Mohon tunggu...
Nauval Ramadhan
Nauval Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah Undergraduate dari Teknik Pertanian Universitas Padjajaran, yang sangat berminat dalam menulis artikel yang berkaitan tentang makanan, maupun membuat suat pembahasan mendalam mengenai makanan itu sendiri. Saya adalah orang yang sangat humble yang suka berbicara kepada orang-orang, dan saya sangat excited untuk menulis artikel di Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bagaimana Menyia-nyiakan Makanan Berujung pada Pemborosan Air

6 Juli 2023   07:00 Diperbarui: 6 Juli 2023   07:03 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
from: Suzy Hazelwood

Membuang makanan jelas membuang-buang uang - dan bahkan mungkin tidak pantas untuk dilakukan oleh orang-orang. Seperti yang dilaporkan oleh banyak media, Anda juga dapat menciptakan emisi gas rumah kaca tambahan dengan mengirimkan makanan ke tempat pembuangan sampah.

Sekarang ada alasan lain untuk tidak membuang-buang makanan: Membuang-buang makanan juga membuang-buang banyak air, kata sebuah laporan baru.

Menurut World Resources Institute, sebuah lembaga pemikir lingkungan, di dalam 1,3 miliar ton makanan yang terbuang setiap tahun di seluruh dunia terdapat 45 triliun galon air. Jumlah ini mewakili 24 persen dari seluruh air yang digunakan untuk pertanian. Pertanian sendiri sudah menjadi pengguna air tawar terbesar di dunia: Sektor ini menyumbang 70 persen dari seluruh penggunaan air di seluruh dunia, menurut World Water Assessment Program. Sumber daya air tawar tersebut berkurang dengan cepat, seiring dengan meningkatnya permintaan dari jutaan orang yang kelaparan dan kehausan yang menjadi bagian dari populasi global.

Sebuah tanda untuk air yang ada didalam makanan sendiri ditandai dengan tiga jejak komponen. Jejak pertama ini terletak pada "Blue Water" yang diartikan sebagai total irigasi air yang terekstraksi dari waduk dan sungai. Jejak air hijau, yang merupakan persentase terbesar dari rekam jejak air makanan, adalah total air hujan yang langsung diserap oleh tanaman atau disimpan di dalam tanah. Jejak air abu-abu adalah jumlah air tawar yang digunakan untuk mengencerkan limbah dari pupuk dan/atau pestisida. Bersama-sama, komponen-komponen ini sama dengan total jejak air suatu produk.

Pada tahun 2025, Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) memperkirakan bahwa 1,8 miliar orang akan tinggal di negara atau wilayah yang mengalami kelangkaan air.

Memilih pola makan yang berkelanjutan dan beragam dengan jejak air hijau yang lebih tinggi dapat membantu mengurangi jejak air secara keseluruhan!

Lalu bagaimana cara memilih makanan yang bisa menjadi sebuah cara untuk tidak menghamburkan, serta menjadi makanan yang ramah lingkungan

1. Mengurangi Konsumsi Daging Merah

Mengurangi asupan daging merah dan protein hewani dapat berdampak nyata bagi kesehatan dan  lingkungan. Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Science, pola makan tanpa  daging dapat mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 49 persen. Industri produksi daging merah  global merupakan proses yang memberatkan lingkungan. Misalnya peternakan membutuhkan jagung dan kedelai untuk  pakan, kemudian lahan dan air setiap hari. Selain itu, sapi mengeluarkan metana yang merusak ozon.  Mengurangi  daging merah juga bermanfaat untuk kesehatan jantung.

2. Buah maupun Sayuran yang Segar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun