Mohon tunggu...
Tovanno Valentino
Tovanno Valentino Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya Seorang Pemimpi

Hanya Seorang Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Capres atau Cawapres Harus Paham Kawasan Timur Indonesia!

9 November 2022   18:21 Diperbarui: 9 November 2022   19:22 12392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sinarharapan.net Minggu (6/11/2022).(ist) 

Sementara itu, Dr. Ing. Ignas Iryanto, dengan berbagai kekayaan alam yang di kawasan timur, sebenarnya kawasan ini tidak pantas menjadi kawasan miskin.

Ignas mengatakan, sangat penting untuk menjajaki kerjasama dengan kawasan Oceania, karena kawasan timur merupakan satu kawasan dalam gugusan Oceania, tentu memiliki kesamaan dalam keadaan geografis dan kultur.

Mengapa melirik kerjasama di kawasan Oceania yang dalam pemaham terbatas terdiri dari negara-negara merdeka yang letak geografisnya merupakan negara kepualauan, atau menurut Prof.Dr. Jan Sopahelawakan mengatkan bahwa “Kita itu sebenarnya sebagai Negara bahari, bukan Negara kepulauan. Karena ‘wilayah kepulauan’ merupakan sudut pandang orang kontinental,” katanya.

Lebi lanjut ia menjelaskan  selama ini kawasan timur dikelola sama seperti pembangunan kawasan kontinental, sehingga melupakan karakter bahari dari kawasan ini. Menurutnya, orang kontinental akan melihat laut sebagai pemisah, sedangkan orang bahari akan melihat laut sebagai pemersatu. Kultur bahari itu sangat berbeda dengan kultur kontinental, karena masyarakat bahari sangat kental dengan keterbukaan dan saling percaya.

Untuk itu, katanya, keberagaman kebudayaan ini tidak tampak dalam berbagai kebijakan Negara, karena cenderung mengedepankan persatuan yang bisa dimaknai secara sempit sebagai keseragaman. Keberagaman hanya bisa terjadi, jika didukung dengan kebijakan desentralisasi asimetris.

Sampai di sini opini, wacana yang dibangun dari formum informal (terbatas dalam harafiahnya di undang secara khusus oleh inisiator), sedapatnya menjadi masukan kepada pemerintah daerah maupun pemerintah pusat, Khususnya kepada calon Capres dan Cawapres mendatang. Bukan sebaliknya menaruh curiga dan menepis masukan-masukan yang berharga, bukan saja oleh forum ini namun dari aspirasi masyarakat sipil lainnya tentang yang mengusung isu yang sama.

Menjelang KTT G20 di Bali, salah satu peserta forum ini yaitu Dr. Ing. Ignas Iryanto, mengatakan bahwa dengan berbagai kekayaan alam yang di kawasan timur, sebenarnya kawasan ini tidak pantas menjadi kawasan miskin. Hal ini, kata Ignas, menjadi sangat ironi, karena G20 yang digelar di Bali, antara lain, mengusung leave no one behind sebagai salah satu komitmen global untuk memberantas kemiskinan dalam segala bentuknya.

Para peserta G20, jelas Ignas, sebenarnya perlu menyadari bahwa ada satu kawasan di Indonesia yang terpuruk dalam kemiskinan, tetapi memiliki sumber daya alam yang sangat kaya. “Kalau memang komitmen global itu nyata, semestinya kawasan timur ini tidak boleh ditinggalkan. Tapi, kok dibiarkan dalam kemiskinan,” tegasnya

Pada akhirnya, saya mengulang apa yang mejadi dasar pemikiran Engelina mengundang para cendekiawan secara terbatas menghadiri forum non formal, sambil menjalin  tali silahturahmi.  Menurutnya, kawasan timur memiliki kekayaan alam yang sangat lengkap baik di darat, laut dan di dalam laut. 

Pada masa keemasan rempah, juga tidak membawa perubahan di Maluku. Begitu juga dengan saat ini, dimana kekayaan sumber daya alam hanya dieksploitasi tetapi tidak membawa kemajuan bagi masyarakatnya. Justru, masuk sebagai kawasan termiskin, karena Papua, Papua Barat, Maluku dan NTT hanya bergantian nomor urut kemiskinan.

Ini yang harusnya menjadi catatan penting agar ke depan, Capres dan Cawapres dapat memahaminya secara menyeluruh, dan menurut saya inilah syarat sekaligus tantangan Capres dan Cawapres yang akan datang.

Lebih lanjut silahkan membaca tautan yang saya berikan dari sumber beritanya.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun