Mohon tunggu...
Valen Wullur
Valen Wullur Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Frater

Be a better person!!

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Biapong, Makanan Khas Minahasa

12 Desember 2019   20:00 Diperbarui: 13 Desember 2019   20:41 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (sumber: shutterstock via kompas.com)

Orang Minahasa pada umumnya pasti mengenal Biapong. makanan ini terkenal sebagai salah satu makanan ala Minahasa yang dapat ditemukan di daerah-daerah tertentu seperti di Kawangkoan maupun di Amurang. Sebenarnya makanan ini sama saja dengan Bakpao, yang merupakan penyebutan umum yang dikenal masyarakat Indonesia. 

Namun nampaknya agak sedikit berbeda ketika dibuat menurut racikan Minahasa, sehingga ada yang menyebutnya pula sebagai 'Bakpao ala Minahasa'. 

Ketika mendengar biapong, masyarakat Minahasa akan membayangkan makanan berbentuk bulat berwarna putih (yang merupakan adonan dari tepung terigu) dengan di dalamnya berisi daging babi ataupun berisi temo atau adapula berisi unti yaitu adonan kelapa yang dicampur dengan gula merah. Namun tahukah bagiamana munculnya biapong? 

Atau sejak kapan dan bagaimana biapong mulai masuk di Indonesia? Kemudian mengapa makanan tersebut mulai disebut sebagai biapong di Minahasa? Bakpao sendiri sesungguhnya sudah lama telah ada di Cina dan menjadi bagian dari kuliner masakan Cina (Chinese Cuisine). 

Asal kata Bakpao itu sendiri sesungguhnya juga berasal dari bahasa Cina, untuk itu nampaknya penting untuk mengetahui terlebih dahulu asal mulanya dari negeri panda tersebut.

Persembahan untuk Sungai dari Zhuge Liang

Asal mulanya dikisahkan pada sebuah legenda di zaman Tiga Negara (Three Kingdoms) pada abad 3 M (tahun 220-280 M). Dikisahkan ada seorang ahli strategi militer negara Shu Han yaitu Zhuge Liang (227-234 M) dikalahkan dalam sebuah pertempuran beserta beberapa pasukannya dalam ekspansinya ke wilayah utara. Kekalahan tersebut sudah terjadi hingga lima kali melawan Wei di utara. 

Usai kekalahan tanpa kemenangan tersebut, Zhuge Liang bersama dengan beberapa pasukan negara Shu Han yang tersisa dibebaskan pula untuk kesekian kalinya, sehingga mereka dapat kembali pulang ke kerajaan mereka. 

Akan tetapi di perjalanan mereka terhalang sebuah sungai yang memiliki aliran air yang sangat deras, sehingga mereka tidak bisa lewat. Menurut masyarakat setempat dipercayai bahwa agar dapat melewati sungai tersebut, Zhuge Liang dan pasukannya harus memberikan persembahan berupa kepala manusia. 

Tentu saja ia tidak setuju akan hal tersebut, akan tetapi mereka mempunyai ide untuk mencari pengganti persembahan tersebut yaitu dengan membuat adonan tepung terigu yang dibentuk menyerupai kepala manusia yang diisi dengan daging binatang hasil buruan mereka.

Dari peristiwa tersebut maka ditemukanlah ide mengenai resep sebuah makanan yang dikenal sebagai mantou. Namun pada zaman Dinasti Song Utara atau Northern Song Dynasty (960-1279 M), mantou kemudian lebih disebut dengan istilah Bao atau Baozi, karena merupakan adonan tepung terigu yang membungkus daging di dalamnya. Itulah yang membedakannya dengan mantou yang sebelumnya lebih merupakan adonan tanpa isi daging di dalamnya.

Baozi Inspirasi Bakpao di Indonesia

Baozi atau Bao merupakan istilah yang digunakan untuk merujuk pada makanan berupa adonan tepung berbentuk bulat yang didalamnya diisi dengan bermacam-macam jenis makanan baik berupa daging maupun sayuran. 

Baozi juga memiliki berbagai macam tipenya yaitu sebagai berikut chshobo, gubl, xiolngbo, shujinbo, shngjin mntou, tngbo, dushbo, linrngbo, Kaya-baozi, nihungbo, shobo, zhmabo, Ycibo, rubo, dbo, bos, gubo, dan poshubao. 

Sejak peradaban Cina masuk ke Indonesia, cukup banyak tradisi atau kebudayaan Cina mulai mempengaruhi kebudayaan Indonesia termasuk pula dalam segi budaya masakan atau makanannya (Chinese cuisine).

Chinese cuisine (masakan Cina) memiliki banyak varian makanan yang telah ada sejak dahulu sehingga menjadi makanan tradisional Cina. Bahkan beberapa juga menjadi masakan Indonesia (Indonesian cuisine). 

Tentu saja, seperti juga yang telah disebutkan pada pembahasan sebelumnya, jelaslah bahwa Baozi juga termasuk ke dalam makanan tradisional Cina (Chinese traditional cuisine) tersebut.

Di Indonesia, orang lebih mengenal Baozi dengan istilah Bakpao. Istilah Bakpao merupakan sebutan bagi orang Cina di Indonesia yang diambil dari bahasa Cina Hokkien yaitu Bah-pau atau dalam bahasa cina Pin Yin yaitu disebut rubo. 

Baik Bah-pau atau rubo itu sendiri merujuk pada Baozi yang berisi daging babi. Namun Bah-Pau di Indonesia, terlebih khusus hingga saat ini di Minahasa, pada umumnya dibentuk dengan ukuran yang lebih besar sehingga lebih mirip dengan dbo di Cina (dalam bahasa Inggris Big Pau) yang merupakan baozi berukuran besar (large buns filled) dengan isian daging babi, sayur, beserta telur di dalamnya.

Sejak saat ini Bakpao semakin dikenal di Indonesia sebagai makanan olahan tepung yang kemudian berisi berbagai macam makanan baik berupa daging maupun sayuran ataupun olahan kacang-kacangan. 

Bakpao juga menjadi makanan yang banyak diminati namun disesuaikan pula dengan selera masyarakat setempat. Di Indonesia Bakpao pada umumnya berisi olahan daging namun tidak dengan daging babi, karena mayoritas masyarakat yang beragama Islam. 

Namun di daerah tertentu seperti di Minahasa, Sulawesi Utara, bakpao berisi daging babi merupakan hal yang biasa dan sesuai dengan mayoritas masyarakat yang beragama kristiani. Namun bakpao tersebut lebih dikenal dengan istilah biapong.

Biapong, Bakpao Ala Minahasa
Jika masyarakat di Indonesia pada umumnya mengenal Baozi dengan istilah Bakpao, maka di Minahasa propinsi Sulawesi Utara makanan sejenis Baozi atau Bakpao dikenal sebagai Biapong. Biapong sesungguhnya merupakan makanan

seperti bakpao dengan berisi daging babi dan telur yang lebih disukai masyarakat Minahasa. Namun dapat dikatakan pula hal itu dikarenakan masyarakat Minahasa masih didominasi oleh masyarakat beragama Kristiani, sehingga wajar saja jika daging babi lebih sering digunakan sebagai bahan dasarnya. 

Berbeda dengan bakpao yang mengikuti ketentuan mayoritas masyarakat Indonesia yang beragama Islam, sehingga penggunaan daging babi yang haram dihindari. Hal itu menyebabkan bakpao lebih sering diisi dengan daging ayam, atau daging sapi (beef).

Bagi lidah Minahasa tentu daging babi merupakan bahan dasar yang paling pas bagi Biapong tersebut. Maka dari itu, beberapa tempat ternama yang sering diidentikkan sebagai tempat biapong di Minahasa (seperti di Kawangkoan dan Amurang), lebih sering menggunakan bahan dasar daging babi pada biapong buatan mereka (Biapong Ba'). 

Selain itu, ada pula biapong yang menggunakan bahan dasar lainnya seperti tausa atau kacang hijau (Biapong temo), dan adonan kelapa dengan gula merah (Biapong unti). Akan tetapi pertanyaan lebih lanjut ialah "Mengapa di Minahasa makanan itu lebih dikenal dengan istilah 'Biapong'?" atau "Mengapa biapong sampai terdapat di Minahasa?"

Biapong menjadi 'Makanan Khas Minahasa'
Ketika mencari-cari dalam beberapa referensi mengenai 'Makanan Khas Minahasa', kita pasti akan menemukan bahwa Biapong merupakan salah satu makanan khas Minahasa. 

Maka dari itu tidak heran jika selalu ditemukan biapong pada beberapa rumah makan yang menjual makanan khas Minahasa. Bahkan tak hanya itu, biapong juga sering menjadi oleh-oleh yang sering dibeli di Minahasa.

Di Minahasa tempat yang sering disebut sebagai tempat biapong ialah daerah Kawangkoan dan Amurang. Kekhasan tersebut muncul karena biapong yang dibuat terasa enak oleh masyarakat kebanyakan sehingga semakin banyak yang membeli maka semakin banyak pula penjualnya. 

Oleh sebab itu tidak heran jika disebut sebagai tempat favorit untuk membuka usaha penjualan biapong dan kemudian dipasarkan pula.

Biapong: sejenis roti atau kukis di Minahasa
Biapong dapat disamakan pula dengan makanan sejenis roti. Namun jika di Minahasa baik Biapong maupun makanan sejenis roti lainnya itu sering disebut dengan istilah kukis (dalam bahasa Minahasa atau dalam bahasa Indonesia yaitu 'kue'). 

Akan tetapi roti sudah merupakan makanan yang dipengaruhi oleh daerah Eropa yang dipengaruhi juga oleh Belanda. Contohnya seperti roti balak. 

Makanan sejenis roti tersebut, termasuk biapong, sering dimakan di pagi hari maupun di sore hari oleh masyarakat Minahasa (seperti masyarakat kota Tomohon). Seperti layaknya mengkonsumsi roti atau kukis lainnya, biapong sering dikonsumsi bersamaan dengan kopi maupun teh.

Biapong sesungguhnya memiliki banyak jenis antara lain Biapong Ba' dan Biapong temo. Namun untuk biapong daging seperti biapong ba' lebih sering dikonsumsi dengan tambahan saus sambal agar lebih nikmat rasanya. 

Hal tersebut sering ditemui di tempat jual biapong terkenal di Minahasa seperti di Amurang dan juga di Kawangkoan. Tentu makanan sejenis roti di Minahasa tidak cocok jika dinikmati dengan sambal.

Namun, seperti yang telah disebutkan tadi bahwa daging ba' sebagai isi di dalamnya menjadi alasan sehingga biapong cocok dinikmati dengan saus sambal, yang juga cocok dengan lidah Minahasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun