Mohon tunggu...
Yayu Ramdhani
Yayu Ramdhani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

"Everything is related to everything else, but near things are more related than distant things." (Tobler's first law of geography)

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Mobil Murah dan Penglaju Depok-Jakarta

20 September 2013   18:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:37 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Kang Maman adalah sesama penglaju yang kerap ketemu saat sarapan pagi di warung nasi uduk dekat Stasiun Depok. Pagi ketika berangkat dan malam ketika pulang, berdesak-desakan bersama di dalam gerbong commuter line antara stasiun Depok - Cawang. Ini merupakan takdir bagi penglaju yang tinggal di Depok dan bekerja di Jakarta.

Kami berdiri di area tunggu berbentuk koridor. Tempat duduk alakadarnya dari susunan besi yang membentuk kursi panjang selalu penuh. Atap yang menutupi area tunggu tak berfungsi sebagai penahan sinar matahari dari arah samping yang menyilaukan. Pengeras suara mengumumkan  bahwa kereta yang datang dari arah Bogor akan segera memasuki stasiun. Kang Maman memeriksa jam yang melilit di pergelangan tangan kirinya.

“Tumben ngak telat”, gumamnya

“Kalo telat?”

“Hehehe… maklumi aja…”, jawabannya sangat simple dan enteng .

Susah senang di atas commuter line silih berganti setiap hari. Desak-desakan dan tergencet sambil berdiri menjadi kejadian lumrah dan biasa-biasa saja. Yang menyebalkan adalah jika  AC di gerbong tiba-tiba mati kemudian udara menjadi pengap dan panas tapi jendela susah dibuka. Buka pintu? Hiii.. ada stiker menyeramkan di samping pintu gerbong berupa salinan sebuah pasal dari peraturan yang mengancam dengan hukuman bagi orang yang berani buka atau mengganjal pintu. Alhasil jika AC mati di perjalanan, seluruh pengguna kereta di dalam gerbong mandi keringat dan megap-megap. Sayang sekali ngak ada pasal yang menghukum jika penumpang tersiksa ya…

“Ah, AC mati kan ngak selalu terjadi setiap hari”, kata Kang Maman.  Hmmm… selalu saja ada kalimat menghibur.

Sebelum kenal Kang Maman, biasanya perjalanan dari Cawang  ke arah Slipi disambung dengan bus Trans Jakarta. Menggunakan jasa bus way harus sudah siap berdesak-desakan sejak di dalam halte. Seringkali bus yang lewat tidak bisa memasukkan penumpang lagi karena sudah terlalu penuh. Kami yang nunggu hanya bisa diam berharap bisa terbawa bus berikutnya. Selalu sabar menunggu untuk dua atau tiga bus berikutnya yang akan datang… hhh…

Mengikuti cara dia untuk memilih bis kota reguler daripada bus kota khusus di jalur bus way ternyata memang sangat menghemat waktu, biaya dan… selalu dapat kursi duduk. Bis tua warna hijau dengan body bopeng-bopeng disekujur tubuhnya sungguh luar biasa bermanuver di kemacetan pagi Jl. Gatot Soebroto.

Gdubrak…! Roda bus seperti menabrak sesuatu. Rasa kaget belum reda, Kang Maman terkekeh di samping, “Hehehe… pada akhirnya kita juga seperti naik Trans Jakarta tapi tanpa AC yah…”.

Bis kota melaju tanpa halangan di jalur bus way. Aku diam tanpa komentar, tegang menahan diri karena rasa marah ke sopir yang tak tahu aturan. Tapi itu duluuu… ketika pertama kali. Sekarang jadi terbiasa dan tanpa beban. Hhhhh….  Perilaku adaptive yang buruk, kata orang di rumah.

***

Pagi tadi seperti pagi-pagi lain yang telah lewat, sambil sarapan nasi uduk kami ngobrol ngalor ngidul.

“Kang, udah pesen mobil murah?”

“Hah?… apanya yang murah? Kalo punya duit segitu, mendingan gua beli sawah dah…”

“Seratus jutaan… mobil baru ya murah kang”

“Gini… ente beli tu mobil mo kontan kek, mo kredit kek… kan musti dikasih makan bensin, bayar pajeg, bayar apa tuh… asuransi…. beli ini itu buat dandanin… udah gitu, banyakan nongkrong di grasi… kagak dah… “.

“Ya dipake dong kang.. pake kerja kan ngak usah susah kayak gini desek-desekan bau kringat”

“Yaaaah… mending bisa dipake. Dari sini ke tempat gawean di Jakarta, naik mobil berape jem? Macet dimana-mana… belon lagi di Jakarta parkir mahal… mending kalo dapet parkirnya”.

“Iya yah… “

Memang sampai saat ini tidak ada jalan lain untuk mencapai Jakarta dari Depok secara cepat dan aman di pagi hari selain kereta api. Jika melalui jalan raya, baik menggunakan roda dua maupun roda empat harus diperhitungkan titik-titik kemacetan di sepanjang perjalanan. Menggunakan jalan tol? Malah lebih gawat berebut antri di pintu masuk tol lingkar dalam Jakarta dengan para penglaju dari Bogor. Berangkat dari Depok setelah terbit fajar, jangan harap di perjalanan lancar.

“Hhh… gue ngak abis pikir, knape dibilang mobil murah ya?”

“Maksudnya mungkin biar semua rakyat dari plosok negeri bisa beli mobil baru, kang”

“Pelosok yang mana? Semua juga tahu… mobil yang katanya murah itu tipe city car alias mobil buat di kota… buat orang kota yang kaya…  terutama Jakarta, gue mah maklum aja Jokowi jadi empet gitu”

“Hehehe… au ah kang… pake bawa-bawa Jokowi segala”

“Hehehe… biar seru… secara kita kagak gableg duit buat belinya, bilangin aja Jokowi juga kagak setuju ya… hahaha…”.

“Hahaha…”

***

Depok, 20 September 2013


Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun