Mohon tunggu...
Lufthy Heriancy Agung Kurniawati
Lufthy Heriancy Agung Kurniawati Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

pembaca segala

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pasar Malam Rakyat, Mampukah Bersaing?

19 Agustus 2011   02:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:39 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_125632" align="aligncenter" width="454" caption="Salah satu wahana di pasar malam"][/caption] Masih lekat dalam ingatan saya pada waktu ayah saya dulu mengajak kami anak-anaknya untuk nonton pertunjukan sirkus. Tenda besar beratap tinggi dengan lampu terang mendominasi tanah lapang. Di sekeliling tenda utama, kios-kios ataupun tenda-tenda dalam ukuran lebih kecil dengan lampu yang juga benderang ramai merayu pengunjung untuk singgah. Pasar malam. Meriah. Dengan lampu warna-warni, atraksi dan permainan yang menantang, penjaja makanan dan minuman, penjual pakaian dan mainan, balon aneka warna. Seperti tak puas mata kecil saya menatap benderang, tak puas kuping kecil saya mendengar suara, tak puas mulut kecil saya mendecakkan kagum, tak puas kaki kecil saya berlari. Tapi ingatan saya begitu besar dan tersimpan sampai sekarang. Beberapa waktu lalu ada pasar malam di kampung tetangga dan saya tidak mau kehilangan kesempatan untuk menumpahkan semua ingatan saya.  Lagi pula pasar malam itu hanya berlangsung 3 minggu. Semua benderang, warna dan suara meledak-ledak berbarengan. Tidak sabar untuk disalurkan. Setidaknya itulah harapan saya. Apa yang saya jumpai disana? Sungguh, saya merasa seperti terhempas dari ketinggian. Tidak ada tong setan. Tidak ada manusia otot kawat. Tidak terdengar suara penjaja obat kuat. Tidak ada lampu benderang. Pasar malam itu begitu lusuh, tidak menarik. Hanya ada berderet-deret kios penjual pakaian, dua kolam pancing bola, komidi putar dengan kuda bermuka seram. [caption id="attachment_125633" align="alignleft" width="409" caption="Seorang anak sedang bermain pancing bola"][/caption] Coba kita tengok taman hiburan Dunia Fantasi. Begitu besar, bersih, banyak atraksi dan permainan menarik. Meskipun untuk masuk kesana kita ditarik bayaran yang tidak murah tapi rasanya sebanding dengan apa yang kita dapat. Pada hari libur taman hiburan ini buka dari pagi sampai malam dan pengunjung mengular. Lebih melelahkan berdiri lama di antrian ketimbang bermain. Tapi kelelahan itu sendiri terbayarkan oleh perasaan berdebar sebelum naik dan perasaan puas setelah turun dari satu wahana permainan. Rasa haus dan lapar pun bisa dipuaskan oleh berbagai kios makanan dan minuman. Buah tangan? Tidak usah cemas. Tinggal memenangkan satu permainan atau beli di toko souvenir. Pulang dengan memory card penuh foto dan cerita yang tidak habis semalam. Pasar malam rakyat semakin tampak lusuh di mata saya. Seorang bapak penjual mainan khusus datang dari Bengkulu untuk mengadu nasib di pasar malam itu. Seorang penjual minuman instan mengharapkan untung tiap malam. Penjual-penjual pakaian mengharapkan pengunjung yang royal membuka dompet. Hanya penjaga loket permaianan yang bisa bernafas lega karena setiap malam pasti ada anak-anak kecil yang merengek pada orang tuanya. Sebagian penjual menutup dagangannya dengan terpal lebih cepat malam itu karna hujan mulai turun. Pengunjung berlarian, pulang. Pasar malam itu tiba-tiba kehilangan gairahnya jauh sebelum jam tutup. Sepi. Ingatan saya akan lampu benderang, warna dan suara tetap meledak-ledak. Romantisme masa kecil? Mungkin begitu. Pasar malam lusuh yang sepi itu tiba-tiba kembali mengeluarkan pesonanya. Apakah besok atau lusa pasar malam itu tetap ada? Saya sungguh berharap begitu. [caption id="attachment_125635" align="aligncenter" width="409" caption="Mampukah bersaing?"][/caption] Tapi mampukah dia bersaing? Mari kita temukan jawabannya bersama.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun