Mohon tunggu...
Tovanno Valentino
Tovanno Valentino Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya Seorang Pemimpi

Hanya Seorang Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Efek Jokowi, Mampu Menempatkan Ganjar sebagai Capres dari PDI-P

27 Januari 2023   06:32 Diperbarui: 27 Januari 2023   06:45 12474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Presiden Jokowi, Megawati dan Ganjar Pranowo.-Setpres/PDIP/Syaiful Amri/Disway.id-Disway.id

Saat menjadi Gubernur Jakarta, Jokowi mendapat sorotan dari media internasional seperti media India bernama The Hindu yang meliput fenomena Jokowi ala India, media Amerika Serikat bernama The New York Times yang meliput fenomena kepemimpinan turun ke bawah, media Australia bernama The Sydney Morning Herald, media Thailand bernama Bangkok Post, serta media Jepang bernama Asahi Shimbun.

Joko Widodo mendapatkan berbagai julukan dari berbagai media internasional seperti Obama dari Jakarta oleh BBC, Mr. Fix oleh The Economist, dan The Man of Madras Shirt oleh TIME.

Kepimpinan dan Prestasinya mereformasi pemerintahan dan tatanan sosial, kharismanya yang masih melekat dihati rakyat, sekalipun dicaci maki dan difitnah. Seorang yang rendah hati ini, dapat menerima kritikan dan memaafkan mereka yang sering memojokannya, bahkan dengan cara-cara yang kurang pantas sebagai bangsa yang berbudaya luhur.

Bila mendalami statement Megawati dalam Pidatonya pada ulang tahun PDIP beberapa waktu lalu, karena belum juga mengumumkan pasangan calon PDI-P, "Saiki nungguin. Gak ada, ini urusan gue," Di satu sisi dapat diterima, karena menurut mekanisme partainya Megawatilah yang menentukan pasangan Capres dan Cawapres 2024.  Dan kebetulan hanya PDI-P lah yang dapat secara langsung menentukan pasangan calon dibandingkan partai lain yang harus berkoalisi agar memenuhi syarat untuk mencalonkan pasangan Capres dan Cawapres.

Namun di sisi lain, isi pidatonya tersebut dinilai berbagai pihak memojokan Jokowi, menyentil Ganjar dan menyinggung perasaan para simpatisan dan pendukung Jokowi. Sosok Megawati dapat dianggap Arogan untuk menunjukan sejauh mana kekuasaannya untuk mengendalikan seluruh kader partai dan simpatisan dan desakan dari luar PDI-P.

Sehingga boleh saja, saat ini Megawati belum mengumumkan paslon dari PDI-P karena sedang membaca situasi politik dan sepak terjang partai yang lain. Namun saya cukup yakin, Nama Ganjar sudah dikantonginya. Namun apakah Mega legowo melepaskan kesempatan trah Seokarno seperti menentukan Jokowi selama dua Periode Pemilu Presiden? Bisa saja keberadaan putrinya menjadi pertimbangan tersendiri. Sekalipun belakangan, beberapa survei yang dipublikasi, menunjukan penolakan responden dalam pencalonan Puan.

Apakah mungkin kedua-duanya dari kader PDI-P? Dalam perhitungan politik apabila jalan ini ditempuh, "maaf" sangat konyol. Karena berdampak luas pada kemenangan paslon PDI-P dan kehilangan partai koalisi yang dapat mendukung pemerintahan nantinya, termasuk di DPR RI, dan yang menyedihkan dapat berdampak dalam penurunan suara PDI-P sebagaai "jagoan" partai pemenang pemilu.

Jadi kembali, bila tidak berkeras hati. Menepiskan sosok yang jelas-jelas secara akumulatif, dari sekian survei untuk dicalonkan sebagai Capres, dalam Hal ini Ganjar, adalah (maaf) kekonyolan dan "gol bunuh diri" bagi dirinya dan partai yang dibesarkannya.

Ganjar Pranowo, bagi saya, mungkin juga sama dengan keinginan sebagian besar rakyat adalah capres yang tepat sebagai penerus kepemimpinan sosok jokowi. Dan hal ini sudah dapat terbaca bahwa Ganjarlah, pilihan Jokowi, baik dikemukakan secara tak langsung dengan istilah "ramput putih", ini merupakan sinyal kepada para pendukungnya, termasuk partainya dan rakyat yang mencintainya.

Mengapa Harus Ganjar?

Hal pertama yang perlu kita sadari bersama, seperti halnya Jokowi, berasal dari  suku jawa dengan berlatar belakang kalngan rakyat biasa,  bukan priyai sekalipun sekarang menjabat sebagai gubernur Jawa Tengah dua periode. Ganjar Pranowo dilahirkan dari keluarga sederhana di sebuah desa di lereng Gunung Lawu, Karanganyar, 28 Oktober 1968. Kini ia berusia 54 Tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun