal dimulainya kegamangan global. sistem - sistem asing yang dicangkok ke struktur bangsa timur menyebabkan gagalnya kompatibelitas segala dimensi. munculnya "badut - badut politik" di panggung kekuasan serasa "menyihir" mentalitas bangsa - bangsa timur, propaganda yang ditanamkan di pikiran massa sukses mempertahankan diri hampir 1 abad lebih,  dengan mentalitas khas masyarakat timur yang "jago" untuk menemukan berbagai macam metoda Escapistic menciptakan kondisi semu yang hampir permanen belakangan. muncul pertanyaan, apakah kondisi yang hampir permanen itu saat ini mulai kehilangan daya ikatnya, atau demosntrasi yang menaikan skala tinggi ini akan menyebabkan revolusi sejati? pertanyaan itu susah untuk disimpulkan saat ini, mengapa? sebab kehilangan momentum sering kali terjadi disaat - saat manuver. gerakan massa hanya mengandalkan emosi yang meledak - ledak setelah itu kelelahan dan biasanya "salah arah", karena pemicunya masih berdasarkan amok syndrom. kita tahu polanya, Ngalah, Ngalih, Ngamuk. 

untuk mencapai gerakan yang murni dan sejati dibutuhkan energi yang besar, gerakan yang solid dan plural, juga cita - cita yang sama, dan juga dibutuhkan leaders yang mumpuni dalam intelektual maupun spiritual. sebab intelektual saja belum cukup, perlu tenaga spiritual untuk dapat menjadi pemimpin dalam konteks gerakan perjuangan. bagaimana dalam sejarah dapat kita pelajari, para pendiri bangsa yang berjuang memiliki tidak hanya kualitas intelektual yang luar biasa, tetapi dalam hal spiritualitas juga. ketajaman pikiran dan kedalaman batin, mampu menembus kabut - kabut zaman. pemimpin yang menjadi panuluh dalam kebingungan massa dalam arus perjuangan. jangan sampai hanya menjadi "belo melu seton", hanya ikut - ikutan tanpa tahu arah dan tujuan! dan selalu awas terhadap agenda blonde phantom's (si setan pirang dan kawan - kawan).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun