Mohon tunggu...
Valentinus Nicodemus
Valentinus Nicodemus Mohon Tunggu... freelance

hobi membaca buku dan menonton film

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Racun dalam hisapan, ancaman dalam kehidupan

1 Oktober 2025   22:02 Diperbarui: 1 Oktober 2025   22:02 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Merokok merupakan kebiasaan yang hingga kini masih banyak dilakukan, meskipun berbagai penelitian telah membuktikan bahaya yang ditimbulkannya. Rokok mengandung lebih dari 7.000 zat kimia, di antaranya nikotin, tar, karbon monoksida, serta berbagai zat beracun lain yang dapat merusak organ tubuh. Kebiasaan merokok tidak hanya berdampak pada perokok itu sendiri, tetapi juga orang-orang di sekitarnya melalui paparan asap rokok atau perokok pasif. Oleh karena itu, memahami risiko merokok sangat penting agar masyarakat semakin sadar akan bahaya yang ditimbulkan.

Salah satu risiko paling serius dari merokok adalah meningkatnya kemungkinan terkena penyakit jantung dan pembuluh darah. Nikotin dalam rokok dapat meningkatkan tekanan darah dan mempercepat denyut jantung, sedangkan karbon monoksida mengurangi kadar oksigen dalam darah. Kombinasi ini menyebabkan kerja jantung menjadi lebih berat dan memperbesar risiko serangan jantung maupun stroke. Tak hanya itu, merokok juga mempercepat proses penyempitan pembuluh darah, yang pada akhirnya bisa mengakibatkan gagal jantung atau kematian mendadak.

Selain penyakit jantung, rokok merupakan penyebab utama kanker paru-paru. Zat karsinogenik yang terdapat dalam asap rokok merusak sel-sel paru-paru secara perlahan hingga memicu pertumbuhan sel abnormal. Tidak hanya paru-paru, risiko kanker juga dapat menyerang organ lain seperti mulut, tenggorokan, pankreas, kandung kemih, hingga leher rahim. Data kesehatan global menunjukkan bahwa sebagian besar penderita kanker paru-paru adalah perokok aktif maupun bekas perokok, sehingga hubungan antara rokok dan kanker sangat jelas.

Dampak merokok tidak berhenti di situ. Kebiasaan ini juga berpengaruh buruk pada sistem pernapasan. Perokok sering mengalami batuk kronis, sesak napas, hingga penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Penyakit ini menyebabkan kerusakan permanen pada paru-paru dan membuat penderitanya sulit bernapas normal. Bahkan, kualitas hidup perokok dengan PPOK biasanya menurun drastis karena aktivitas sehari-hari menjadi sangat terbatas.

Risiko merokok juga tidak hanya menimpa perokok itu sendiri, tetapi juga orang-orang yang berada di sekitarnya. Asap rokok yang terhirup oleh perokok pasif terbukti sama berbahayanya. Anak-anak yang sering terpapar asap rokok berisiko mengalami infeksi saluran pernapasan, asma, hingga gangguan perkembangan paru-paru. Ibu hamil yang terpapar asap rokok juga lebih berisiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah atau kelainan kesehatan tertentu.

Dari sisi sosial dan ekonomi, merokok pun menimbulkan kerugian besar. Uang yang dikeluarkan untuk membeli rokok dapat mengurangi alokasi pengeluaran lain yang lebih penting, seperti pendidikan, makanan bergizi, atau kesehatan. Selain itu, beban biaya kesehatan masyarakat juga meningkat karena banyaknya penyakit akibat merokok yang memerlukan perawatan jangka panjang.

Dengan begitu banyak risiko yang ditimbulkan, berhenti merokok merupakan langkah terbaik untuk melindungi diri sendiri dan orang-orang tercinta. Memang, menghentikan kebiasaan ini tidak mudah karena adanya ketergantungan nikotin. Namun, dengan dukungan keluarga, konseling, serta pola hidup sehat, peluang untuk bebas dari rokok tetap terbuka lebar. Semakin cepat seseorang berhenti merokok, semakin besar pula kesempatan tubuhnya untuk memperbaiki kerusakan yang sudah terjadi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun