Mohon tunggu...
Utris Sutrisna
Utris Sutrisna Mohon Tunggu... Pengajar

saya seorang pengajar yang tertarik dengan dunia tulis menulis, pengembangan diri dan motivasi Buku : Jejak Pemikiran Guru - ide dan inspirasi untuk pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Life Skill di Sekolah Dasar : Keterampilan Sehari-hari, Bekal Sepanjang Hayat

26 Juli 2025   11:20 Diperbarui: 26 Juli 2025   11:20 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi dari www.freepik.com

Pengalaman Pribadi Berkaitan dengan Life Skill Anak

         Setiap akhir semester, sekolah saya mengadakan kegiatan renang yang dilakukan di luar sekolah karena sekolah memang belum memiliki fasilitas itu.  Setiap selesai renang, saya mendapati hal yang hampir berulang terjadi, misalnya ada yang buru-buru memasukkan baju basah ke dalam kantong plastik tanpa memerasnya lebih dahulu, ada pula yang bingung mencari pakaian basahnya yang entah disimpan di mana. Tak lama kemudian, seorang anak mendekat dan berkata, "Bu, baju renangku basah semua, tasku jadi bau." Di sudut lain, seorang guru menyisir tempat ganti baju ataupun toilet untuk memeriksa pakaian basah yang tertinggal. Selalu saja ada cerita: baju basah tertinggal, pakaian dicampur asal, atau malah tas penuh air karena tidak tahu cara menyimpan dengan benar.

          Di kesempatan lain, saat lewat dekat toilet, saya mencium bau pesing yang menyengat. Awalnya saya berpikir mungkin ada anak yang belum terbiasa menyiram. Tapi setelah bertanya ke beberapa anak, guru piket, bahkan petugas kebersihan, ternyata bukan sepenuhnya salah anak. Kran air di toilet ternyata tidak mengalir. Ada yang dengan iseng memutar stop kran di luar toilet, lalu lupa memutarnya kembali. Akhirnya, anak-anak hanya bisa berdiri bingung, akhirnya toilet itu ditinggal tanpa disiram dan tidak melaporkannya pada bapak/ibu guru mungkin karena takut dimarahi atau malu untuk menyampaikan.

          Masalah lain yang berulang hampir setiap tahun ajaran baru adalah soal BAK atau BAB di celana, terutama di kelas 1. Banyak anak yang tidak sempat ke toilet tepat waktu karena kesulitan membuka sabuk celana. Tangan-tangan mungil mereka masih belum terampil, belum percaya diri, kadang malu minta bantuan. Akhirnya, mereka memilih menahan sampai terlambat. Ada juga cerita tentang kaos kaki yang entah bagaimana selalu saja tertinggal di kelas, di lapangan, bahkan kadang ditemukan di taman sekolah. Saat ditanya, sebagian anak menjawab polos, "Lupa, Bu." Yang lain malah tidak sadar kalau kaos kakinya tinggal satu.

          Dari kejadian-kejadian sederhana inilah saya belajar: keterampilan dasar seperti menyimpan barang, membuka dan menutup sabuk, menyiram toilet atau merapikan baju setelah renang bukanlah hal sepele. Justru inilah bagian penting dari pendidikan anak (dalam tulisan ini konteksnya adalah anak kelas 1 -- 3 SD) yang kadang luput, mungkin karena kita terlalu fokus mengejar nilai akademik. Padahal di negara-negara yang pendidikannya sudah maju, keterampilan ini menjadi fokus utama dan sudah diterapkan mulai dari usia sangat dini baik di rumah maupun di sekolah.

Life Skill: Kebutuhan Dasar di Era Serba Mudah

          Generasi anak-anak masa kini tumbuh dalam dunia serba cepat dan instan. Banyak dari mereka sudah mahir memainkan gawai, tetapi belum tentu tahu cara melipat baju. Mereka bisa mencari video kartun hanya dengan satu klik, namun belum bisa membuka kotak makan sendiri.

           Jika hal ini terus dibiarkan tanpa perhatian serius, maka akan berdampak buruk bagi perkembangan anak, bahkan bisa terbawa hingga mereka dewasa. Coba kita perhatikan di sekitar: berapa banyak mahasiswa yang belum bisa mencuci, menyetrika, atau memasak sendiri? Berapa banyak pekerja yang meremehkan kedisiplinan, datang terlambat, dan tidak serius menjalankan tugas? Lalu, anak-anak yang kehilangan kontrol saat bermain game---hingga lupa waktu, lupa makan, sulit mengendalikan emosi. Bahkan, ada orang dewasa yang masih kesulitan mengambil keputusan sendiri.

           Di era modern ini, anak-anak semakin kehilangan kemandirian. Dampaknya tidak hanya pada kehidupan praktis, tetapi juga masalah kesehatan mental: mudah stres, tidak percaya diri, dan tergantung pada orang lain. Fenomena ini diperparah oleh tren yang disebut Kidult. Apa itu Kidult? Istilah ini berasal dari gabungan kata "Kids" dan "Adult", merujuk pada orang dewasa secara usia tetapi perilakunya masih seperti anak-anak. Tidak mandiri, tidak bertanggung jawab dan cenderung menghindari tuntutan hidup orang dewasa, seperti bekerja, mengurus rumah tangga dsb.

          Dampak dan kasusnya juga sudah banyak, misal kisah Hikikomori (mengasingkan diri dari kehidupan sosial yang sangat ekstrim) orang-orang di Jepang yang mengurung diri di dalam kamarnya selama setahun sedangkan di Indonesia, sempat tren beberapa waktu lalu orang -orang dewasa rela antri dan membayar dengan harga mahal sebuah boneka bernama Labubu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun